/ Romansa / Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai! / 8. Hanya Selene menantu keluarga duke!

공유

8. Hanya Selene menantu keluarga duke!

작가: Raisaa
last update 최신 업데이트: 2025-09-23 08:01:36

Nenek dan ibu Dirian tiba sore hari. Selene menyambut mereka dengan penuh hormat, lalu membawa mereka duduk di ruang keluarga.

“Aku sudah meminta pelayan menyiapkan kamar untuk ibu dan nenek,” ucap Selene sopan.

“Kau selalu perhatian,” sahut nenek sambil membelai lembut rambut Selene. “Tapi nenek sungguh sedih dengan berita itu. Kehilangan anakmu lagi… itu benar-benar menyakitkan.”

“Lain kali, jika kau hamil lagi, kau harus lebih berhati-hati. Kami akan meminta Dirian menyediakan pengawalan yang lebih ketat,” tambah Odette, ibu mertuanya.

Selene tersenyum tipis. Bagaimana dia bisa menjaga bayinya… jika justru ayah dari bayi itu adalah orang yang menghancurkannya?

“Baik, ibu. Aku akan lebih memperhatikannya,” balas Selene tenang.

Odette belum selesai. Tatapannya tajam, suaranya meninggi. “Kau juga harus memperhatikan suamimu. Rumor itu bahkan sampai ke kediaman kami.”

“Rumor apa, ibu?” tanya Selene pelan.

“Kau tidak tahu? Orang-orang mengatakan suamimu memelihara seorang pelacur. Apa itu benar adik tirimu? Dirian masih bersamanya?”

“Odette,” tegur nenek lembut.

“Biarkan dia tahu, Ibu!” potong Odette. Lalu matanya kembali menusuk Selene. “Apakah selama ini aku mengajarkanmu menjadi seorang duchess hanya untuk kau diinjak-injak seperti ini? Kau tidak seharusnya ditindas begitu saja.”

Selene tetap diam, hanya mengangguk. Ya, Odette memang tidak pernah ramah padanya, tapi jauh lebih membenci Viviene. Itu artinya, bahkan jika Selene pergi, Viviene tidak akan mudah menjadi Duchess Leventis. Dalam hati, Selene hampir ingin tertawa. Penghalang terbesar Viviene nanti justru ibu mertua yang kini menegurnya.

“Maaf, ibu. Aku akan memperhatikannya,” ucap Selene, walau hatinya berteriak: Tidak akan! Aku akan pergi dan takkan kembali lagi.

“Jangan dengarkan ibumu itu. Sekarang fokuslah pada pemulihanmu,” ucap nenek lembut.

Senyum Selene mengembang samar. Kasih sayang nenek memang nyata, tapi ia tak boleh terlena. Apa pun yang terjadi, rencananya tetap sama—meninggalkan tempat ini selamanya.

“Aku tahu ibu selalu memperhatikan aku dan juga Dirian. Aku akan mendengarkan kata-kata ibu,” balas Selene sopan.

“Dasar anak baik…, Nenek hanya ingin kau bahagia.”

Selene menunduk, menyembunyikan getir di matanya.

“Dia tidak akan pernah bahagia selama pelacur itu masih ada di sini,” desis Odette.

Selene hampir tertawa kecil. Ya, kelak Viviene yang akan masuk ke dalam keluarga ini. Tapi yang menyambutnya adalah tembok kokoh bernama Odette Leventis. Pada akhirnya, penderitaan itu akan menjadi milik Viviene, bukan miliknya lagi.

Baru saja kalimat itu terucap, pintu terbuka.

Dirian pulang.

Namun yang membuat semua orang tercekat bukanlah kehadiran sang Duke, melainkan sosok yang berjalan di sampingnya—Viviene.

Begitu mereka masuk, udara seolah berhenti bergerak.

“Salam kepada nenek dan ibu.” Viviene menundukkan kepala dengan sopan, meski suaranya sedikit bergetar.

“Apa ini?” suara Odette meninggi, tajam seperti cambuk.

Nenek pun bersuara, nada penuh kekecewaan. “Dirian… apa yang kau lakukan sekarang?”

Viviene terdiam, wajahnya pucat. Tubuhnya menegang seperti anak kecil yang tertangkap basah.

“Dia hanya ingin menyapa ibu dan nenek,” jawab Dirian dingin, seolah mencari alasan.

“APA kau bilang?!” Odette langsung berdiri, suaranya menggelegar. “Pengawal! Seret wanita itu pergi sekarang juga!”

“Ibu!” Dirian menahan, suaranya setengah memohon.

“KAU BENAR-BENAR TIDAK PUNYA OTAK!” bentak Odette. “Kau membawa wanita lain masuk ke rumahmu… rumah istrimu… ketika Selene bahkan baru saja kehilangan bayinya?! Kau tidak malu?!”

Viviene mundur setapak, matanya berkaca-kaca. Ia melirik Selene yang berdiri kaku di sisi nenek. Ada luka di sorot matanya, tapi bibirnya tetap terkatup rapat.

“Dia adik Selene,” Dirian akhirnya bicara lagi, suaranya keras. “Wajar jika dia ingin bertemu kakaknya.”

“Tidak perlu!” Odette membentak. “Bawa dia keluar dari sini, sekarang juga!”

“Ibu, tolong—” suara Viviene bergetar.

“AKU BUKAN IBU MU!” potongan kata itu meluncur bagai belati.

Wajah Viviene seketika menegang. Matanya beralih pada Selene—satu-satunya orang yang mungkin mau melihat dirinya sebagai manusia saat ini.

Dengan lembut, Selene mengulurkan tangan. “Ayo… kita keluar dulu,” ucapnya lirih.

Viviene menatapnya tak percaya, bibirnya bergetar. Tapi akhirnya ia meraih tangan Selene—pegangan terakhir yang memberinya harga diri.

Mereka berjalan beriringan menuju pintu. Viviene menahan tangis, sementara Selene tetap tegak.

Dirian hanya berdiri, wajahnya kaku. Dia tidak menghentikan, tidak juga melindungi. Hanya diam, menunduk di hadapan amarah ibunya dan tatapan kecewa neneknya.

Saat pintu menutup, ruangan itu tenggelam dalam keheningan penuh retakan.

“...Ibu,” panggil Dirian pelan.

“Sekali lagi kau membawanya ke depan mataku, maka aku tidak akan mengakuimu anak!” bentak Odette.

Dirian menarik napas panjang. Ia tahu ibunya tidak suka Selene, tapi ia juga tahu kebencian itu tak sebanding dengan rasa jijik Odette terhadap Viviene.

“Ibu, ini tidak seperti yang ibu pikirkan. Dia datang untuk menjenguk Selene, kebetulan ibu dan nenek ada di sini,” ucap Dirian mencoba menjelaskan.

“Dirian, apa pun alasannya… seharusnya kau tidak boleh melakukan hal itu,” ucap nenek, nadanya tajam.

Dirian menatapnya, bibirnya menegang. “Selene juga tidak masalah dengan kedatangan saudaranya.”

“Apakah Selene mengatakannya?” tanya nenek dengan serius.

Dirian terdiam.

“Sekalian saja tanya padanya, apakah kau pernah sedikit saja peduli dengan perasaan istrimu?” suara Odette bergetar, tapi tajam seperti cambuk.

Kata-kata itu membuat Dirian menegang. Tidak pernah. Itulah jawaban paling jujur yang berputar di kepalanya.

“Dengar baik-baik,” Odette menatapnya tajam. “Hanya Selene menantu keluarga Duke! Jika kau berpikir wanita itu bisa menggantikannya… maka seumur hidupmu, kau akan menyesal!”

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   14. Hanya satu hari sampai aku bebas

    Dirian benar-benar kembali sebelum makan malam, seperti janjinya. Namun bukan sendirian—ia pulang bersama Viviene, yang menempel erat di sisinya. Dari pembatas lantai dua, Selene berdiri diam. Pandangannya lurus, dingin, tetapi sorot matanya menyembunyikan riak yang tak bisa dikendalikan. Ia menyaksikan keduanya masuk ke aula besar, berjalan beriringan seolah dunia hanya milik mereka.“Dirian…” suara Viviene terdengar manja, namun penuh tekanan. Jari-jarinya mencengkeram lengan lelaki itu erat-erat, tanpa peduli tatapan puluhan pelayan yang memenuhi aula. “Ibu dan nenekmu sudah pergi. Kau masih akan mengusirku juga?”Gema suaranya memantul di dinding tinggi aula, membuat suasana menegang. Biasanya, Viviene dan Dirian cukup berhati-hati menjaga kedekatan mereka di hadapan Selene. Tapi hari ini? Se

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   13. Dirian aneh

    “Mati?” suara Dirian meninggi, tubuhnya bangkit dari pembaringan. Tatapannya tajam, nyaris menusuk.“Jangan bicara omong kosong,” sambungnya, lalu berdiri. Ia harus membersihkan diri—masih banyak hal menantinya.“Aku juga pasti akan mati,” ucap Selene lirih, tapi penuh kesungguhan.Dirian menoleh, matanya menancap pada wajah istrinya.“Kaupun juga akan mati… kalau waktunya tiba,” Selene melanjutkan dengan nada tenang.Keheningan menebal. Dirian diam, sorotnya tak bergeser sedikit pun.“Aku hanya ingin tahu,” suara Selene pelan, namun setiap kata menggetarkan, “bagaimana kau… jika aku mati?”Dirian menghela napas, menepis beban yang tak ingin ia hadapi.“Jangan bicarakan hal yang tidak masuk akal,” sahutnya dingin, lalu melangkah masuk ke ruang mandi.Selene tetap berbaring. Aroma khas suaminya memenuhi ruangan, melekat di udara, menenangkan sekaligus menusuk kalbunya. Mungkin benar kata orang—kita akan selalu merasa lebih nyaman di dekat orang yang kita cintai. Namun bagi Dirian, tent

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   12 Bagaimana jika aku mati ?

    Pagi hari, Selene membuka mata dengan berat. Cahaya lembut dari jendela menembus tirai, menerangi sebagian wajahnya. Ia menoleh sedikit, dan matanya langsung menangkap sosok Dirian yang masih terlelap di sampingnya.Itu adalah pemandangan langka. Biasanya, saat ia bangun, tempat di sampingnya selalu kosong. Dirian jarang—atau hampir tidak pernah—menemaninya tidur hingga pagi. Ada banyak perubahan akhir-akhir ini, dan Selene sendiri tidak tahu harus menafsirkannya bagaimana.mungkin karena mereka melakukannya hingga hampir pagi , sehingga Dirian kelelahan sekarang dan tidak sadar dia masih tidur disamping Selene . atau mungkin karena ini adalah kamarnya sendiri sehingga dia cukup nyaman tertidur hingga pagi seperti sekarang iniIa mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi gagal. Lengan Dirian yang berat melingkari perutnya, menahan tubuhnya erat agar tak bisa kabur. Nafas hangat lelaki itu b

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   11. Maniak mesum dan Gila

    Puas?Selene tidak pernah tidak terpuaskan, bahkan tidak pernah memikirkan lelaki lain karena Dirian yang selalu mendominasinya . Dimana letak ketidakpuasannya ketika dia harus mengimbangi hasrat suaminya?Dirian memiliki libido yang tinggi sehingga tidak pernah puas bahkan dengan tiga kali permainan. Apalagi mereka memiliki jadwal malam intim sehingga tidak melakukanya setiap hari, itu menyebabkan tingkat kemesumannya bisa tinggi jika malam intim seperti ini. Pernah sekali ketika mereka bersama pergi kewilayah utara dimana disana adalah wilayah kekuasaan Dirian yang dipegang oleh nenek dan ibunya serta beberapa orang kepercayaannya. Selama satu bulan disana setiap malam Dirian tidak membiarkan dia tidur dan terus menggagahinya sampai dia hampir keguguran. Itu adalah kehamilan pertamanya dan tentu saja setelah itu dia benar benar keguguran hanya karena suaminya tidak membiarkan dia hamil benihnya. Miris !Mereka kembali ke ruang tidur. Dirian membaringkan Selene di atas ranjang besar

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   10. Bercinta dengan Duke

    Air hangat sudah disiapkan pelayan. Dirian membuka pakaian tanpa ragu, tubuhnya tampak sempurna dalam cahaya redup. Ia masuk ke bak mandi, membuka botol wine, menuang isinya ke dalam gelas. Dia duduk dengan tenang didalam bak.“Aku tidak boleh minum alkohol,” ucap Selene, mengingatkan. Tubuhnya masih rapuh setelah keguguran.“Aku akan minum sendiri. Kemarilah.” Dirian mengulurkan tangan.Selene melepas jubah, lalu menurunkan gaun tidurnya hingga jatuh ke lantai. Tubuh polosnya terekspos sempurna , Dirian menatapnya tanpa berkedip, matanya penuh dengan hasrat yang tak ia sembunyikan. Selene kemudian meraih tangan Dirian dan masuk ke bak, duduk di pangkuannya. Dia duduk membelakangi Dirian walaupun dia dipangku oleh Dirian.Air hangat menyelimuti tubuh mereka. Sentuhan kulit tanpa sehelai kain membuat wajah Selene merona. Aroma wine dan tubuh Dirian bercampur, menjeratnya dalam suasana yang intim. Suasana yang selalu ada ketika mereka melakukan hal ini bahkan sejak malam pertama . Jika

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   9. Palsu

    Begitu pintu kastil menutup di belakang mereka, Selene melepaskan genggamannya dari tangan Viviene. Udara sore terasa berat, langit merona merah keemasan, namun hawa di antara kedua saudara itu dingin membeku. Para pengawal yang tadi mengikuti langkah mereka sudah menjauh, sengaja memberi ruang.Selene menatap lurus ke depan, suaranya datar tanpa getar.“Ibu memang seperti itu. Keras, sulit dihadapi… apalagi ditenangkan.”Viviene hanya menatapnya, matanya berkilat, masih menyimpan luka dari makian Odette barusan.“Dan jika beliau sudah membenci seseorang,” lanjut Selene lirih, “selamanya takkan ada pengampunan. Beliau tidak pernah lupa.”Viviene mendengus, senyum getir muncul.“Apa kau sedang memperingatkanku? Tentang apa yang terjadi sebelumnya?”“Aku hanya memberitahumu,” jawab Selene, menoleh sebentar lalu kembali menatap ke depan. “Setidaknya, kau bisa bersiap mencari cara merebut hatinya.”Viviene menyipitkan mata. “Kau bicara seolah kau mampu melakukannya.”Selene tertawa pendek

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status