Share

64. Kemarahan Rigen

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-05-20 22:46:59

Tengah malam, Rigen baru saja kembali. Hari kemunculannya kembali benar-benar melelahkan sehingga dia bahkan tak beristirahat sedikit pun.

Pintu rumah terbuka dengan suara pelan. Langkah Rigen mantap, namun pikirannya masih dipenuhi angka dan laporan dari rapat hari ini.

“Jovian,” panggilnya datar, “bawakan berkas merger itu ke ruang kerja.”

Tidak ada jawaban.

Aneh.

Rigen melangkah masuk, meletakkan jas di gantungan, lalu menuju ruang makan. Sekilas, suasana rumah ini… terlalu sunyi. Tidak ada aroma teh kesukaan Ariella. Tidak ada suara langkahnya di atas karpet.

Matanya menyapu meja makan.

Sesuatu menarik perhatiannya.

Sepotong amplop putih tergeletak di sana. Tidak ada nama. Tidak ada tulisan.

Kening Rigen mengerut saat melihat cincin pernikahan yang biasa tersemat di jari manis Ariella, kini ada di sana.

Rigen mengambil amplop putih itu dan membukanya perlahan.

Begitu melihat isinya, ekspresi Rigen langsung mengeras.

Itu… surat perceraian.

Tangannya mengepal.

“Ariell
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Lil Seven
hehee iyaa kak kemarin pas capeknya hehe
goodnovel comment avatar
Lil Seven
huhuhu nyesek banget yaaaa
goodnovel comment avatar
Lil Seven
iyaaa akan ku satukan mereka sayang, santai ajaaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   178. Menjemput Ariella

    “Ariella.”Suara itu lirih, tapi cukup untuk membuat tubuh Ariella membeku di tempat. Tangannya yang sedang menuang teh di cangkir kecil berhenti gemetar.Ia perlahan menoleh, dan saat matanya bertemu sosok tinggi yang berdiri di ambang pintu penginapan, seluruh dunia terasa berhenti berputar.Rigen.Dengan rambut sedikit acak, mata merah, dan wajah penuh kecemasan yang belum pernah Ariella lihat sebelumnya. Tubuhnya seperti memikul beban dunia. Tapi tatapannya hanya tertuju padanya—seolah tak ada yang lebih penting di seluruh bumi selain wanita di hadapannya.“Bagaimana kamu tahu aku di sini?” bisik Ariella.Rigen melangkah masuk perlahan. “Aku cari ke mana-mana. Hampir gila karena tak tahu kamu hidup atau…”Ariella mundur satu langkah. “Jangan lanjutkan.”Hening.Angin laut bertiup melalui jendela terbuka. Daun pintu bergoyang pelan, seakan ikut menahan napas.Rigen mengembuskan napas panjang. “Ella… tolong dengarkan aku dulu.”“Aku sudah dengar semuanya,” potong Ariella. “Dari Elis

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   177. Provokasi

    “Kamu benar-benar tinggal di sini sekarang, Ariella? Di tempat sekecil ini?”Suara itu menghantam udara pagi yang sebelumnya tenang di teras penginapan tepi laut tempat Ariella berlindung selama tiga minggu terakhir.Ariella membalikkan badan dengan jantung mencelos. Nafasnya tercekat saat melihat sosok yang paling tak ingin ia temui.Elisabeth berdiri di sana, mengenakan gaun linen putih dan kacamata hitam. Elegan. Angkuh. Tidak tampak seperti seseorang yang mencarimu dari benua lain, tapi lebih seperti pemilik dunia.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Ariella dengan suara nyaris serak.Elisabeth membuka kacamata, menatap langsung ke mata Ariella dengan senyum licik. “Menjemputmu pulang, tentu saja. Dunia menunggumu. Atau lebih tepatnya… menungguku.”Ariella memicingkan mata. “Apa maksudmu?”Elisabeth mendekat. Setiap langkahnya seolah menekan dada Ariella makin dalam. Ia berhenti hanya beberapa jengkal di depan, lalu berkata pelan, nyaris seperti bisikan maut:“Aku dan Rigen su

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   176. Desakan Elisabeth

    “Sudah saatnya kamu membuat pernyataan resmi, Rigen."Nada suara Elisabeth terdengar lembut, tapi tegas. Tidak ada keraguan dalam matanya. Ia duduk di seberang Rigen, di dalam ruang kerja keluarga Ataraka yang tenang namun penuh tekanan tak kasatmata. Sebuah tablet tergeletak di meja, menampilkan draf press release yang sudah ia siapkan.Rigen mendongak pelan dari tumpukan dokumen, matanya sempit. “Pernyataan tentang apa?” tanyanya dengan nada tak suka. Elisabeth menyilangkan kaki anggun dan tersenyum kecil, seolah itu hal biasa. “Tentang perpisahanmu dengan Ariella, tentu saja.”Hening.Detik demi detik berlalu tanpa suara, hanya suara detak jam dinding tua yang terdengar di antara mereka.“Elisabeth…” Suara Rigen pelan, nyaris seperti peringatan. Tapi Elisabeth tidak gentar.“Ini sudah terlalu lama, Rigen. Media mulai berspekulasi. Investor mulai resah. Mereka butuh jawaban—siapa yang akan mendampingimu dalam jangka panjang. Dan kamu…” Ia mencondongkan tubuh ke depan, “kamu per

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   175. Ariella Pergi.

    “Kamu yakin mau pergi?”Suara perawat jaga terdengar pelan, setengah berbisik. Matanya menatap perempuan muda yang berdiri di dekat pintu dengan koper kecil di sisi kaki, wajahnya sayu, tapi sorot matanya penuh tekad.Ariella mengangguk lemah. “Tolong… jangan beri tahu siapa pun dulu. Aku hanya… butuh menjauh.”Perawat itu ragu sejenak, lalu mengangguk. Ia tahu nama “Ariella Smith” sudah terlalu sering disebut di koridor rumah sakit beberapa hari terakhir—bukan karena kesehatannya, tapi karena skandalnya. Karena semua bisikan yang menamainya dengan kata-kata seperti istri pura-pura, pewaris palsu, wanita tanpa nama.Ariella menarik napas panjang, lalu melangkah pelan meninggalkan kamar rawat inap yang menyimpan begitu banyak luka batin. Di atas meja, ia meninggalkan secarik surat yang ditulis semalaman sambil menangis:> “Jika kehadiranku hanya jadi sumber kehancuran, maka aku memilih menjauh. Untuk kebaikanmu. Untuk kebaikan anak ini.”Ia tidak membawa ponsel. Tidak ingin dibujuk. Ti

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   174. Rigen, Kamu Kenapa?

    Tiga hari berlalu sejak badai skandal itu meledak. Ariella menatap langit-langit kamar rawat inapnya, matanya kering kelelahan. Ia bahkan sudah berhenti menangis. Tubuhnya mulai pulih, tapi pikirannya—hancur berkeping. Setiap kali ia membuka media sosial atau sekadar melihat notifikasi berita dari layar ponsel, wajahnya sendiri muncul diiringi tajuk tajam dan menyakitkan. > "Skandal darah campuran mengguncang keluarga Ataraka." "Pewaris hamil? Tapi bukan anak pewaris?" "Rigen Ataraka bungkam, benarkah ada yang disembunyikan?" Dan Rigen? Sejak panggilan teleponnya dengan dokter itu, pria itu belum sekali pun datang menemuinya. Tak ada pesan. Tak ada penjelasan. Ariella mulai bertanya-tanya… Apakah Rigen juga mulai ragu? Apakah tatapan lembut itu… cinta? Atau hanya kewajiban yang perlahan pudar? *** Di sisi lain kota, Elisabeth kembali memantapkan langkahnya. Kini ia bukan hanya memainkan media dan dokumen medis—ia juga mulai merangkul para tetua keluarga Atara

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   173. Tipu Muslihat

    Hari berikutnya, Elisabeth kembali menyusun agenda. Kali ini, ia menghubungi seorang editor majalah fashion yang juga koneksi lama dari masa kuliahnya di Prancis. “Kamu pernah bilang butuh cerita yang eksplosif untuk edisi keluarga bangsawan Asia, kan?” suaranya lembut namun tajam. “Aku punya satu… dan ini akan meledak di mana-mana.” Mereka bertemu sore harinya di lounge hotel yang sama tempat ia bertemu Rigen. Elisabeth menyodorkan flashdisk kecil berisi foto-foto dan dokumen yang ia curi dari latar belakang Ariella. Beberapa di antaranya bahkan berasal dari masa lalu Melinda, ibu Ariella—foto dengan simbol organisasi politik, surat-surat lama, dan potongan artikel tentang skandal finansial era 1998. Editor itu menatapnya dengan mata berbinar. “Ini… bahan emas.” Elisabeth hanya tersenyum. “Pastikan semua sumbernya tidak disebut. Biarkan publik yang membentuk asumsi.” Sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kulit, ia menyesap teh. “Dan satu hal lagi,” tambahnya. “Pastikan ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status