Share

Bab 12

POV Duta



Kacau!  Kacau! Otakku kacau. Nita tidak sedang menggeretaku. Dia benar-benar melakukannya. Tuhan … aku tidak mau kehilangan istriku. Bagaimana ini? Aku sangat mencintainya. Aku tak mau kehilangan Nita. 'Maafkan aku Nita, aku khilaf.'


Pikiranku kalang kabut. Aku menyesal telah menghianatinya. Namun, percuma penyesalanku tidak akan merubah segalanya. Bagaimana ini? aku tidak mau kehilangan Nita. Nita harus tetap menjadi miliku bagaimanapun caranya.

Sial!


Aku harus minta maaf pada Nita. Aku yakin dia akan memaafkanku. Tak apa aku akan menceraikan Vira, asal Nita mau memaafkanku. 



Mobil yang kukendarai dengan kecepatan tinggi, kuputar balik ke rumah. Aku ingin memohon ampun pada istriku.



Aku sakit melihat dia bermesraan dengan laki-laki lain. Seperti inikah rasanya di hianati? Aku tidak rela. Dia wanita. Dia tidak pantas melakukan itu padaku.


Kenapa dia harus membalas perlakuan yang sama denganku? Itu menyakitkan. 'Nita kamu hanya miliku hanya aku yang berhak memiliki kamu'



Jujur hatiku saat ini benar-benar bingung. Aku takut kehilangan Nita. Aku takut bercerai darinya. Aku tidak siap. Bagaimana ini? rasanya aku kalang kabut. Bodoh sekali rasanya diri ini telah mencampakannya. Nita Ampuni aku ….




Crit …! Terdengar bunyi rem yang kuinjak. Mobilku telah sampai di depan gerbang rumah. Aku berlari masuk kedalam rumah, menuju kamar Nita. 



"Nita …! Nita …!." Aku terus memanggilnya. Bukan Nita yang menampakan diri justru Vira. 



"Ada apa, Mas? tanya Vira yang bingung dengan tingkahku. 



"Dimana Nita?" ucapku cepat.



"Di kamarnya, Mas." Tanpa menjawab ucapan Vira, aku berlari ke kamar Nita. Dan langsung kugedor pintunya.



"Ma … buka pintunya, Papa mau ngomong," pintaku penuh harap. Sama sekali tidak ada jawaban. Aku tidak boleh emosi.



"Ma … buka pintunya, Papa mau ngomong." Tidak ada jawaban. Vira menatapku bingung, tapi aku mengabaikannya.



"Baik, kalau kamu tidak mau membuka pintu, Ma. Akan Papa dobrak pintunya," ancamku. 


Tak lama pintu itu pun terbuka. Aku langsung masuk dan mengunci pintu dari dalam. 



"Ma, tolong bicara sama Papa. Maafin Papa, Ma." Aku bersujud di kakinya, dia masih diam. Membuatku panik dan bingung.


"Ma, jangan diam aja, Papa bingung kalau Mama hanya diam, Papa minta maaf."  



"Maaf itu hal mudah, Duta! Aku memaafkanmu, namun perlu kamu ketahui, aku ingin berpisah darimu Duta." Ucapan Nita membuat dadaku terasa sesak, aku tak mau kehilangan dia.



"Papa mohon, Ma. Beri papa kesempatan sekali lagi, apa yang harus Papa lakukan? Apa Papa harus menceraikan Vira? Akan Papa lakukan, asal Mama maafin Papa," ucapku memohon. Berharap Nita akan mengasihaniku.



"Sudah aku bilang, aku memaafkanmu, tapi maaf, bukan berarti aku mau kembali padamu! Sekalipun kamu menceraikan Vira, aku tidak akan mau kembali kepada seseorang yang menjijikan! Bagiku, kamu sudah sangat menjijikan! Kamu bukan poligami berdasarkan syariat! Kamu poligami hanya berdasarkan nafsu! Kamu berselingkuh di belakangku! Aku tidak mau berbagi suami! Sekalipun kamu meninggalkan Vira, tetap di dalam tubuhmu ada bekas tato Vira! Tanpa aku jelaskan kamu sudah tahu apa maksudku!"



Ah brengsek! Sepertinya Nita semakin marah. 


"Keluar kamu dari kamarku! Atau aku yang keluar?!" bentak Nita. 



Aku tak ingin membuat suasana semakin riuh, aku pasrah karena sadar telah menghancurkan kesetiaannya.




"Duta, maaf aku sudah tidak bisa bertahan denganmu, hari ini juga aku akan pergi. Aku akan mengurus surat perceraian kita. Dengan uang aku bisa melakukan segalanya. Bahkan untuk surat cerai, aku bisa dengan cepat mengurusnya tanpa harus bersusah payah. Tadinya aku ingin membalas perlakuanmu didepan matamu, namun aku bukan wanita rendahan! Diamku selama ini sudah cukup untuk membalasmu.

"Bersyukurlah, setidaknya aku mengikhlaskan semua yang sudah mewujudkan impianmu, aku tidak merebut apa pun atau bahkan menuntut semua asetmu! Semua hartamu hanya receh bagiku, aku tidak membutuhkannya, kau nikmati saja dengan istrimu, semoga kamu bisa lebih berhasil dari ini." Kemudian Nita berlalu.



Hati ini juga dia pergi meninggalkanku. Nita pergi tidak membawa apa pun, bahkan pakaian dan mobil yang telah kuberikan dia tinggalkan. Nita hanya membawa harta kami yang paling berharga. Adnan.


Rasanya sehancur ini, aku tidak berdaya. Entah setelah ini hidupku akan seperti apa. Aku hanya termenung di kamar Nita. Kamar yang penuh kenangan, senyum, tawa dan candanya. Bahkan dia membawa semua kenangan dia di rumah ini, tanpa menyisakan satupun untukku. 



Nita … apa memang sudah tidak ada sedikitpun cinta untukku? Bahkan hanya sebuah fotomu untuk kutatatap pun tiada lagi. 



"Aaaaaaaaaaaargggghhhhhh!" Aku berteriak tanpa mempedulikan jika Vira melihat kehancuranku. 



Satu kesalahan telah merenggut dua berlian. Andai waktu bisa ku-ulang, takan pernah aku mencampakannya. Aku kira Nita hanya bercanda, ternyata dia serius dengan ucapannya.



Bahkan Adnan hanya memandangku, kemudian berpaling mengikuti Nita. Mereka sudah pergi. Begini sakitnya ditinggalkan orang yang sangat berharga.


Kenapa aku baru menyadari setelah kehilangan?.



'Hik … hik … hik …!

Tubuhku lemas, bahkan  untuk berdiri pun aku tak mampu menopangnya. Aku benar-benar hancur. Aku hanya melakukan satu kesalahan, tapi aku tidak pernah membayangkan ini akan berakibat fatal.


💚💚



"Mas … sabar," ucap Vira menenangkan sambil memelukku. Aku tidak dapat mengatakan apapun, aku tidak bisa mencacinya, karena aku yang mengawali perselingkuhan ini, aku yang merayunya. Hingga dia mau menjadi istri kedua.



Aku terus menangis di pelukan Vira. Setelah sedikit tenang, aku menyuruhnya keluar. Aku ingin tidur di kamar ini karena di sini masih tercium wangi tubuh Nita, yang  mampu membuat rinduku sedikit berkurang.



"Vira, aku ingin sendiri, tolong tinggalkan aku." 



Vira mengangguk, dan beranjak keluar, kemudian aku mengunci pintu dari dalam. 




Malam ini, malam yang menyakitkan untukku. Semakin aku menekannya, semakin dia mencoba untuk terlepas. Diamnya selama ini adalah caranya untuk pergi meninggalkanku. Aku tak tahu mampu melupakannya atau tidak. Satu hal, Nita akan menjadi kenangan terindah di relung hati terdalam.

Aku meringkuk, memeluk pakaian Nita dan Adnan dengan hati hancur …. 





Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status