Apa yang dikatakan Rad adalah skenario baru yang membuat siapa saja dalam ruangan itu terkejut.
Ben terkejut karena tidak menyangka ada yang berniat seperti itu padanya, sementara yang lain terkejut karena tahu itu bohong.
“Aku tidak melakukan itu!” Irene jelas yang pertama membantah.
“Oh.. lalu bagaimana menurutmu yang benar?” Rad menantang Irene.
“Itu… tidak…” Irene kemudian diam kembali. Dia tidak punya pembelaan diri yang pantas.
“Oh… Pantas saja.” Ben mengangguk, jelas percaya sepenuhnya pada Rad. Karena memang masuk akal.
Jika Blanche masuk dengan rela ke kamar Ben, dia tak akan menangis hebat seperti itu, alasan Rad cocok dengan kesimpulan Rad.
“Aku tidak dengan sengaja menaruh Blanche di sana!” Irene kembali kesal, karena Ben percaya dengan mudahnya pada Rad.
“Kalau kau
Bree terbangun, mendengar suara gemericik air aliran sungai yang memang cukup deras dan jernih itu. Tidurnya cukup nyaman, dan merasa tubuhnya sudah segar kembali. Bree membuka mata, melihat Rad tidak lagi ada di sampingnya, seperti biasa. Bree tak ingin mencari tahu dia di mana, dan fokus untuk memulihkan kesadaran, dan merapatkan mantel yang dia pakai, karena udara cukup dingin. Meski hari sudah terang, tapi cuaca abu-abu mendung, membuat angin yang berhembus tetap dingin. Dalam ketenangannya melamun, Bree kembali terganggu saat mendengar suara kecipak lain yang berbeda dengan aliran sungai biasa. Suara air yang dihela dengan tangan. Bree membuka matanya yang masih setengah mengantuk, mengangkat kepala untuk melihat asal suara itu. Dan Bree akhirnya duduk, karena pandangannya ke sungai terhalang batu. Dengan duduk, dia bisa lebih bebas memandang ke sungai. Dan kantuknya musnah saat itu juga. Matanya membuka lebar, sementara bibirnya nyaris saja memekik. Tapi rasa terpesona, membu
“Apa kau sadar itu semua terlihat aneh?” Rad melipat tangan di depan dada, menatap Bree yang masih menghindari pandangannya, sambil mendecakkan lidah. Bree kesal pastinya. Rad terlalu tajam untuk tertipu maupun lupa bagaimana kecerobohan yang selama ini dilakukan oleh Bree. Rad masih mengingat semua hal itu dengan sangat tepat. “Aku tak bisa mengatakan alasannya padamu.” Itu jawaban terbaik yang bisa diberikan Bree. “Hah!” Rad mendengus, lalu menyisir rambutnya. “Ya, baiklah. Baiklah!” Persetujuan yang jelas diterima Rad dengan tidak rela. “Memang aku rasa akan sulit sekali membuatmu jujur.” Rad mengomel, menjauh dari Bree, lalu duduk pada salah satu batu yang ada di tepi sungai. Memandang air yang bergerak. Bree melirik ke arahnya, lalu menggeleng. Sesaat dia mempunyai keinginan untuk jujur, tapi mendorongnya menjauh. Bree tidak tahu apa akibat kejujuran itu. Keajaiban itu terlalu aneh untuk dipercaya. Seperti yang Bree takutkan, ada kemungkinan Rad akan menganggapnya gila juga
“Aku tidak mau kembali ke Marseilles!” Bree berseru, saat melihat Rad memacu Gris begitu saja. Bree mengatakan ini, karena tidak tahu ke arah mana Rad membawa Gris. Mereka melaju terlalu cepat, dan sebentar saja Bree sudah kehilangan arah. “Kau pikir sekarang kita ke mana? Sekarang diam!” geram Rad, sambil menarik napas, untuk mencari aroma di udara, dan juga menajamkan telinga. Sudah beberapa kali Rad memeriksa apakah ada orang yang mengikuti mereka atau tidak. Tapi sejauh yang Rad tahu, saat ini tak ada apapun yang mengikuti mereka, dan telinganya juga tidak mendengar suara kaki kuda maupun derak ban kereta. Rad hanya menangkap aroma Bree yang biasa. Ada aroma yang menggiurkan, tapi bercampur dengan menyenangkan dalam jumlah sama. Bree gelisah, tapi tidak buruk. “Kau tidak bisa memaksa Gris berlari! Dia belum beristirahat penuh tadi.” “Diam!” Teguran singkat tapi itu menunjukkan keseriusan, dan otomatis mengatupkan mulut Bree. Dia ingin menoleh untuk melihat bagaimana wajah R
Menurut perkiraan Bree, saat ini kemungkinan tengah malam lewat. Karena bulan sudah mulai turun ke arah timur, tapi pemukiman itu ternyata tidak mati sama sekali. Dan Bree amat bersyukur karenanya. Jalanan tentu saja sunyi senyap, tapi ada bagian yang masih bersuara, masih melanjutkan kehidupan. Tentu saja tidak di tempat yang umum seperti rumah biasa, tapi di kedai yang menjadi tempat hiburan. Bree awalnya ingin masuk, dan sekedar duduk di dalam kedai. Tapi kemudian ingat jika penampilannya tidak mendukung hal itu. Demi kenyamanan selama perjalanan, Bree memakai celana dan juga mantel tebal, tapi penampilannya tetap tidak akan terlihat seperti laki-laki, karena tubuhnya yang cukup membentuk. Jika dia nekat masuk ke tempat seperti itu, maka sama saja Bree akan mengundang keributan. Karena pastilah isi tempat itu adalah pria. Pria seperti Rad kemungkinan. Menimbang bahaya itu, dan kemalasan untuk membuang tenaga mengatasi masalah, Bree akhirnya membawa Gris ke arena samping keda
Satu hunter lagi tumbang, dengan robekan besar pada bagian dada. Hunter itu roboh, diam menelungkup di tepi jalan, dengan darah mengalir perlahan dari bagian bawah tubuhnya.Aroma darah memenuhi udara, tapi jelas bagi Rad menjijikkan saja. Darah pria tidak akan terasa lezat di lidah Rad. Vampir hanya bisa meminum darah dari lawan jenisnya. Jika Astrid ada, dia mungkin sudah berpesta saat melihat lelehan darah itu.Sisa dua Hunetr yang lain, terlihat melompat mundur menjauh, paham jika Rad bukan lawan yang mudah.Dan Rad jelas tidak menyia-nyiakan kesempatan, dia tetap maju dan mendesak tidak memberi waktu bagi mereka untuk lari. Dalam sekali lompatan, dia ada di hadapan Hunter yang lebih junior. Rad memilihnya, karena tahu dia yang lebih mudah dikalahkan. Rad mencengkeram lengannya, lalu menghantamkan bagian belakang pedangnya ke kepala pria itu, lalu melempar tubuhnya ke samping. Tiga terkalahkan.Tidak m
Rad sebenarnya lebih menyukai melompat di atas pepohonan daripada hanya berlari biasa, tapi dia juga tahu Hunter biasanya bersembunyi di area pepohonan, karena itu dia berlari biasa tadi. Tapi rupanya mereka tetap melihat, dan kini tentu saja menyerang.Rad berhenti berlari lalu berdiri tegak di tengah jalan.“Muncullah! Aku tak suka pembokong. Kita selesaikan ini secepatnya!” seru Rad, yang memang tak ingin membuang waktu.Dia harus segera mengejar Bree sebelum dia lebih jauh. Menurut hidungnya, Bree semakin dekat.“Kalian keluar sekarang juga! Aku tidak punya waktu!”Rad membentak lebih keras lagi, karena ingin mereka cepat keluar. Dari aromanya, ada empat orang dan semuanya pria.Kali ini terdengar gemerisik daun, dan Rad melihat beberapa sosok tubuh melompat turun dari pepohonan.Rad mengeluh dalam hati. Melihat kelincahan tubuh mereka saat