Share

#138 Nyaman yang Mahal

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-05 11:58:36

Bree merasakan nyaman dan sejuk. Ini tidak biasa, karena biasanya saat tidur di ranjang dia akan merasakan hangat dan nyaman. Tentu saja selimut yang membuatnya hangat.

Pagi ini berbeda, karena Bree merasakan sejuk. Rasa sejuk yang akhirnya memaksa Bree untuk membuka mata, meski malas. Bukan karena dia masih merasa lelah dan letih, tapi juga karena matanya benar-benar sembab akibat menangis hebat kemarin.

Dan saat melihat leher berwarna pucat di depan matanya, Bree langsung mengeluh dalam hati. Dengan cepat Bree sadar jika dia baru saja melakukan perbuatan yang tidak seharusnya. Kenyamanan dan kesejukan itu berasal dari Rad yang masih memeluknya sampai pagi.

Bree tidak ingat bagaimana bisa tertidur, hanya ingat saat menangis dalam pelukan Rad, dan setelah itu entah. Bree tidak tahu lagi. Sekarang sudah jelas dia akhirnya tertidur dengan Rad ada sampingnya. Pria itu masih memeluknya. Tidak terlalu erat, tapi Bree bisa merasakan tangan Rad menumpang di samping perutnya.

Bree mengge
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #191 Ritual yang Terganggu

    “Darah siapa?” tanya Bree, sambil memandang sekitar yang sangat tenang. Tidak ada tanda keributan. Rad menggeleng. Dia tak bisa membedakan aroma darah, kecuali milik Bree. Apalagi ini adalah darah pria. Dia tahu secara insting, jika aroma yang menguar ini bukan makanan untuknya. Tapi Rad masih bisa mencari dari mana asalnya. Dengan menggenggam tangan Bree, Rad berlari tergesa ke menuju arah aroma ini. Pencarian ini tidak terlalu lancar, karena hidung Rad jelas masih terganggu oleh ratusan aroma parfum yang tadi memasuki hidungnya. Ini sedikit menumpulkan kemampuan hidungnya. Tapi beruntung aroma yang dicari adalah darah. Aroma yang mudah dikenali oleh Rad. Beberapa kali Rad juga harus menemui jalan buntu, karena dia sama sekali tidak mengenal istana itu. Dia harus memilih jalan lain untuk menuju pusat aroma. Yang jelas, letak aroma itu menjauhi area pesta. Membawa mereka ke ke tempat yang lebih sepi, jauh dari hingar bingar dan juga gemerlap pesta. Lorong yang mereka tempuh saat i

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #190 Cemburu yang Sulit

    "Aku sama sekali tidak menyangka jika Campy ternyata punya hubungan khusus denganmu dalam taraf itu.” Bree bergumam, agar orang disekitarnya tidak mendengar. Tapi sebenarnya tidak perlu. Mustahil mereka akan mendengar Bree di antara suara musik yang saat ini menggema di sekitar. Jika saja Rad tidak memiliki pendengaran extra kuat, kemungkinan besar dia juga tidak akan mendengar gumaman Bree itu. Dengan pendengaran itu saja, Rad masih harus berkonsentrasi pada Bree saja, untuk bisa mendengarnya. Telinga itu harus bekerja keras diantara keriuhan pesta. Mereka tentu saja sedang menghadiri pesta yang tetap diadakan oleh Ben. Keputusan yang membuat Bree mengomel kemarin. Merasa jika Ben terlalu memaksakan keadaan menjadi ceria. Tapi memang itu tujuannya. Kali ini Ben sejalan dengan ayahnya. Bastien tidak ingin memperbesar masalah, agar keributan tidak sampai terdengar ke negeri tetangga. Maka pesta itu tetap terjadi, dan mau tidak mau mereka harus datang. “Kau memilih untuk membahas ha

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #189 Makanan yang Jatuh Cinta

    “Jika kau ingin membesar-besarkan masalah ini. kau batalkan saja. Tapi jika kau ingin menutupi dan memperlihatkan jika semua keadaan baik-baik saja, teruskan saja.” Rad memberi nasehat standar. Dia tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh Ben. Acara itu tidak terlalu berpengaruh banyak pada dirinya. “Aku akan memikirkannya lagi.” Ben mengangkat bahu. “Tapi entahlah. Kejadian ini membuatku kehilangan keinginan untuk bersenang-senang,” keluhnya. Ben mengambil mantel yang tadi dibantingnya ke lantai, lalu menatap Rad. “Terima kasih sudah menyelamatkan ayahku.” Ben terlihat sangat serius. Untuk pertama kalinya Bree sedikit terkesan. Paling tidak, Ben mengucapkan hal yang benar. Karena memang Rad menyelamatkan Bastien. Meski terlihat kesal pada ayahnya, tapi ternyata Ben cukup peduli. "Hampir saja aku menjadi raja dengan tiba-tiba." Ben menggeleng dengan wajah yang terlihat sangat lega. Bree langsung mencoret rasa terkesan dalam hatinya, karena ternyata ucapan terima kasih it

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #188 Kecurigaan yang Menggelikan

    Bree menata bantal di belakang punggung Rad --untuk tempatnya bersandar, hanya agar terlihat jika melakukan sesuatu. Rad masih harus terlihat sakit, karena saat mereka sampai di kamar, Ben dan Bastien sudah menunggu. Mereka kini memandang Rad, sementara dia berbaring dengan hati-hati. Dan ini membutuhkan kesabaran lebih. Setelah agak lama berakting sakit, Rad mulai bosan. Dia tadi berharap akan lebih bebas saat sampai di kamar, tapi tidak semudah itu. “Apa lukamu parah sekali?’ tanya Ben, sambil berjalan mendekat, lalu memandang bahu Rad dengan seksama. “Aku tak akan mati, tapi sakit tentunya.” Rad mengernyit untuk melengkapinya. “Hah! Siapa yang melakukan ini?!” Ben berseru jengkel sambil membanting mantel yang sejak tadi ada di tangannya ke lantai. “Susah payah aku menyiapkan semuanya kini semuanya harus dicemari oleh perbuatan nekat seperti ini," omel Ben. “Tapi siapa?” Bastien menyela, sambil menatap Rad. “Saya tidak punya jawaban untuk itu. Saya bersama Anda saat itu. Anda

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #187 Alasan yang Lengkap

    "Bagaimana keadaan Anda?" tanya Alex. "Jauh lebih baik. Bagaimana dengan yang lainnya?" Rad bertanya balik. "Saat ini anak buah saya sedang menggiring penonton untuk keluar dari aren. King Bastien dan juga Pangeran, sudah meninggalkan arena sejak tadi, dan kembali ke istana untuk lebih amannya." Alex tidak tidak wajib melapor pada Rad, tapi pertanyaan tegas itu membuatnya dengan otomatis melaporkan keadaan dengan lengkap. "Bagus. Kalian memberi pengawalan yang ketat bukan?" "Tentu saja. Kami menempatkan beliau berdua di kereta yang berbeda, dengan pengawalan ketat." Rad sekali lagi mengangguk puas. "Sekarang Anda yang harus saya kawal kembali ke istana." Alex menjelaskan tugasnya datang ke situ. "D'accord." Rad bangun dari duduk. Dengan cekatan, Alex menghampiri dan membantunya lagi. Tidak perlu, tapi Rad harus mempertahankan keadaan pura-pura sakitnya. "Saya sudah menyiapkan kereta untuk Anda berdua." Bree mengikuti mereka berdua dengan langkah lebar. Menutup mulut, karen

  • Duchess : Terlahir Kembali Demi Dendam   #188 Fitnah yang Nyata

    Bree berlari mengikuti orang yang menggotong Rad dalam tandu, melewati kerumunan penonton dan kaum bangsawan yang kini ribut, tak tahu apa yang terjadi. Tapi jelas kehadiran darah dan juga luka, adalah pertunjukan yang semakin menarik untuk mereka. Banyak leher menjulur penasaran ingin melihat apa yang terjadi, dan bagaimana luka Rad. Keributan menyebar, bertanya-tanya bagaimana dan kenapa. Lalu beberapa yang tahu apa yang terjadi mulai berbisik bercerita. Untuk kali ini, Rad tidak mempermasalahkan seluruh perhatian itu, karena itu adalah apa yang dibutuhkannya. Rad lalu dengan sengaja memejamkan mata, meringis kesakitan sambil menekan lukanya, saat digotong melewati kerumunan banyak orang. Tapi Bree juga mendengar desisan itu, semakin panik. Tapi saat akan bertanya bagaimana keadaan Rad, Bree melihat pria itu menggeleng sangat halus, sambil mengedipkan satu matanya. Kurang lebih mengatakan jika tidak perlu khawatir. Bree kini tak tahu harus bereaksi bagaimana, khawatir tapi orang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status