Home / Romansa / Gadis Tanpa Ingatan / 25. Misteri Kalung A.E

Share

25. Misteri Kalung A.E

Author: Alvarezmom
last update Last Updated: 2025-07-09 21:22:47

Langit mulai berubah warna ketika Raina—atau Amara—dan Elvano mulai berkemas. Matahari naik malu-malu dari balik deretan pegunungan, menyinari rerumputan yang masih basah oleh embun. Suasana rumah tua itu terasa hening, seperti sedang menahan napas, menunggu sesuatu yang penting untuk terjadi.

Tante Lusi belum juga bangun. Perempuan itu tertidur pulas setelah malam panjang penuh pengakuan dan air mata. Raina menatap wajahnya sejenak sebelum melipat jaket tipis ke dalam ransel. Di dalam hatinya, ada rasa sayang yang aneh—seperti ia baru saja mengenali seseorang yang sudah lama mencintainya dalam diam.

Boneka kelinci itu tetap ia bawa. Ia tahu, bukan mainan itu yang penting, melainkan semua yang melekat padanya. Luka, ingatan, dan janji yang belum sempat ditepati. Di dalam jahitan sobek di telinga kirinya, ia menyelipkan secarik kertas kecil yang tadi pagi ditemukan di bawah tempat tidur: potongan foto lama, buram, dengan dua gadis kecil tersenyum memeluk satu sama lain. Di baliknya ter
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gadis Tanpa Ingatan   30. Warisan Yang Tak Terjaga

    Suara dentang lonceng itu menggema seperti nyanyian perang dari masa lampau. Dalam keheningan ruang bawah tanah yang penuh debu dan jejak sejarah, tiga sosok berdiri mematung, memandang naskah tua yang kini menyala bagai bara di tengah dingin yang menyergap.Amara—dulu Raina—menggenggam tangan Elvano lebih erat. Denting demi denting seakan menandai bahwa waktu mereka hampir habis. Bahwa jalan damai telah tertutup dan kini mereka menapaki jalur yang hanya dihuni oleh mereka yang benar-benar siap kehilangan segalanya.Ezra berbalik, menatap ke arah lorong tempat mereka datang tadi. “Kita tak bisa kembali ke atas sekarang,” katanya lirih, seolah berbicara pada bayangan yang bergerak-gerak di dinding. “Nadine tak akan masuk lewat pintu utama. Dia tahu semua jalur rahasia di rumah ini… kecuali satu.”Elvano menajamkan telinga. “Apa ada jalur keluar lain?”Ezra mengangguk. “Ada, tapi jalan itu… mengarah ke pusat tanah leluhur. Hutan kecil di belakang rumah ini—yang disebut Larangan.” Ia men

  • Gadis Tanpa Ingatan   29. Menemui Ezra Pemegang Rahasia

    Cahaya matahari pagi menembus kaca patri di jendela rumah tua itu, menyebar ke seluruh ruangan dalam semburat warna-warni yang anehnya terasa akrab bagi Raina. Atau… Amara. Nama itu belum sepenuhnya menyatu di lidahnya, tapi seperti benih yang mulai tumbuh akar, ia tahu cepat atau lambat, ia akan menjadi satu dengan nama itu. Dirinya yang lama telah usai. Kini yang berdiri di sini adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar—dan lebih menyakitkan.Ezra berdiri tak jauh dari lukisan keluarga. Wajahnya muram, namun sorot matanya jelas: ia tidak datang untuk menyakiti. Ia datang dengan beban. Dan beban itu, Raina tahu, pada akhirnya akan diwariskan padanya."Rahasia apa yang kau maksud?" Raina bertanya, suaranya tenang meski dadanya bergemuruh.Ezra menatapnya dalam. "Darahmu, Amara. Itu bukan darah biasa. Kau bukan hanya pewaris keluarga Wijaya Gunawan… kau adalah satu-satunya kunci yang tersisa dari kesepakatan lama yang dibuat keluarga ini demi mempertahankan nama mereka."Elvano terng

  • Gadis Tanpa Ingatan   28. Tempat Kelahiran Amara

    Angin pagi menyapu lembut tirai putih yang tergantung di jendela, menggeser udara lembap sisa hujan malam menjadi aroma tanah basah yang menyegarkan. Di kamar yang tadi penuh bisu, kini terselip semangat baru—rapuh, tapi menyala. Raina—atau kini, Amara—masih memandangi kotak kayu kecil yang terbuka di pangkuannya, seolah berharap waktu akan berbaik hati menumpahkan semua jawaban dari celah-celah kayunya.Di sampingnya, Elvano sudah bersiap. Ransel kecil tergantung di punggungnya, wajahnya serius namun tenang, seolah telah lama mempersiapkan perjalanan ini. Ia menatap Raina yang kini mulai berdiri dengan tubuh yang masih sedikit gemetar, tapi tatapannya lebih teguh dari sebelumnya.“Kita harus bergerak sebelum Nadine tahu kamu sudah membuka kotak itu,” ucap Elvano pelan sambil menyesuaikan tali ranselnya.Raina mengangguk, menggenggam kalung bulan sabit di lehernya. Kalung itu kini terasa seperti denyut kedua di dadanya—penanda siapa dirinya, jangkar pada kenyataan yang mulai berubah b

  • Gadis Tanpa Ingatan   27. Pesan Dari Mimpi

    Suara hujan di luar jendela masih terdengar samar, seperti bisikan waktu yang tak pernah berhenti. Di dalam kamar itu, hanya ada napas yang berat dan jantung yang berdegup cepat. Elvano menatap mata Raina—mata yang kini penuh kebingungan, ketakutan, dan… secercah harapan.Ia mengusap lembut rambut Raina yang basah oleh keringat. "Tenang dulu... kamu aman di sini," ucapnya pelan, seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri juga.Raina mengangguk pelan, tapi tubuhnya masih gemetar. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Elvano, mencari kehangatan, mencari pegangan dalam pusaran yang membingungkan ini. Beberapa menit mereka hanya duduk dalam diam. Hujan, napas, dan detak jam menjadi satu-satunya musik malam itu."Aku takut, Van…" bisik Raina kemudian. "Aku takut jika aku bukan orang yang kukira selama ini."Elvano memejamkan mata. Dalam hatinya, ia berteriak—Kamu bukan Raina, kamu Amara! Kamu putri dari keluarga yang dihabisi karena kekuasaan, dan kamu... satu-satunya yang selamat! Tapi bibirnya

  • Gadis Tanpa Ingatan   26. Nadine Mulai Mencurigai Raina

    Langit malam menyelimuti kota dengan warna kelamnya yang pekat. Bintang-bintang seperti enggan bersinar malam itu, seakan mengetahui bahwa ada rahasia besar yang sedang dijaga, luka yang masih menganga dalam tubuh dan jiwa seseorang. Raina duduk di ambang jendela kamar, menatap kosong ke luar sana. Tangan kanannya membelai lembut bekas luka di pergelangan tangannya yang mulai memudar, namun masih terasa perih saat disentuh. Luka-luka di tubuhnya sudah hampir sembuh, namun luka dalam hatinya… belum. Ia menghela napas panjang. Setiap malam, mimpinya dipenuhi fragmen yang aneh—sebuah taman bunga, suara seorang perempuan memanggil nama yang tak ia kenali, dan… darah. “Amara…” Nama itu berbisik di benaknya, tapi tidak pernah keluar dari bibirnya. Nama yang terasa asing tapi akrab. Ia belum tahu dari mana datangnya suara itu, tapi bayangannya selalu sama—seorang gadis kecil berlari di antara pepohonan besar, dikejar bayang-bayang gelap yang menakutkan. Suara langkah kaki mendekat. Rain

  • Gadis Tanpa Ingatan   25. Misteri Kalung A.E

    Langit mulai berubah warna ketika Raina—atau Amara—dan Elvano mulai berkemas. Matahari naik malu-malu dari balik deretan pegunungan, menyinari rerumputan yang masih basah oleh embun. Suasana rumah tua itu terasa hening, seperti sedang menahan napas, menunggu sesuatu yang penting untuk terjadi.Tante Lusi belum juga bangun. Perempuan itu tertidur pulas setelah malam panjang penuh pengakuan dan air mata. Raina menatap wajahnya sejenak sebelum melipat jaket tipis ke dalam ransel. Di dalam hatinya, ada rasa sayang yang aneh—seperti ia baru saja mengenali seseorang yang sudah lama mencintainya dalam diam.Boneka kelinci itu tetap ia bawa. Ia tahu, bukan mainan itu yang penting, melainkan semua yang melekat padanya. Luka, ingatan, dan janji yang belum sempat ditepati. Di dalam jahitan sobek di telinga kirinya, ia menyelipkan secarik kertas kecil yang tadi pagi ditemukan di bawah tempat tidur: potongan foto lama, buram, dengan dua gadis kecil tersenyum memeluk satu sama lain. Di baliknya ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status