Share

Amarah Besar William

last update Last Updated: 2023-11-03 16:33:38

"Suster! Suster, tolong temen eike cedera!" seru Haikal ketika dua paramedis mendorong brankar berisi Emmy yang tak sadarkan diri masuk ke poli IGD.

"Bawa ke bilik dua yang kosong!" perintah Suster Dewi menunjuk ke tempat yang kosong di ruangan IGD itu.

Segera saja Emmy diperiksa oleh dokter jaga poli IGD dengan cermat. Kemudian Haikal yang menemani Emmy ke rumah sakit pun dipanggil karena dokter ingin menjelaskan kondisi pasien.

"Jadi, Mas, pasien ini perlu cek MRI untuk tahu di mana saja cederanya karena masih hilang kesadaran akibat benturan keras. Saya menduga ada gegar otak ringan atau medium karena kecelakaan jatuh dari tangga itu! Bagaimana, boleh?" tutur Dokter Bima Susanto. 

"Boleh, Dok. Biar bisa diobatin sampai sembuh. Silakan saja!" sahut Haikal harap-harap cemas. Pasalnya, majikannya akan pulang hari ini juga dari New York. Celaka dua belaslah kalau sampai gadis imut kesayangan Mister William Samsons MacRay itu kenapa-kenapa.

Brankar berisi Emmy segera didorong menuju ke laborarorium MRI setelah Haikal mengisi formulir data pasien. Surat rujukan dari Dokter Bima Susanto pun diserahkan ke perawat jaga di sana. 

Sementara Emmy menjalani MRI siang itu, sesuai rencana memang pesawat yang membawa pulang William telah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Dia heran karena Mang Ali yang seharusnya menjemputnya justru terlambat tiba bukannya malah menunggu kedatangannya.

"Ckk ... si Mamang apa minta dipecat, kok malah bikin gue nunggu mpe kering kayak ikan asin di bandara?!" gerutu William sambil bertolak pinggang di pintu keluar penumpang terminal penerbangan internasional.

Sekitar setengah jam menunggu akhirnya pria tua bergigi ompong separuh itu pun dengan tergopoh-gopoh muncul di hadapan tuan mudanya. "Ampun, Tuan. Apa sudah lama nunggunya?" tanya Mang Ali cengengesan.

William mencebik kesal tak menjawab seraya mengendikkan dagunya memberi kode agar Mang Ali membawakan kopernya ke bagasi. Sedangkan, dia ngeloyor naik ke mobil Mercy kesayangannya. Ketika tak sengaja melihat ada tisu bernoda darah di atas bangku belakang mobilnya tersebut, William pun bertanya galak, "Ini siapa yang jorok? Kenapa ada tisu berdarah di mobil gue, Mang?!"

"Ehh ... anu ... anu, Tuan. Tadi Neng Emmy sebelum ini cedera, jidatnya berdarah karena jatuh dari tangga lantai dua—" 

Belum selesai Mang Ali berbicara, William yang panik langsung memotong, "APA?! Terus dia di mana sekarang?" 

"Di rumah sakit, Tuan. Neng Emmy ditemenin si Momo berdua aja tadi di IGD!" jawab Mang Ali karena dia sendiri yang mengantar makanya jadi terlambat menjemput tuan mudanya yang paling anti jam karet.

"Kita susul ke rumah sakit sekarang, Mang Ali!" titah William yang segera dipatuhi sopir pribadinya.

Mang Ali memilih jalur berkebalikan arah dengan rumah majikannya yang menuju ke tempat Emmy dirawat. Dia menaikkan kecepatan mobil Mercy yang dikendarainya agar mereka bisa segera sampai di tujuan karena William yang cemas mulai merepet dengan sumpah serapahnya.

'Mampus kamu, Mo ... Mo ... tuan muda ngamuk gede kali ini!' batin Mang Ali prihatin dengan rekan kerjanya yang dititipi untuk menjaga Emmy selama William pergi ke luar negeri.

Sesampainya di rumah sakit, William segera turun dari mobilnya lalu berlarian ke meja informasi untuk menanyakan di mana Emmy dirawat. Ternyata gadis itu berada di ruang ICU karena masih tak sadarkan diri. Dokter masih melakukan observasi ketat karena memang hasil MRI menunjukkan adanya gegar otak sedang akibat benturan di sisi depan kepala yang terkena pagar tangga dan sisi kiri kepala sesuai posisi Emmy jatuh di lantai dasar tangga.

William pun menemukan ruangan ICU itu lalu meminta pakaian steril ke perawat sebelum masuk menjenguk Emmy yang sedang ditemani Haikal.

Ketika melihat kedatangan majikannya, Haikal langsung pucat pasi dan berkeringat dingin. Wajah William menunjukkan berbagai emosi jiwa yang salah satunya adalah kemarahan.

"Momo, gimana sih loe kerja jagain cewek seekor doang kagak becus!?" omel William seraya meraih telapak tangan mungil yang terkulai lemas itu ke tangan lebarnya yang hangat.

Melihat bahasa tubuh William yang begitu care dengan Emmy, kepala ART tersebut membatin, 'Iiish ... kok so sweet gitu? Jangan-jangan big boss ada rasa sama si Emmy!'

William mengabaikan tatapan kepo dari Haikal terhadap dirinya. Dia mengecup punggung tangan dan jemari Emmy. Sambil duduk di bangku samping tempat tidur pasien, William memandangi gadis imut yang membuatnya merasakan sesuatu hal aneh yang menyesakkan dada itu.

"Terus gimana ini kata dokter tentang kondisi Emmy?" tanya William mengalihkan tatapannya ke Haikal.

"Nunggu observasi 24 jam dulu, Pak William. Semoga sudah siuman jadi bisa diputuskan apa cukup dengan bedrest serta obat minum saja atau gimana gitu!" jawab Haikal sesuai penjelasan dokter saraf yang merawat Emmy tadi. 

Mendengar penjelasan Haikal, pria blasteran bercambang tipis itu pun mengangguk-angguk tanda mengerti. "Okay, kalau gitu ditunggu aja. Btw, kok bisa Emmy jatuh dari lantai 2. Dia 'kan bukan anak-anak, Mo, pasti ada penyebabnya!" ujar William curiga.

"Maaf, Sir. Tadi nggak sempat buat nyelidikin penyebabnya karena panik. Eike tuh kaget pas Bu Rita tahu-tahu ngejerit kenceng di deket tangga. Pas lihat Emmy terkapar berdarah-darah, eike langsung panggil Mang Ali buat nganter ke RS. Coba cek CCTV rumah aja, pasti bakal jelas penyebabnya," jawab Haikal dengan logis.

William mendengkus kesal. Sepertinya aneh saja bila Emmy terguling tanpa sengaja. Dia lalu berkata, "Ya sudah, Mo, gue balik ke rumah dulu. Loe jaga yang bener di sini. Kayaknya gue mesti kabarin kakek neneknya Emmy juga nih. Masa baru kerja beberapa hari udah kecelakaan di kantor sih, ckkk ... jadi nggak enak!"

"Boss, kemarin juga sepeda motor Emmy tuh ban depan belakangnya digembosin sama temen sekantornya. Mang Ali yang nganterin pulang ke rumah dan jemput ke kantor tadi pagi!" cerita Haikal.

William merasa ada yang salah dengan rekan-rekan sekantor Emmy. Sepertinya kejadian naas yang menimpa Emmy sengaja dibuat dengan alasan tertentu. Dia tak berkomentar mengenai cerita Haikal lalu berpamitan meninggalkan ruang ICU usai membelai pipi mulus gadis itu.

Pria itu mengajak Mang Ali pulang ke rumah dan lebih banyak diam merenung di sepanjang perjalanan. Sopir pribadinya pun tak berani berbicara apa pun dan hanya sesekali melirik William dari kaca spion tengah.

Setelah mereka tiba di rumah megah milik William, dia segera bergegas masuk ke ruang kantor pribadi rumahnya di lantai dua, berbeda dengan ruang kerjanya di lantai satu. Di sana ada komputer khusus yang terhubung dengan kamera CCTV seisi rumah.

William segera memutar ulang rekaman CCTV semenjak dia berangkat ke New York dimulai dari ruang kerja Emmy. Keempat karyawati yang melakukan bullying terhadap Emmy terekam semua tingkah menyebalkan mereka lengkap dengan suara mereka yang memaki-maki kasar ke gadis itu.

"Ohh Gosh, kasihan sekali Emmy. Mereka berempat sungguh keterlaluan!" ujar William lalu memutar juga rekaman CCTV parkiran kendaraan karyawan. Ternyata pelaku yang menggembosi ban sepeda motor Emmy masih sama dengan yang melakukan bullying tadi. Dan yang terakhir adalah rekaman CCTV tangga menuju lantai dua. 

"Bingo, pelakunya ketemu! Awas saja kalian berempat, akan kupastikan kalian meminta maaf ke Emmy setelah dia sembuh!" William mengertakkan rahangnya dengan kesal sambil melihat kejadian saat Emmy terguling-guling mengenaskan di anak tangga hingga terkapar di lantai bawah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Imut Kesayangan Sugar Daddy   Masa Depan Sejuta Impian (THE END)

    "Kids, apa kalian sudah siap?!" seru William dari dasar tangga rumahnya. Emmy bergelanyut manja di sisinya menunggu ketiga anak mereka menuruni tangga dari lantai dua diikuti baby sitter mereka yang membawakan koper pakaian masing-masing."Ayo berangkat sekarang, Daddy, Mommy!" seru ketiga bocah itu kompak sambil melonjak-lonjak bersemangat. Emmy merangkul Josephine, sedangkan kedua putranya digandeng oleh si daddy di kanan kiri pria bertubuh jangkung itu Mereka naik ke mobil MPV yang dikemudikan oleh Mang Ali menuju ke Bandara Soekarno-Hatta. Di kursi samping pengemudi, Haikal duduk tenang sambil bertanya kepada bosnya, "Pak Willy pergi ke California berapa lama rencananya?""Mungkin seminggu aja sih, kami cuma pengin jalan-jalan ke Disneyland buat ngisi liburan kenaikan kelas anak-anak. Jaga rumah baik-baik ya, Mo!" jawab William dari bangku tengah mobil bersebelahan dengan Emmy dan Josephine. Kedua anak laki-laki mereka duduk di bangku belakang bersama seorang baby sitter. Isaac

  • Gadis Imut Kesayangan Sugar Daddy   Sunset 10th Anniversary Wedding In Backyard

    Rak pajang kayu Eboni dekoratif di ruang keluarga Willems telah dipenuhi berderet foto dari masa ke masa semenjak pasangan William dan Emmy menikah, beberapa foto prewedding yang menyimpan kenangan indah, foto bersama Isaac yang berusia beberapa hari hingga mulai bertumbuh menjadi bayi yang bisa merangkak, berjalan, hingga berlari-lari bersama mommy cantiknya di halaman belakang rumah yang tertata apik. Daddy Will nampak selalu tertawa riang di setiap moment yang berkesan itu.Disusul deretan kenangan indah adiknya Isaac yang bernama Jacob Samsons Willems dan si bungsu yang cantik Josephine Emily Willems. Keluarga kecil dengan tiga putra-putri mereka yang menggemaskan itu sangat kompak mengukir setiap bingkai memori yang terpajang di sana Jacob hadir di usia pernikahan orang tuanya yang ketiga dan Josephine agak cepat menyusul kakak keduanya ketika delapan bulan usia Jacob dan masih disusui oleh Emmy. Memang William sengaja melakukan kekhilafan itu agar usianya ketika memiliki anak p

  • Gadis Imut Kesayangan Sugar Daddy   Pecah Ketuban Di Kampus

    "Kuliah kita siang ini cukup sekian dulu ya, Rekan-rekan Mahasiswa!" ucap Emmy menyudahi perkuliahan yang dia bawakan untuk kelas semester enam. Sedikit tak nyaman karena perutnya mengalami kontraksi hebat, tetapi dia berusaha menahan dan bersikap segalanya baik-baik saja hingga air hangat itu mengalir dari bagian paha dalamnya. "Ohh ... tidak, aku pecah ketuban di kampus!" cicit Emmy panik.Reynaldi yang lewat di depan meja dosen pun mendengar perkataan wanita yang pernah disukainya itu. Dia membatalkan niatnya ke kantin kampus untuk makan siang alih-alih memilih menolong Emmy. "Gimana, Bu Emmy? Apa butuh bantuan untuk dianterin ke rumah sakit?" tawarnya dengan perhatian.Dengan terpaksa Emmy mengangguk setuju. "Iya, sebaiknya begitu. Aku pecah ketuban, Rey. Tolong ya!" balasnya seraya bangkit dari kursi dosen."Valdo, Revan, bantuin sini dong! Lo pada bawain tasnya Bu Emmy deh. Gue papah dia ke depan, ntar jagain sampe gue dateng dari parkiran mobil!" pesan Reynaldi yang segera dim

  • Gadis Imut Kesayangan Sugar Daddy   Menantikan Kehadiran Baby Isaac

    "Okay, saya tunggu kedatangannya di kantor baru yang di Bandung, Pak Anton. Lokasinya saya kirim via shareloc. Terima kasih!" ujar William di telepon saat dia mengantar Emmy ke kampus.Aktivitas rutin paginya itu telah berjalan selama berbulan-bulan semenjak mereka pindah tinggal ke Bandung. Istrinya yang hamil semakin buncit saja perutnya. "Nanti sore kita jalan ke mall yuk buat beli keperluan baby Isaac, sudah dekat juga waktu melahirkan kamu. Biar semua kebutuhannya siap dan nggak ada yang terlewat, gimana?" ajak William sambil memeluk dan mengecup puncak kepala Emmy."Boleh, sepulang dari kampus aja kali ya biar nggak bolak-balik keluarin mobil, Kak?" usul Emmy yang disetujui oleh William.Mang Ali menghentikan mobil di pintu masuk lobi kampus tempat Emmy mengajar. Dia menunggu pasangan mesra itu saling berpamitan seperti biasanya. "Byebye, Kakak Sayang. Sampai nanti sore ya ... muuaaachh!" Emmy melambaikan tangan lalu meniupkan kissbye ke arah William yang melongokkan kepala di

  • Gadis Imut Kesayangan Sugar Daddy   Kehamilan Emmy

    Sore itu sepulang kerja, Emmy dibawa ke rumah baru yang dibeli William di Bandung. Kedua matanya ditutup dengan selembar kain hitam oleh sang suami. "Kita sudah sampai, Sayang. Yuk turun!" ajak William sembari menuntun istrinya melangkah keluar dari bangku penumpang mobil yang terparkir di depan teras rumah bergaya Bali tradisional itu.Emmy menurut saja dengan bimbingan tangan William lalu dia berhenti melangkah dan mulai dibuka kain penutup matanya. Dia mengedarkan pandangan yang sedikit berkunang-kunang akibat ditutup kain gelap ke sekeliling ruangan. "Wow ... keren banget deh, ini rumah kita, Kak?" desah kagum Emmy seraya melangkah berkeliling ruang tengah yang mulai terisi furniture dan tertata elegan."Kamu suka 'kan sama rumah ini, Baby?" tanya William dari samping Emmy."Iya. Siapa yang jadi penata artistik interior rumah ini, Hubby?" balas Emmy sambil senyum-senyum.William terkekeh, dia pun menyahut, "Kalau yang pilih furniture sih aku. Cuma yang ngatur posisinya si Momo. A

  • Gadis Imut Kesayangan Sugar Daddy   Menginap Di Pondok Indah Mertua

    "Tiiinn tiiinn!" Suara klakson mobil sedan hitam itu membuat Emmy tersenyum lalu berlari-lari kecil menghampirinya. Dari dalam mobil, suaminya membukakan pintu dan Emmy pun duduk di samping William. Hari pertama dia mengajar kuliah kembali agak melelahkan karena ada tiga mata kuliah yang dibawakannya tadi. "Oya, Kak Willy mau ajakin aku ke mana nih? Bingung juga mau menginap di mana kita malam ini, apa mau di rumah kakek nenek saja dulu sementara belum ada tempat tinggal di Bandung?" tanya Emmy dengan pemikiran yang sederhana.William pun menjawab, "Malam ini kita tidur di rumah Kakek Hasan boleh juga. Besok ya baru pindahan!" "Hahh?! Pindah ke mana tuh, Kak?" Emmy terkejut sekaligus bingung. Bagaimana bisa suaminya mendapatkan rumah secepat itu?"Surprise pokoknya besok. Malam ini aku mau menginap di pondok indah mertua aja deh sekali-sekali!" ujar William mencandai istrinya."Nggakpapa kok, Kakek Hasan dan Nenek Dahlia pasti senang kalau cucu menantu mereka mau tidur di rumah kec

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status