Kakek Tua Yang Menyebalkan
Lily bangun pagi seperti biasa, namun bangun dengan perasaan yang luar biasa bahagia. Rona bahagia terlihat jelas sejak ia membuka matanya. Lili berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya mengusir rasa malas dan kantuk yang masih sedikit menggantung di pelupuk matanya dan dengan cepat keluar dari kamar hendak membantu menyiapkan santapan sahur. Tampak olehnya, pria yang hobbynya berkata pedas padanya masih terlelap tidur, membuat lily berjalan sedkit pelan agar tidak membangunkannya.
Lily menyiapkan empat piring dan 4 mangkuk kecil sebagai wadah untuk menikmati sup jamur yang ia masak sendiri. Lily memasak sup jamur spesial untuk suaminya sebagai ungkapan terimakasih karena sudah mengijinkan dirinya untuk bekerja kembali. Ia menyiapkan semua itu dengan perasaan yang bahagia. Ia bersenandung kecil ketika menaiki tangga hendak membangunkan suaminya. Baru saja dirinya tiba di depan piAda Apa Dengan Laki-laki itu Sepasang pengantin baru itu terdiam dalam perjalanan menuju kantor Lily. Lily yang awalnya sangat bersemangat menyambut hari ini, menjadi lemas ketika ia mendengar jawaban Juna atas pertanyaan yang ia ajukan saat melihat Juna mengenakan jaket dan meraih kontak mobil di atas meja riasnya, saat ia sudah bersiap untuk mengenakan tas selempangnya."Peraturan pertama, berangkat aku yang antar, pulang aku yang jemput. Tidak setuju tidak usah masuk kerja lagi," jawab Juna dengan nada tegas tak terbantahkan.Impiannya menikmati kebebasan berangkat kerja sendiri buyar seketika mendengar perkataan Juna itu.Ia berulang kali berdecih kesal mengungkapkan kekecewaannya, namun Juna bersikap acuh, tidak menanggapi kekesalan Lily.Lily terus diam menatap jalan. Lama kelamaan ia tidak tahan dengan keheranannya. Mengapa Juna bisa tahu letak kantornya padahal ia belum pernah ke sana, bahkan sewaktu berangkat tadipu
Tidakkah Kita Saling Mengenal Dulu? Ponsel Lily yang berada di atas mesin jahit tiba-tiba berbunyi. Jam dinding yang berada di ruangan itu sudah menunjukkan pukul 3 sore.Lily menggeser tombol berwarna hijau." Assalammu"alaikum.""Waalaikumsalam. Aku sudah di depan ruanganmu. Cepat buka!" Suara ketus Juna terdengar.Lily bersegera membukakan pintu ruangannya yang tadi ia tutup karena ia hendak melaksakan sholat ashar di ruangannya."Kenapa pakai ditutup segala sih pintunya," omel Juna saat melangkah masuk ruangan bernuansa hijau tosca itu. "Saya kan sedang sholat ashar suamiku sayang," ujar Lily tanpa menyadari sapaan yang baru saja terlontar dari bibirnya.Juna tercenung mendengar sapaan Lily barusan. Serius itu tadi yang mengucapkan Lily, istrinya si gadis aneh? Suamiku sayang? Rasa panas menjalar ke seluruh wajah Juna, ia mendadak gugup. Salah tingkah sendiri. Bila set
KenanganLily terkesiap, mendengar pertanyaan laki-laki di depannya. Pandangannya semakin dalam seakan mencari kebenaran ucapan laki-laki itu. Detik berikutnya, Lily semakin merasa tidak berdaya."Tidakkah kita saling mengenal dulu?" Ia mengulangi lagi pertanyaannya, sambil tersenyum menatap Lily yang hanya diam mematung menatapnya. Mata bulat penuh binar itu tidak berubah, tetap indah seperti dulu, Baskara menggumam dalam hati. Dirinya terus saja mengamati wajah gadis di depannya yang masih menatap dirinya dalam diam. Lily tersadar dari diamnya lalu berdeham, menghilangkan kekakuan yang tercipta di antara mereka. "Maaf..." ucapnya pelan, seakan takut suaranya akan terdengar oleh orang lain selain mereka berdua. Baskara menangkap sikap Lily yang canggung. Ia tidak menyalahkan Lily. Dirinya dulu pernah menemani Lily untuk beberapa saat tanpa status hubungan yang jelas. Baik dirinya maupun Lily menjalani semu
Tekad Juna Seminggu sudah Lily berangkat dan pulang kerja bersama dengan Juna, dan dalam seminggu itu pula tidak begitu banyak perubahan yang terjadi pada hubungan mereka berdua. Juna masih dengan sikap ketusnya dan menjadi semakin dingin setiap kali melihat bagaimana Baskara memperlakukan Lily dengan begitu lembut, berbanding terbalik dengan dirinya. Hari ini, seperti biasa kebisuan menemani mereka selama perjalanan pulang hingga mobil sedan itu memasuki pekarangan luas keluarga Broto. Keduanya memasuki rumah dengan berjalan beriringan, terus melewati ruang tamu dan ruang keluarga, menaiki tangga hingga tibalah mereka di kamar mereka. Juna melepas sepatunya dan menggantinya dengan selop kamar, lalu melepas dasi dan kemejanya. Tinggallah sekarang dirinya hanya mengenakan kaos singlet masih dengan celana panjang yang sama. Sedangkan Lily,
Ceraikan Aku Juna melangkah acuh meninggalkan meja makan. Ia membiarkan Lily berjalan di belakangnya. Tidak lagi beriringan seperti biasanya. Kakek tua, Pak Broto, melihat semua kejadian yang berlangsung di meja makan selama buka puasa tadi. Ia menyaksikan bagaimana Baskara berusaha mendekati Lily, dan bagaimana ekspresi Juna melihat interaksi keduanya. Dalam hati kakek tua itu begitu sedih. Perjodohan yang ia harapkan dapat berakhir bahagia bagi sang cucu, justru menciptakan persaingan dan permusuhan diantara mereka. Dirinya sendiri tidak mampu menengahi pertikaian terselubung dua cucu kesayangannya itu. Ia hanya mampu menyerahkan semuanya kepada Yang Di Atas, akan seperti apa kedepannya hubungan kedua kakak beradik itu. Lily berdendang ringan meninggalkan meja makan. Ia melangkah menaiki tangga dengan riang ketika sebuah tangan kekar mencekal tangannya. Lily menghentikan langkahnya dan menoleh ke s
Dejavu Lily berjalan cepat meninggalkan kamar Juna. Ia melangkah tegas, seakan ingin menunjukkan bahwa suasana hatinya sedang benar-benar marah. Ia berjalan menuju masjid yang berada tepat di seberang rumah mertuanya itu. Entah memang takdir atau hanya kebetulan semata, lagi-lagi dirinya dipertemukan kembali dengan Baskara yang juga tengah melangkah keluar dari kamarnya hendak ke masjid yang sama dengan yang dituju Lily. Baskara pun sama terkejutnya seperti Lily. Ia merasa seakan dirinya dan Lily sedang dipermainkan oleh takdir. Di saat seperti ini, mereka justru kerap bertemu tanpa mereka rencanakan sedikitpun. Baskara pun mempercepat langkahnya, berusaha mengejar Lily yang sudah melangkah jauh di depannya. "Lily!" panggil Baskara ketika ia berhasil mengikis jarak di antara mereka. Lily seketika menghentikan langkah kakinya. Suara Baskara seakan memiliki daya magis bagi Lily. Ia tidak memiliki daya apapun unt
Kemelut Dalam Diri Baskara Pak Broto menghela nafas panjang mengingat kejadian semalam. Ia melihat bagaimana Baskara dan Lily berjalan beriringan ke masjid sedangkan Juna berdiri terpaku, menatap keduanya yang berjalan di depannya. Ia sempat mendengar keributan yang terjadi di tangga setelah acara berbuka puasa kemarin. Suara pintu kamar yang dibanting Juna terdengar hingga kamarnya. Seperti biasa, Pak Broto berjalan mengitari halaman rumahnya yang lumayan luas, mencari udara segar sekaligus merangsang otot-otot kakinya agar tidak kaku. Di saat dirinya memutuskan untuk beristirahat sejenak di salah satu kursi taman yang terletak tepat di depan kolam ikan koi, Baskara tengah berdiri membuka kunci gerbang dari arah luar. Pak Broto mengawasi Baskara dari kursinya. Cucu kesayangannya yang seharusnya menjadi suami Lily, namun gagal karena permainan takdir. Langkah Baskara semakin mendekat. Pria muda itu mengangkat wajahnya karena merasa di awasi seseorang. Ketika netranya menangkap sosok
Sella Sudah satu minggu Juna dan Lily tidak saling menyapa dan selama itu juga Juna tidur di ruang kerjanya. Lily justru tampak riang gembira. Akhirnya, ia bisa berangkat sendiri ke kantor dengan menggunakan motor metiknya. Beberapa kali Baskara menawarkan bantuan untuk mengantar dan menjemput Lily, namun gadis itu selalu menolak. Bukan apa-apa, bagaimana pun statusnya masih sebagai istri Juna, kakak Baskara. Jika ia terlalu sering menghabiskan waktu bersama Baskara, itu akan merusak nama baik keluarga Broto di lingkungan masyarakat. Lily baru saja memarkirkan motor metiknya di garasi. Ia mengedarkan pandangannya, kedua mobil kakak beradik itu sudah terpakir di tempat masing-masing. Ia melangkah masuk melalui pintu samping garasi yang langsung terhubung dengan dapur. Ia memberikan dua bungkus pisang ambon kepada asisten rumah tangga untuk dihidangkan sebagai makanan pembuka sebelum makan malam. "Non, Den Baskara tadi sudah beli buah naga banyak sekali." "Ya tidak apa-apa, Mbak. Bu