"Kau harus membayar mahal atas kesalahan ibumu!" Karena sebuah kesalah pahaman, tepat di hari pernikahannya, Sonya diculik dan dilecehkan oleh pria yang menaruh dendam pada keluarganya. Sonya juga harus merelakan sepupunya bersanding di pelaminan bersama calon suaminya. Penderitaan Sonya semakin lengkap, ketika dirinya dinyatakan tengah mengandung benih pria yang telah melecehkannya. Apa yang akan terjadi dengan kehidupan Sonya? Bagaimana ia menghadapi badai yang silih berganti menghampiri kehidupannya? IG @ellina_zarima
View MoreSeorang wanita tampak tergolek lemah dan sesekali mengerjapkan netranya. Tangannya terikat kuat dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya.
“A-aku di mana?” lirih Sonya dengan nada yang begitu pelan. Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya untuk mengembalikan kewarasannya.
“Anda berada di tempat yang aman,” jawab seseorang dengan suara berat. Laki-laki itu berdiri di dekat ranjang dengan tatapan yang begitu menyeramkan.
Sonya segera melebarkan netranya. Seketika wajahnya pias ketika menyadari posisinya. Wanita itu dalam keadaan terikat dan tidak berdaya.
“T-tuan, tolong lepaskan aku. Hari ini aku akan menikah dan Rafael pasti sedang menungguku!” Sonya tampak memohon dengan air mata yang berlinang. Gadis itu benar- benar mengkhawatirkan kondisi calon suaminya.
“Nona, tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Anda cukup diam dan patuhi perintahm kami!” laki-laki bertubuh kekar itu segera mendekat dan berbicara dengan nada mengancam. Mereka terlihat sangat menyeramkan di hadapan Sonya.
“K-kenapa Anda jahat sekali? Apa salahku kepada kalian dan biarkan aku pergi menemui Rafael. Dia pasti sedang kebingungan mencariku.” Sonya kembali memohon kepada ke dua laki-laki yang tengah berdiri tegap di hadapannya. Gadis itu berharap kalau mereka akan melepaskan dirinya.
“Jangan memaksa kami, Nona. Sampai kapanpun, kami tidak akan melepaskan Anda!” ucap pria berperawakan tegap dengan topi hitam di kepalanya. Ia menolak mentah-mentah permintaan Sonya yang tengah meminta belas kasih kepadanya.
Sonya hanya dapat menangis dan memikirkan keadaan calon suaminya. Rafael dan keluarganya pasti tengah kebingungan mencari keberadaannya. Lalu, bagaimana dengan pernikahan mereka? Keluarga Sonya pasti akan menanggung malu karena ulahnya.
Ketika Sonya tengah menangis memikirkan pernikahannya, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Seketika gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat ke arah pintu dengan netra berbinar. Ia berharap seseorang akan membebaskan dirinya dari sana.
Seorang laki-laki mendekat dan meminta dua orang bertubuh tegap itu keluar dari kamar yang berukuran cukup luas. Ia bahkan terlihat sangat tenang dan membuat Sonya yakin, kalau dewa penolong itu telah datang.
“T-tuan, terima kasih sudah menolongku. Tolong keluarkan aku dari sini. Hari ini aku akan menikah, mereka menculik dan membawaku ke sini!” Sonya berbicara dengan tatapan penuh harap. Ia sangat yakin kalau laki-laki itu pasti akan membantunya.
“Kamu hari ini akan menikah?” tanya laki-laki itu dengan tatapan dingin. Tidak ada ekspresi apapun di wajah tampannya. Tubuhnya yang menjulang semakin menambah pesona yang mampu menimbulkan kekaguman siapa saja yang melihatnya.
“Y-ya, hari ini aku akan menikah. Rafael sudah menungguku dan aku sangat mencemaskan keadaannya.” Sonya menjawab pertanyaan laki-laki itu dengan nada gugup. Entah kenapa, tatapan laki-laki itu begitu mempesona dan mampu menyihir Sonya untuk sesaat.
“Untuk apa kamu mencemaskan calon suamimu? Apa kamu pikir, kamu bisa lari dari sini?” kekeh laki-laki itu dengan nada mengejek. Ada kemarahan yang tergambar jelas di wajahnya.
“M-maksud Anda apa? K-kenapa Anda berbicara seperti itu?” Sonya bertanya dengan tatapan keheranan. Seketika binar bahagia itu sirna dari wajahnya.
“Kamu masih bertanya kenapa? Tentu saja kamu tidak akan pernah menikah dengan Rafael, karena kita akan menghabiskan malam pertama di sini!” laki-laki itu mendekat dan berbicara dengan nada yang begitu menjijikkan.
“A-apa? T-tidak. Aku tidak mau dan tolong lepaskan aku!” seru Sonya dengan nada setengah berteriak. Gadis itu terlihat sangat ketakutan mendengar ucapan pria yang tengah berdiri di hadapannya.
“Berteriaklah sesuka hatimu. Tidak akan ada yang datang ke sini dan membantumu. Sekuat apapun kamu berusaha, tidak akan ada yang berani mengganggu kita di sini, Manis!” bisik laki-laki itu dengan nada penuh penekanan.
“Tidak, jangan. Jangan lakukan apapun padaku. Biarkan aku pergi untuk menemui Rafael. Dia pasti tengah menungguku!” Sonya kembali memohon kepada laki-laki yang masih berdiri dengan tatapan yang begitu tajam. Ia berharap kalau laki-laki itu mau melepaskan dirinya.
“Kamu pikir aku peduli? Aku tidak akan pernah peduli dengan permohonanmu. Lebih baik, kita bersiap-siap untuk menghabiskan malam pertamamu di ranjang ini!” laki-laki itu berbicara dengan nada sinis. Ada kepuasan yang tergambar jelas di wajahnya.
“Tuan, aku rela bersujud di kaki Anda, asalkan Anda mau melepaskan aku. Aku mohon, biarkan aku pergi dari sini!” Sonya kembali memohon belas kasih kepada sang pria. Ia masih berharap kalau dirinya dapat lepas dari cengkeraman laki-laki iblis yang tengah mengurungnya.
Laki-laki itu terlihat sangat tenang. Dengan santainya, ia mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan ingin menunjukkan sesuatu kepada Sonya yang tengah terduduk di atas ranjang dengan tangan terikat.
“Kamu lihat sendiri, apa yang terjadi dengan calon suamimu yang kamu bangga-banggakan!” ucap laki-laki itu sambil menyodorkan gawainya kepada Sonya.
Sonya terdiam dan melihat sebuah video berputar di sana. Gadis itu tampak pias ketika melihat Rafael tengah mengikat janji suci dengan Stella, sepupunya. Ia bahkan tidak percaya kalau Rafael dan Stella benar-benar tega mengkhianati dirinya.
“T-tidak, ini pasti salah dan ini tidak mungkin. Stella itu sepupuku dan dia tahu kalau aku sangat mencintai Rafael. Bagaimana bisa dia menikah dengan calon suamiku?” ucap Sonya dengan netra berkaca-kaca. Gadis itu tampak meluruh dengan perasaan yang begitu hancur.
“Sekarang kamu percaya denganku, kan? Apa sekarang kamu masih berharap untuk menikah dengan Rafael? Sedangkan dia sudah menjadi suami sepupumu?” kekeh laki-laki itu dengan nada mengejek. Ada kebahagiaan yang terpancar di wajah tampannya.
“Dasar brengsek. Kenapa Anda tega sekali kepadaku? Kenapa Anda berani menghancurkan kehidupanku? Apa salahku kepada Anda?” Sonya bertanya dengan tatapan nyalang. Ada kemarahan yang tergambar di wajah cantiknya.
“Apa salahmu padaku? Kamu memang tidak bersalah. Tapi semua ini kesalahan ibumu. Kalau saja ibumu tidak merebut ayahku, mungkin keluarga kami tetap harmonis. Mungkin mental ibuku tidak akan terganggu dan rasanya pembalasan ini cukup adil, bukan?” kekeh laki-laki itu dengan nada yang begitu menjijikkan.
Sonya hanya terdiam sambil menggelengkan kepalanya. Beberapa tahun ini, semenjak ayahnya meninggal, ibunya memang memiliki hubungan khusus dengan seorang pria yang dia panggil paman. Sonya bahkan tidak tahu kalau pria itu sudah berkeluarga dan tega menyakiti istri dan anaknya.
“T-tuan, sebagai seorang anak, aku meminta maaf atas nama ibuku. Aku benar-benar tidak tahu kalau pria yang aku panggil paman, telah memiliki keluarga. Aku bahkan tidak tahu apa-apa dan sekarang, aku rela bersujud di kakimu atas kesalahan ibuku.” Sonya berbicara dengan wajah tertunduk. Ia merasa marah karena ibunya rela menjadi simpanan pria yang telah berkeluarga.
“Tidak semudah itu, Nona. Setiap malam, aku harus menenangkan ibuku yang berteriak dan menangisi pengkhianatan ayahku. Semakin hari, kondisi mental ibuku semakin terganggu dan kini harus menjalani perawatan di rumah sakit. Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti ibuku, termasuk keluargamu!” laki-laki itu berbicara dengan nada penuh amarah. Ada kekecewaan yang tengah ia sembunyikan di balik tatapannya yang begitu tajam.
“L-lalu, apa yang akan Anda lakukan?” lirih Sonya dengan nyali yang menciut. Tubuhnya bergetar hebat ketika melihat laki-laki itu membuka kancing kemejanya satu persatu.
“J-jangan lakukan itu padaku, aku t-tidak bersalah!” seru Sonya dengan wajah ketakutan. Gadis itu berusaha menghindar meski laki-laki itu semakin mendekat dan naik ke atas ranjang.
“Tak ada gunanya melawan, Manis,” bisik laki-laki itu dengan seringai yang menyeramkan. Sonya berusaha menendang dan memberontak, namun perlawanannya tidak berarti apa-apa. Tenaganya kalah kuat dengan sang pria yang tengah dikuasai dendam dan amarah. Dengan mudahnya laki-laki itu memenjarakan Sonya dan menguasai tubuhnya.
Tak peduli dengan Sonya yang terisak di bawah tubuh kekarnya, laki-laki bermanik hijau itu mengembuskan napas tepat di telinganya, membuat sekujur tubuh wanita itu seolah tersengat listrik. “Kamu tak akan bisa lari dariku, Sonya.”
***
Bersambung
“D-datang bulan?” tanya Sonya dengan tatapan terkejut. Seketika ia sadar kalau dirinya sudah terlambat datang bulan.“Ya, kapan Anda terakhir datang bulan?” ucap Dokter Shesa dengan senyum di wajahnya.“Awal bulan lalu,” jawab Sonya dengan tatapan cemas. Apa pelayan di rumahnya benar, kalau dirinya kini tengah mengandung? Kalau benar, ini adalah kabar bahagia untuk keluarga besar mereka. Namun, kalau kabar ini salah, pasti Oliver akan kecewa.“Kenapa kamu diam saja? Apa kepalamu masih pusing?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“T-tidak, aku hanya khawatir kalau kamu akan marah padaku,” jawab Sonya dengan wajah tertunduk dalam.“Marah? Kenapa aku harus marah?” tanya Oliver dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Aku takut mengecewakanmu. Kalau aku tidak hamil bagaimana?” lirih Sonya dengan nada penuh kegelisahan.“Sonya, kamu bicara apa? Kalau kamu tidak hamil, bagiku tidak masalah. Apa kamu lupa kalau kamu sudah memberikanku ketiga anak-anak hebat yang melengkapi kebahagiaan rumah t
Tiga bulan kemudian“Hoek! Hoek! Hoek!” Sonya kembali memuntahkan isi perutnya dengan kepala yang berdenyut hebat. Wanita itu merasa aneh dengan rasa mual yang beberapa hari ini kerap menyerang dirinya. Padahal akhir-akhir ini, ia merasa kondisinya baik-baik saja. Namun, rasa mual itu membuatnya semakin tersiksa.“Sonya, apa kamu baik-baik saja?” seru Oliver dengan nada cemas. Laki-laki itu tampak gelisah ketika menunggu Sonya yang tidak kunjung keluar dari kamar mandi.“Y-ya, aku baik-baik saja.” Sonya menjawab dengan nada lemah. Wanita itu tampak menyadandarkan dirinya ke dinding kamar mandi sambil memijit pelipisnya yang berdenyut.Oliver yang tampak cemas, segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Laki-laki itu sangat terkejut ketika mendapati istrinya tengah bersandar di dinding dengan wajah pucat pasi.“Sonya, apa yang terjadi? Apa kamu sedang sakit?” tanya Oliver dengan tatapan penuh kekhawatiran. Ia dengan sigap menggendong tubuh istrinya dan membawanya keluar dari sana.Dengan
Yura melangkah dengan wajah tertunduk. Sesekali wanita itu menggenggam erat tangan ayahnya. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya.“Jangan takut, semua akan baik-baik saja!” ucap Tuan Yoshio dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu segera mengantarkan putrinya menuju ke pelaminan. Di sana Zack sudah menunggu sang mempelai dengan senyum yang tergambar jelas di wajahnya.Tuan Yoshio mengantarkan Yura ke pelaminan. Laki-laki itu menyerahkan tanggung jawabnya kepada Zack, pria yang kelak akan mendampingi putrinya dalam suka maupun duka.“Zack, aku serahkan putriku padamu dan aku harap, kamu tidak akan menyakiti atau menyia-nyiakan dia!” ucap Tuan Yoshio dengan netra mengembun. Untuk pertama kalinya laki-laki itu merasakan kesedihan yang begitu besar di dalam hidupnya. Melepaskan Yura adalah hal terberat di dalam hidupnya.“Tuan, saya akan menjaga Yura sebaik-baiknya.” Zack berbicara dengan tatapan lekat. Laki-laki itu tahu kalau Tuan Yoshio sangat mencintai putrinya.Setelah berb
“James, waktuku sepertinya telah tiba,” lirih Alia dengan tatapan menerawang.“Tidak Alia, kamu pasti akan sembuh. Jangan berbicara seperti itu!” ucap Tuan James dengan tatapan yang begitu lekat.Namun, genggaman tangan Alia semakin melemah. Wanita itu hanya berbisik pelan kepada James untuk kembali kepada Dayana.“J-james, kembalilah kepada Dayana dan hiduplah bersamanya,” bisik Alia dengan tatapan sendu. Wanita itu seakan ingin menebus kesalahannya kepada Dayana.“Ya, aku akan hidup bersamanya, namun berjanjilah untuk terus berjuang. Kamu pasti akan sembuh dan kita dapat hidup bersama-sama.” Tuan James menggenggam erat tangan Alia. Laki-laki itu takut terjadi apa-apa dengan istrinya.Wajah Oliver tampak pucat pasi. Laki-laki itu tidak menyangka kalau kondisi Alia akan memburuk. Tadi, mereka sempat berbincang panjang lebar mengenai asal usul dirinya. Alia bahkan meminta Oliver untuk berbakti kepada ibu kandungnya. Wanita itu meminta sang putra untuk memaafkan apa pun kesalahan ibu ka
“Bu, apa yang Ibu katakan? Kenapa Ibu menangis?” tanya Zack dengan penuh rasa penasaran. Ia takut telah terjadi sesuatu pada ibu kandungnya.Nyonya Prita hanya tersenyum dan mengusap air matanya. Wanita itu menggeleng pelan dan meminta putranya untuk tetap fokus mengemudi.“Zack, jangan mencemaskanku. Aku baik-baik saja,” jawab Nyonya Prita dengan senyum di wajahnya. Wanita itu kembali terdiam dengan tatapan sendu. Entah kenapa, dadanya berdebar hebat ketika membayangkan sosok Oliver yang akan ditemui olehnya. Wanita itu hanya berharap kalau Oliver mau menerima dirinya sebagai seorang ibu yang telah melahirkan laki-laki itu ke dunia.Setelah menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Nyonya Prita segera turun dengan langkah tergesa. Wanita itu seakan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sosok yang sangat dirindukannya.“Bu, tunggu!” seru Zack dengan nada cemas. Ia merasa aneh dengan gerak-gerik ibu kandungnya. Namun, Bibi Weni segera menghentikan langkah
“Zack, ayo cepat bersiap-siap. Setelah selesai sarapan, kita akan pergi!” ucap Nyonya Prita dengan nada serius. Wanita itu meminta putranya untuk segera bersiap-siap.“Pergi? Kita akan pergi ke mana Bu? Apa kita ada agenda bertemu seseorang?” tanya Zack dengan kening mengernyit. Laki-laki itu tampak keheranan mendengar ucapan ibunya.“Cepatlah bersiap-siap, kita akan segera sarapan!” jawab Nyonya Prita dengan tatapan lekat. Wanita itu tampak sibuk menyiapkan menu makanan di meja makan.Bibi Weni mendekat dan menatap kakak perempuannya dengan perasaan campur aduk. Wanita itu tahu kalau Prita tengah larut dalam kegelisahan di dalam dirinya.“Prita, apa kamu sudah siap untuk menemui Oliver?” tanya Bibi Weni dengan tatapan penuh perhatian.“Ya, tadi Tuan James menghubungiku. Dia memintaku untuk segera datang ke rumah sakit karena Alia memintaku untuk segera datang ke sana.” Nyonya Prita berbicara dengan nada serius. Wanita itu memang sempat beberapa kali berkomunikasi dengan Tuan James da
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments