Keynan menghentikan skuternya tepat di depan sebuah kos-kosan khusus untuk laki-laki yang berada tidak jauh dari Sand Box University. Setelah dari Dalcom Cafe Keynan tidak langsung pulang ke rumah, dia malah pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan sang ibu.
Wajahnya seketika berubah sendu karena Hana tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Wanita itu masih setia memejamkan kedua matanya. Hidup Hana bergantung penuh pada alat-alat yang menempel di tubuhnya.
Dokter pernah memberi saran pada Tama untuk melepas alat-alat yang menempel di tubuh Hana karena wanita itu tidak mempunyai harapan lagi untuk hidup. Namun, Keynan dengan tegas menolak karena dia yakin sekali suatu hari nanti sang ibu pasti sadar dari koma.
Keynan menaiki tangga menunuju ke lantai atas. Untung saja kos-kosan yang dia datangi bebas dikunjungi selama 24 jam. Jika tidak, dia pasti akan diusir oleh pihak keamanan karena datang saat ham
Dara mengerjapkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya.Darah di dalam tubuh gadis itu seketika berdesir karena melihat dada bidang seorang pria saat pertama kali membuka mata. Rasa panas sontak menjalari wajah cantik Dara, meninggalkan semburat merah yang menghiasi kedua pipinya ketika menyadari jika dirinya berada di dalam dekapan Tama.Aroma tubuh mereka pun bercampur menjadi satu. Bahkan jejak cinta mereka semalam masih membekas di tubuh keduanya.Dara tersenyum lantas mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir Tama. "Sayang, bangun, sekarang sudah pagi," ucapnya seraya memainkan jemari lentiknya di dada bidang Tama."Sudah pagi, ya? Apa kamu sedang menggodaku, Sayang?" g
Dara berusaha terus menghindari Keynan karena ada hati yang harus dia jaga. Namun, Keynan malah semakin gencar menunjukkan perhatiannya. Cowok itu bahkan memberinya roti dan susu untuk makan siang.Jujur, Dara merasa tidak nyaman jika terus menghindari Keynan karena mereka berada di dalam satu kelompok yang sama.Dia akan berusaha melupakan ciuman tersebut dan memperbaiki hubungan mereka. Anggap saja mereka tidak pernah melakukan apa-apa."Kita jadi mengerjakan tugas hari ini, kan?" tanya Shasa sambil memasukkan jurnal-nya ke dalam tas.Dara mengangguk. Mereka memang berencana mengerjakan tugas dari Miss Calista sepulang kuliah."Di rumahku?" Shasa kembali bertanya."Kalau di rumahmu kayaknya kejauhan deh, Sha. Bagaimana kalau kita ambil jalan tengah saja?""Maksud kamu?""Bagaimana kalau kita mengerjakan
Keynan mempunyai sebuah impian, dia ingin hubungan kedua orang tuanya kembali harmonis seperti dulu. Dia yakin sekali sang ayah pasti mau memaafkan kesalahan yang ibunya lakukan dan memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat renggang.Namun, Keynan merasa Tama mulai berubah. Ayahnya dulu selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Hana di rumah sakit sesibuk apa pun itu. Akan tetapi Tama sekarang jarang menjenguk Hana.Bahkan sebulan bisa dihitung dengan jari berapa kali Tama datang ke rumah sakit. Mungkin sekitar tiga atau empat kali.Keynan curiga Tama menjalin hubungan dengan wanita lain di belakang Hana. Apa lagi sang ayah jarang pulang ke rumah dan lebih senang menghabiskan waktu di luar.Keynan sadar apa yang Hana lakukan lima tahun lalu memang salah. Namun, Tama tidak seharusnya ikut berselingkuh untuk membalas perbuatan Hana.Tidak bisakah Tama memaafkan ke
Tama mengendarai sedan hitamnya sedikit kencang menuju rumah sakit. Raut cemas tergambar jelas di wajah tampannya. Untung saja jalanan yang dilaluinya sekarang lumayan sepi sehingga dia bisa tiba sedikit lebih cepat di rumah sakit.Tanpa menunggu waktu lama, Tama segera turun dari mobilnya lantas pergi ke ruangan Hana dirawat. Beberapa perawat terlihat keluar masuk ke dalam ruangan Hana sambil membawa alat medis yang tidak dia ketahui namanya. Semoga saja kondisi Hana tidak berbahaya dan nyawanya bisa diselamatkan.Sementara itu Keynan duduk di kursi yang berada tepat di depan ruangan Hana sambil menyatukan kedua tangannya dengan bertumpu di atas lutut. Telapak tangannya terasa sangat dingin dan basah. Jantung pun berdetak tidak nyaman. Keynan sekarang merasa takut, bingung, dan cemas karena sang ibu sedang berjuang mempertahankan diri antara hidup dan mati.Keynan benar-benar takut kehilangan Hana karena dia sangat menyayangi Hana meskipun wanita itu pernah mel
Hana mengerjapkan kedua matanya perlahan. Awalnya penglihatannya terlihat samar, tapi lama-kelamaan berubah jelas karena cahaya putih yang menerobos masuk ke dalam matanya.Aroma obat-obatan seketika menyeruak di indra penciuman Hana. Selang infus terpasang di tangan kanannya. Hana masih ingat dengan jelas kejadian nahas yang membuatnya berakhir di rumah sakit.Saat itu dia sedang bertengkar hebat dengan Tama. Dia merasa sangat menyesal sudah mengkhianati Tama dan ingin meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dia lakukan. Namun Tama tidak mau memaafkannya dan ingin berpisah.Akhirnya dia mengejar Tama hingga ke jalan raya. Namun, sebuah sedan berwarna merah tiba-tiba melaju kencang ke arahnya lalu menghantam tubuhnya dengan sangat keras hingga membuatnya koma selama lima tahun lamanya.Hana ingin mengambil segelas air putih yang berada di atas meja kecil samping tempat tidurnya kar
Sebagai seorang lelaki sejati, Tama memegang teguh ucapannya. Dia tidak beranjak sedikit pun dari sisi Hana.Dia hanya diam sambil terus memandangi Hana yang sedang tertidur lelap karena pengaruh obat.Wajah Hana masih terlihat sedikit pucat. Namun, kondisi wanita itu sudah jauh lebih baik sekarang.Tama memutar kepalanya ke kiri lalu ke kanan untuk merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Tama sebenarnya merasa sangat lelah dan butuh istirahat karena menjaga Hana semalaman. Namun, entah kenapa dia merasa berat sekali beranjak dari sisi Hana. Mungkin karena wanita itu pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya.Tanpa Tama sadari, Keynan sejak tadi melihat apa yang sedang dia lakukan. Putra semata wayangnya itu melihatnya sedang menyuapi Hana, bahkan menjaga Hana saat sedang tidur. Apa pun yang dia lakukan tidak ada yang luput dari perhatian Keynan.Melihat Tama yang begitu perhatian pada Hana membuat harapan di dalam diri Keynan kembali muncul
"Dara, apa kamu yakin ingin keluar?" Meeta menghampiri Dara yang sedang mengemasi pakaiannya di loker khusus pelayan. "Iya," jawab Dara tanpa ragu. "Kamu sudah gila?" pekik Meeta dengan suara yang cukup keras. Dia tidak pernah menyangka Dara begitu yakin dengan keputusannya. Bagaimana mungkin gadis itu memutuskan untuk berhenti bekerja di saat kondisi ekonominya tidak begitu baik? Apa Dara sudah kehilangan akal? "Ya, aku mungkin sudah gila." Meeta tertegun mendengar jawaban yang keluar dari bibir Dara. Dia bisa melihat dengan jelas kekalutan yang menghiasi wajah cantik gadis itu. Dara terlihat sangat kalut sekarang. "Dara, maafkan aku. Bukan maksud aku untuk—" "Aku tahu maksud Kak Meeta baik, tapi aku benar-benar sudah capek, Kak. Kakak tahu sendiri kan, bagaimana sikap pak Ferdy?" Meeta mengangguk. Selama ini Ferdy memang sering mencari-cari masalah dengan Dara. Padahal Dara sudah bekerja dengan sangat
"Ta-Tama?!" gumam Dara menatap lelaki berwajah tampan yang berjalan menghampirinya dengan pandangan tidak percaya.Jantung Dara seketika berdetak dua kali lebih cepat karena lelaki berkemeja biru itu tiba-tiba menarik tubuhnya dalam dekapan. Aroma musk bercampur dengan keringat yang menguar dari tubuh lelaki itu tercium jelas di indra penciumannya.Dara sekarang yakin sekali kalau lelaki yang sedang mendekapnya dengan erat adalah Tama."I miss you ...," gumam Tama sambil menenggelamkan wajahnya di leher Dara dan menghirup aroma tubuh gadis itu dalam-dalam seolah-olah leher Dara adalah tempat yang menyediakan oksigen paling murni bagi paru-parunya.Perasaan hangat seketika menyeruak dalam diri Dara karena lelaki yang selama ini dia rindukan ada di hadapannya sekarang. Dia merasa sangat bahagia."I miss you too ...," ucap Dara sambil balas memeluk Tama. Kristal bening itu jatuh begitu saja membasahi pipinya karena dia merasa sangat bahagia bisa berte