LOGINGunther Frouch, an obedient son. He was sent on a mission that led to death of his team. Ginevra, a Filipino-Italian Psychiatrist who helped him recover from his traumatic experience. They fell in love. But, his sly mother has her way. She managed to abduct Ginevra to force Gunther into submission. His next mission, to join Foedus Corporation and assassinate one of the members. Will he accomplish the mission just to save the woman he loves?
View More"Rafli, mulai malam ini, kamu temani tiga anak gadisku, ya!"
Belum sempat aku menjawab "Inggih" atau sekadar mengangguk patuh, suara ketus dari arah tangga langsung memotong pembicaraan kami.
Itu Nona Shella, anak sulung Nyonya Alika yang cantiknya luar biasa, tapi galaknya melebihi induk macan yang sedang menyusui.
Wanita muda itu mengenakan kemeja kerja yang dua kancing atasnya sengaja dibuka, memperlihatkan leher jenjang dan tulang selangkanya yang begitu menggoda.
"Mama emang ga mikir dua kali, ya? Ngapain masukin orang kampung ini ke dalam rumah utama? Dia itu cuma sopir, Ma, badannya dekil, item, mana bau lagi! Udah bener dia jadi sopir aja, malah dijadiin pelayan, terus disuruh tinggal pula!"
Aku hanya bisa menunduk semakin dalam sambil meremas topi kumalku, merasakan panas menjalar di telinga bukan karena marah, tapi karena malu menyadari betapa jauhnya perbedaan kasta di antara kami.
Memang benar kata Nona Shella, aku ini cuma pemuda desa yang merantau demi biaya berobat Emak.
Aku pun diam saja karena tidak enak dengan Nyonya Alika, mengingat dia berjanji membiayai terapi Emakku di desa, asal aku mau menjadi pelayan di rumahnya.
Tapi jujur saja, saat Nona Shella marah-marah begitu, dadanya yang naik-turun dengan cepat justru membuat mataku salah fokus, membayangkan betapa sesaknya kancing kemeja itu menahan bola-bola padat di baliknya.
"Shella, jaga bicara kamu! Rafli ini rajin, dia juga kuat angkat-angkat barang berat, kita butuh laki-laki di rumah ini untuk jaga-jaga. Lagipula, paviliun belakang itu kosong dan Rafli bisa sekalian jadi pelayan kalau sopir lagi enggak dibutuhkan."
"Terserah Mama deh, awas aja kalau dia berani macem-macem atau nyolong barang!" Nona Shella mendengus kasar, kemudian pergi ke dapur sambil bermain ponsel.
"Jangan dimasukkan hati ya, Rafli, dia memang begitu kalau lagi capek kerja," ucap Nyonya Alika sambil menepuk bahuku pelan, sentuhan tangannya yang halus terasa hangat menembus kain baju seragamku yang tipis.
"Ba-baik, Nyonya, terima kasih banyak sudah boleh tinggal di sini," jawabku gugup.
Nyonya Alika kemudian terlihat menghampiri kamar Nona Sora, si bungsu yang paling manja, kemudian mengingatkan gadis itu untuk tidur karena besok ada kuliah pagi, sebelum akhirnya Nyonya Alika sendiri masuk ke kamar utamanya.
Suasana rumah besar itu mendadak sepi, hanya terdengar suara gemuruh hujan dan petir yang menyambar sesekali.
Aku baru saja meletakkan tas bututku di kamar pelayan yang sempit, ketika teringat kalau mobil kesayangan Nyonya Alika belum kucuci sehabis dipakai menerobos banjir tadi sore.
Lampu garasi sengaja tidak kunyalakan semua demi menghemat listrik majikan, hanya lampu temaram dari teras samping yang menerangi area itu.
Namun, langkahku terhenti mendadak saat melihat ada seseorang duduk di kursi rotan pojok garasi.
Itu Nona Sora.
Dia adalah mahasiswi baru dan sekarang sedang duduk santai sambil menonton film di tabletnya, kakinya diselonjorkan ke kursi lain.
Napasku tercekat di tenggorokan saat melihat apa yang dia kenakan.
Nona Sora hanya memakai kaus oblong putih kebesaran yang tipis dan celana gemes super pendek yang bahkan nyaris tak bisa menutupi pangkal pahanya.
Paha putih mulus yang padat berisi itu terpampang nyata di depan mataku, bersinar remang-remang tertimpa cahaya lampu teras, terlihat begitu lembut dan kenyal seperti tahu sutra yang baru matang.
"Waduh, cobaan macam apa lagi ini, Gusti. Mulus banget, sumpah. Gadis desa banyak, sih, yang mulus, tapi ga semulus itu. Putihnya udah kayak tembok aja!”
Nguk!
Ngiek!
“Oiiii, asem lah, jangan bangun oii, Gatot!" Aku menepuk-nepuk si Gatot agar dia tidak semakin menegak.
Tapi…
Nona Sora sepertinya tidak menyadari kehadiranku karena dia memakai headphone besar di telinganya, sesekali dia terkikik geli sambil mengubah posisi duduknya, membuat kaus itu tersingkap sedikit lebih tinggi dan memperlihatkan pangkal pahanya yang menggoda.
Aku buru-buru memalingkan wajah ke arah mobil, takut kalau terus-terusan melihat nanti mataku bintitan atau malah si Gatot bangun dan memberontak minta jatah.
Dengan langkah pelan agar tidak mengganggu Nona Sora, aku berjalan menuju mobil sedan mewah milik Nona Shella yang terparkir di sebelah mobil reborn klasik keluaran terbaru berwarna hitam.
Anehnya, meskipun mesin mobil itu mati, aku mendengar suara-suara aneh dari arah sana, seperti suara orang sedang berbisik-bisik atau menahan sakit.
Plak!
Plak!
Plak!
Semakin dekat aku melangkah, semakin jelas suara itu terdengar di sela-sela suara hujan.
Dan… sialan!
Itu suara desahan napas yang memburu dan suara dua sejoli beradu "plak, plak, plak", dan iramanya teratur.
Karena penasaran dan takut ada maling yang bersembunyi di dalam mobil majikanku, aku memberanikan diri untuk mengintip dari kaca samping yang tidak terlalu gelap.
Mataku melotot nyaris keluar dari kelopaknya saat melihat pemandangan di dalam sana melalui celah embun yang sedikit bersih.
Di jok depan yang sudah direbahkan itu, Nona Shella sedang berada dalam posisi yang sangat tidak senonoh, duduk di pangkuan seorang pria asing sambil bergerak naik-turun dengan tempo cepat.
Kemeja kerjanya sudah terbuka lebar, memperlihatkan dua bukit kembarnya yang berguncang hebat mengikuti irama gerakan tubuhnya, sementara kepalanya mendongak ke atas dengan mulut terbuka lebar mendesahkan nikmat.
"Oh, yes, ahh… Iya, iya, di situ, terus, Sayang, percepat lagi!"
"Aku bentar lagi sampai puncak!"
Jadi, pacar Nona Shella yang katanya anak pejabat itu diam-diam menyelinap masuk ke garasi saat hujan deras begini?
Pantas saja tadi Nona Shella marah-marah saat aku masuk, ternyata dia takut aksi kuda-kudaan rahasianya ketahuan orang rumah.
Keringat dingin mulai mengucur di pelipisku, pemandangan tubuh indah Nona Shella yang biasanya tertutup rapat pakaian kantor yang rapi.
Kemeja putihnya sudah terbuka lebar hingga ke perut, menampilkan dua dada montok nan putih mulus yang basah oleh keringat, berguncang hebat ke atas dan ke bawah, mengikuti tempo pinggulnya yang menghantam pangkuan pria itu.
Setiap kali tubuhnya terhempas turun, gundukan kenyal itu terguncang liar seolah ingin tumpah keluar, menciptakan hipnotis yang membuat akal sehatku hilang seketika.
Darahku mendidih, mengalir deras ke satu titik hingga si Gatot terbangun paksa dan menegang sakit di balik celana kainku yang sempit, berkedut-kedut ingin ikut serta dalam pesta di dalam sana.
Seharusnya aku lari, tapi kaki sialan ini malah terpaku, menikmati bagaimana paha mulus Nona Shella yang terbuka lebar itu menjepit pinggang pacarnya dengan erat.
Si Gatot di bawah sana justru berdenyut antusias merespons pemandangan live show gratis yang baru saja kusaksikan.
Tanpa sadar, kakiku mundur selangkah dan menginjak ranting kering yang terbawa angin ke lantai garasi.
KRAK!
Suara patahan ranting itu terdengar cukup keras di tengah kesunyian garasi, membuat gerakan liar di dalam mobil itu terhenti seketika.
Dua pasang mata dari dalam mobil menoleh panik ke arahku yang berdiri mematung dengan ember di tangan dan wajah bodoh yang tak berdosa.
"Mampus aku, kayaknya aku ketahuan sama Nona Shella!"
GuntherMilanI was five minutes earlier to the meeting place when Tobi arrived. He was accompanied by three men who possibly his bodyguards. One of them carrying a black long leather bag and handed to me."Open it," said Tobi.I layed the bag on the ground and opened it, isang MK13 rifle ang bumungad sa aking mga mata. Kumunot ang aking noo dahil ibang klase ng rifle ang inaasahan na makita."You look disappointed, are you expecting something else?" tanong ni Tobi."Yes, but this one is still useful. Nothing to worry, I can do the job," tugon ko at kinarga ang rifle."That's good to know," wika ni Tobi at sinenyasan ang isa pa nitong kasama upang lumapit sa akin at iniabot ang isang envelop. "All the information and things you need are already inside the envelop. Saito will take you to your destination. Good luck and see you soon."Lumisan na sina Tobi at iniwan kami ni Saito na isa ring Japanese upang samahan ako.Sumakay kami ni Saito sa isang private plane na pag-aari ng pamilya n
March 2022GuntherI traveled to Genoa to pick up some of Ginevra's medical products. On my way to the train station to return to Milan, I checked my phone and discovered 16 missed calls from Aaron.“Anong problema kaya niya?” bulong ko sa sarili.Nang makarating ako sa tren ay naupo kaagad ako sa isang bakante upuan na malapit sa bintana at inilapag sa paanan ko ang box na may lamang gamot. Naisipan ko tawagan si Aaron dahil sa pag-aalala na baka may nangyari masama sa kanya.“Hello, Alexander?” bungad kaagad ni Aaron sa kabilang linya.“Yes, I got miscalls from you. May problema ba?” I asked.“O-oo,” garalgal nitong sagot sa akin.“Tell.”“Nasa clinic ka ba? Pupuntahan kita.”“No, I’m here in Genoa at nakasakay na ako sa ng train pabalik ng Milan. I can be there after 2 hours more or less,” ani ko. Panandaliang natahimik si Aaron na maaaring nag-iisip at naririnig ko pa ang pagbuntong-hininga nito sa kabilang linya. I know the man is in trouble and I hate to guess it. “Aaron, sabihi
Gunther Mabilis lumipas ang mga araw at linggo. Kahit dumating na si Lucia na assistant ni Ginevra ay hindi pa rin niya ako inaalis sa trabaho.I accepted part-time jobs in some cafeterias too. Pinapasukan ko ang mga ito kapag tapos na ang mga gagawin sa clinic.About my nightmare disorder, I underwent some meditations with Ginevra. Nakakatulong at nabawasan ang pananaginip ko ng masama. She diagnosed me with PTSD. The medicines she prescribed also helped to improved my sleep.Para makabawi kay Ginevra ay pinapasyal ko ito kasama si Esmeralda. Naging magaan ang loob ko sa dalawa lalo na kay Ginevra. I don’t think that I can kill the two of them. Could it be Ginevra is a reliable person, but there is still something about her that I can’t explain. Hindi ko alam kung saan niya nakukuha ang lakas ng loob upang pakitunguan ako ng maganda. Even she knew what kind of a person I am.Anyway, it’s Valentine’s Day. I invited Ginevra into a friendly date, while Esmeralda having her own romantic
Gunther“Alexander!”Napabalikwas ako ng bangon sabay tingin sa paligid. Bukas ang ilaw ng sala at nakita ko sa Ginevra na nasa likuran ng sofa.“Kanina pa kita ginigising, you having a nightmare again,” wika nito na nag-aalala.“Are you alright?” I asked, sabay punas ng kanang palad sa mukha ko.“Oo naman, I’m alright. Ikaw itong halatang hindi alright,” tugon nito at nagpunta sa kusina upang kumuha ng tubig sa baso. Ibinigay niya ito sa akin.“Bakit nasa likod ka ng sofa kanina?”“Baka kasi sakalin mo na naman ako at mapatay na. Anong napanaginipan mo ngayon?” Umupo siya sa single sofa na nakaharap sa akin.“You.”“Me?” nagtatakang tanong nito.“Yes, you. We were in a familiar place and someone hurt you.”Hindi nakalistas sa akin ang paglunok niya na marahil natakot sa sinabi ko.“T-then, what happened next?”“I don’t know. Bigla mo na kasi ako ginising,” tugon ko at ibinaba ang baso sa maliit na mesang nakapagitan sa amin matapos maubos ang laman.“Did you take the medicines that I






Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
reviewsMore