Home / Young Adult / GADIS 100 KG / Ancaman Elang

Share

Ancaman Elang

Author: Fatimah
last update Last Updated: 2023-04-15 11:21:00

Adeera berjalan terburu-buru menuju kamar mandi. Berbagai makanan pedas yang dikonsumsinya kemarin, membuat perutnya sembelit bukan main. Sementara dari berlawanan arah, Dewi berjalan sambil menatap wajahnya di kamera depan ponsel hingga akhirnya menabrak Adeera dan keduanya langsung jatuh terjengkang.

Adeera hanya terbelalak dengan mulut terbuka, lalu buru-buru berdiri. Sementara Dewi masih dalam posisi terduduk, menatap gadis tambun itu kesal. Namun kemudian netranya meliar dan  berubah panik melihat beberapa murid menghampiri. Dewi gegas bangkit, menatap Adeera dengan nyalang.

“Hei, Kuda Nil! Mata Lo ditaruh dimana sih? Jalan tuh pake mata bukan pake dengkul. Mentang-mentang segede karung, seenaknya nyenggol-nyenggol orang!“ umpatnya.

"Maaf, Wi.“ Adeera menyahut cepat. Walau tak merasa salah, tapi ia tetap melakukannya. Bukan mengalah, tapi karena enggan membuat keributan.

“Lo pikir beres cuma pake maaf? Lihat nih baju gue, jadi kotor gara-gara gue. Sepatu gue juga. Apa Lo pikir semua yang melekat di tubuh gue ini barang murahan? Ini nyucinya juga harus di laundry khusus. Gue nggak mau tau, Lo harus ganti rugi,“ ujar Dewi membuat sisi amarah Adeera terpancing. Gadis satu kwintal itu, mengepalkan tangan. Rahangnya mengerat dan giginya gemeretuk.

“Lu tuh playing victim, Dewi. Gue udah minta minta maaf tapi Lu malah ngomong ngalor ngidul. Lagian yang salah kan bukan gue, tapi Lu!“ Adeera menunjuk dada gadis berambut sebahu itu.

“Lu yang jalan nggak pake mata. Lu jalan sambil mainin hape dan Lu juga yang nabrak gue, tapi kenapa jadi Lu yang marah-marah?“ lanjutnya membuat wajah Dewi memucat seketika. Terlebih saat mendengar sorakan dari mereka yang menonton. 

“Dih, gaya Lo udah kayak terzalimi aja. Harusnya orang kayak Lo pindah aja ke planet lain. Udah mah kek kuda nil, muka pas-pasan tapi songong banget. Harusnya Lo nggak sekolah di sini, Kuda Nil. Sekolah ini nggak layak buat Lo. Nggak level!“ Dewi berteriak dengan napas terengah-engah. Membuat semua yang ada terdiam seketika.

Melihat Adeera hanya bergeming, membuat Dewi semakin naik pitam. Tak puas mengumpat, tangannya pun bergerak. Hendak melayangkan tamparan tapi kemudian, terdengar suara tepuk tangan dari belakangnya. Seketika, tangannya menggantung.

“Oh jadi menurut Lu, yang pantes sekolah di sini itu mereka yang good looking walau bad attitude? Begitu?“ Elang berujar sambil menghampiri Dewi.

"Elang ...“ gumam Adeera lirih. Dengan sigap, Elang meraih tangan Dewi lalu menghentakkannya dengan keras hingga gadis itu terjerembab.

“Aw.“ Hanya dua huruf itu yang keluar dari bibir Dewi. Dengan susah payah, ia bangkit. Mengelus pantatnya yang terasa linu.

"Lu Kalau mau wajah minyak Lu kagak hancur, jangan cari-cari masalah sama gue atau Adeera. Meski Lu cewek, tapi gue kagak bakalan segan-segan. Kagak cukup Lu, body shaming sama Deera, heh? Jangan mentang-mentang dia diem, Lu bisa seenaknya. Adeera juga manusia dan dia punya hati. Lagian ngapain Lu sekolah kalo kelakuan malah makin bebal? Sekali lagi Lu nyakitin Adeera, gue bikin wajah Lu itu jadi bungkus gorengan,“ ancam Elang membuat mulut Dewi mengatup seketika. Powernya sebagai anak salah satu dewan yayasan menciut seketika melihat binar mengerikan dari mata pemuda. Bukan hanya Dewi yang ketakutan, tapi juga mereka yang menonton.

"Dan kalian semua!“ Telunjuk Elang meliar pada mereka yang mengerumuni Adeera dan Dewi.

“Kenapa kalian diem? Apa karena Si Dewi ini anak dewan yayasan? Atau justru kalian senang lihat orang yang dibully? Senang ada tontonan gratis?“ lanjutnya membuat mereka yang berkerumun, buru-buru membubarkan diri. Begitupun dengan Dewi. Dengan terseok, ia menjauh dari sepasang sahabat itu.

"Lu nggak apa-apa kan, Deer? Lu udah diapain aja? Sorry ya, gue tadi lagi ke ruang guru jadi kagak bisa merhatiin Lu,“ ujar Elang, cemas. Adeera lantas tersenyum dan menggelengkan kepala.

“Kagak, Lang. Gue belum diapa-apain kok. Kalo masalah dihina, gue kan udah kebal. Lu tenang aja,“ sahutnya dan Elang pun menghela napas lega.

“Yaudah, Lu mau kemana sekarang? Gue ikut dah,“ ujar Elang.

“Gue mau buang hajat, Lang. Masa Lu mau ikut juga sih?“

Elang tertawa geli, lalu merangkul bahu Adeera.

“Kagak apa-apa, Deer. Gue ridho, ikhlas. Gue bakal nungguin Lu di koridor.“

“Kagak usah, Lang.“

“Gue nggak nerima penolakan.“

“Ish.“

Adeera pun akhirnya pasrah. Membiarkan Elang mengekorinya. 

Sementara tak jauh dari mereka, Reynan tak berhenti mengamati. Ada perasaan kesal dan marah melihat kejadian tadi. Ia tak berhenti merutuki diri karena hanya terpaku di tempat.

“Jadi ini alasanmu  kemarin langsung menolakku? Andai aku punya nyali yang kuat mungkin akulah yang jadi juara, tapi sayang aku pecundang yang hanya bisa  melihatmu diperlakukan seperti itu,“ gumam Reynan lirih, sedangkan matanya terus memindai pada arah Elang dan Adeera yang tak canggung tertawa lepas. Kini ia juga paham, betapa Elang begitu berarti dalam kehidupan gadis itu. Melihat keakraban dan persahabatan mereka, membuat hatinya terusik. Ia ingin seperti Elang yang mampu menjaga, membela dan melindungi Adeera. 

Reynan mengdengkus kasar lalu mengangguk mantap. 

“Aku sudah sangat yakin dengan perasaan ini. Aku menginginkanmu jadi sahabatku, aku juga yakin bisa setanggap dan seberani Elang,“ lanjutnya tanpa mengalihkan pandangan dari punggung Elang dan Adeera yang kian menjauh.

Reynan gegas mengayunkan langkah. Mengikuti kemana perginya Elang dan Adeera. Netranya langsung terbelalak melihat Elang duduk dengan setia menunggu Adeera yang masuk ke kamar mandi.

“Gi la juga dia, sampai Adeera ke toilet saja dia tunggui,“ gumamnya. 

Beberapa menit kemudian Adeera keluar dari kamar mandi sambil tersenyum, lalu mereka berdua kembali melangkah ke arah kantin.

Kantin yang ramai membuat Reynan kebingungan mencari meja kosong. Belum lagi para siswi yang tiba-tiba mengerumuninya. 

“Rey, kok DM gue nggak dibales?“

“Rey, kenapa WA Lo nggak aktif?“

“Rey, Lo pake skincare apa sih? Kok glazed skin banget wajahnya?“

Rey tak menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu dan buru-buru mendaratkan bobot di meja yang baru kosong, tapi tak dinyana para siswi itu ikut duduk. Menyulitkan langkahnya mengatami Adeera dan Elang.

“Rey, serius ... Lu pake skincare apa sih?“

Kesal. Reynan berdecak, menjawab pertanyaan teman sekelasnya yang tak ia ingat namanya.

“Gue bakalan jawab, tapi setelah ini Lo diem, ya.“

“Oke.“

“Gue pake Bee cosmetic.“

“Belinya dimana, Rey?“

“Bisa dicari di media sosial atau marketplace. Sudah banyak kok agen sama resellernya. Ownernya pernah masuk TV juga. Udah, ya. Gue lapar.“

“O-oke, Rey. Kalo gitu gue ke kelas duluan, ya.“

“Ya.“ 

Reynan menyahut singkat. Lalu melangkah ke stand jus, memesan jus alpukat.

“Jadi orang ganteng itu emang terkadang rumit. Saking pengennya ngobrol sama gue, mereka rela-relain nanyain skincare yang gue pake. Ck ... Ada-ada aja, tapi emang wajah gue bukan sekedar glowing tapi ngeglazed dan wajar bikin mereka mupeng,“ gumamnya pelan sambil menatap pantulan wajah di layar ponsel. Lalu kembali menyoroti Adeera dan Elang yang tengah bersenda gurau.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GADIS 100 KG   Kejujuran yang menyakitkan

    ”Maafkan aku, Ay ...” ucap Reynan tertunduk.”Aku nggak butuh maafmu. Aku butuh kejujuranmu. Katakan semuanya padaku, Reynan!” seru Adeera dengan suara tertahan karena emosi yang meluap.”Akan kuceritakan semuanya, Ay.” Reynan menatap Adeera lekat-lekat.”Dari awal kamu kesulitan berkomunikasi dengannya, aku dan Elang masih bertukar kabar. Kami masih sering berbagi cerita. Termasuk aku yang menceritakan perasaanku padamu, Ay. Termasuk program diet kamu.Dia juga sengaja nggak menghubungimu karena dia sudah menitipkanmu padaku. Dan terakhir ...”Reynan menarik napas sejenak. Menatap Adeera yang tampak tak sabar menunggu ucapannya.”Dan yang terakhir, aku menelponnya saat kita jadian. Aku memberitahunya kalau kamu menerimaku,” lanjut Reynan seraya menelan salivanya kasar.”Lalu?” tanya Adeera tak sabar.”Elang kecelakaan.” Reynan menjawab dengan kepala tertunduk.”Apa?!” Adeera memekik tertahan sambil memegang dadanya yang berdegup kencang.”Dia kecelakaan tunggal, Ay. Dan setelah itu k

  • GADIS 100 KG   Pengakuan Reynan

    ”Ma-maksudnya gimana, Ay?” tanya Reynan, dengan mata membulat sempurna.”Kita seperti dulu, Rey. Sebelum jadi sepasang kekasih,” jawab Adeera. Membuat Reynan susah payah menelan salivanya.”Jangan bercanda, Ay!” serunya frustasi.”Aku nggak bercanda, Rey. Aku serius,” ujar Adeera. Membuat hati Reynan luluh-lantak. Kepalanya menggeleng pelan, sementara bibirnya perlahan melengkung walau tipis.”Enggak, Ay. Aku enggak mau. Jangan minta putus, aku mohon,” ucapnya dengan suara bergetar.”Minta yang lain saja, Ayy. Tapi jangan minta putus,” lanjutnya. Adeera menatapnya lekat-lekat. Ada sedikit rasa iba melihat siluet kecewa yang membentang di bibir lelaki itu. Namun ia juga sudah tak kuat jika terus bertahan di sisi lelaki itu.”Please, Ay ... Minta saja yang lain. Tapi jangan minta putus.”Adeera menghela napas dalam-dalam. Menatap sang kekasih dengan tangan bersedekap di meja.”Kalau begitu, aku minta kamu terima kehadiran Airlangga di kehidupanku. Aku rasa, aku butuh dia,” paparnya. Me

  • GADIS 100 KG   Putus

    Adeera menatap jam digital di atas nakas. Sudah jam satu siang, dan selama itu Adeera tak melakukan aktifitas apapun selain rebahan dan drakoran. Ia mulai bosan dan ingin menghubungi Elang. Tapi ponselnya mati. Lucunya lagi, di rumah sebesar itu, Adeera tak menemukan satu pun charger. Tadi, Adeera sudah meminta pada Narsih. Tapi ponsel mereka ternyata beda. Narsih masih menggunakan ponsel keypad, yang hanya bisa digunakan untuk menelepon dan SMS saja.Adeera merasa heran pada wanita itu. Kenapa tak terbawa arus kecanggihan teknologi? Kenapa tak menggunakan ponsel pintar? Tapi jawaban wanita itu langsung membuat bibirnya mengatup.“Hape itu hanya melenakan, Neng. Sementara saya sudah tua. Daripada waktu luang kita digunakan haha hihi nonton tiktok, mending banyakin ibadah saja.“Adeera mendengkus kasar. Lalu memilih keluar kamar. Mengitari ruang tamu, berpindah ke ruang tengah dan berakhir di dapur saat perutnya melilit minta diisi. Ia pun membuka lemari pendingin dan tudung saji, tapi

  • GADIS 100 KG   Murka Reynan

    Elang bergidik ngeri mendengar penuturan Vino tentang Herlan. Lelaki yang dulu pernah jadi gurunya itu ternyata punya gurita bisnis di bidang prostitusi dan narkoba. Selain punya rumah prostitusi bertopeng tempat karoke, Herlan ternyata memiliki banyak anak buah. Termasuk di institusi kepolisian.Untuk memperkuat bukti, Vino akan mengali lagi lebih dalam supaya nantinya Herlan tak mampu beralibi. Bahkan tak mampu tuk sekadar mengangkat kepala.“Atur saja sesukamu, Vin. Pokoknya kamu harus kuliti habis kasus Herlan. Pastikan juga kasus ini di up di media sosial dan berita nasional. Batasi juga pergerakan anak buahnya. Kalau kamu berhasil, saya akan kasih kamu bonus,“ ujar Elang menggebu-gebu.“Siap, Bos.“Elang menghela napas. Lalu berjalan ke balkon kamarnya sambil menyesap segarnya angin malam.“Kamu pantas dihukum, Herlan. Aku yakin, kamu sudah banyak merugikan orang terutama hawa. Kamu juga menyelewengkan hukum. Sekarang, nikmati hidupmu, Herlan. Sebelum aku menjebloskanmu ke jeruj

  • GADIS 100 KG   Bertindak

    “Mixue?“Adeera yang tengah fokus pada layar komputer, terbelalak seketika saat sebuah cup dingin tiba-tiba menyentuh pipinya. Dengan cepat, ia mendongak dan memutar bola mata melihat Elang tersenyum cengengesan.“Dasar Jahil!“ umpatnya dengan bibir mengerucut.“Cepat ambil, mumpung masih dingin,“ kata Elang.Adeera terdiam sesaat. Memandangi eksrim itu dengan sudut bibir yang berkedut.“Ini buat aku?“ tanyanya. “Bukan, tapi buat kelinci!“ Elang menjawab ketus dan asal.Adeera sontak melotot dan merebutnya dengan segera.“Sayang banget kalo buat kelinci,“ katanya sambil mencicipi eskrim asal negeri Thailand itu.“Enak banget, dingin seger,“ katanya sambil memejamkan mata dan tiba-tiba saja bayangan Elang melintas di pikirannya.Ia ingat betul lelaki itu sering membawakan minuman serupa untuknya. Sejurus kemudian, air matanya menetes. Rindu itu semakin tumbuh subur di dalam hatinya. Walau ada Airlangga sang bos, tapi tetap saja tak mengurangi kerinduannya pada Elang.“Hei, kok malah na

  • GADIS 100 KG   Bertemu Herlan

    “Sudah siap?“ tanya Adeera saat masuk ke ruangan Elang.“Sudah,“  jawab Elang sambil tersenyum tipis.“Hanya saja moodku lagi nggak baik,“ lanjutnya dalam hati.Hari ini mereka berdua ada agenda bertemu dengan klien baru yang bersinggungan dengan divisi Adeera.“Kamu kok kayak nggak semangat gitu?“ ujar Adeera sambil menatap wajah Elang yang tampak kuyu.“Emang nggak semangat. Klien yang ini sangat merepotkan dan manja. Modal sedikit aja banyak gaya. Pake pengen meeting di restoran mahal segala,“ jawab Elang sambil bangkit berdiri dan merapikan penampilan.“Harus semangat dong. Mereka punya banyak koneksi termasuk di bea cukai. Sayang banget kalau kita melewatkannya,“ sahut Adeera sambil tersenyum.“Iya, Ibu Adeera. Yaudah ayo!“Mereka pun langsung bertolak ke restoran di sebuah hotel bintang lima. Sepanjang perjalanan, mereka membahas rancangan pr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status