GAIRAH CINTA ROOSJE
Penulis : David KhanzBagian 49—---- o0o —----Setiba kembali di rumah, Roosje langsung mengajak Tuan Guus berbicara secara empat mata. Ada beberapa hal yang membuat gadis tersebut merasa ingin tahu tentang Juragan Sumiarsih. "Sepertinya Papa sudah lama kenal dengan itu Mama Hanan?" ucapnya seperti tengah menginterogasi ayahnya. "Dari sikap dan pembicaraan Papa selama di itu rumah mereka orang, aku yakin bahwa Papa memang bukan pertama kali bertemu dia orang. Benar 'kan itu, Papa?"Tuan Guus mendecak. Sepertinya dia tidak ingin anaknya tersebut bertanya-tanya perihal urusan pribadi. Namun sebagai seorang ayah, lelaki itu hafal betul bagaimana karakter Roosje. Maka untuk mengusir rasa penasaran putri semata wayangnya, dia menjawab juga, "Itu orang Sumiarsih cuma kawan lama Papa, Roos. Tidak ada yang lain.""Teman lama atau memang Papa pernah dekat dengan itu Mama Hanan?" tanya kembali Roosje, merasa tidak puas dengGAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 50—---- o0o —----Beberapa bulan setelah mendengar Sumiarsih menikah dengan Juanda, Guus Van Der Kruk memutuskan untuk pulang kembali ke negeri asalnya, Belanda. Di sana, dia mengenal seorang perempuan lain bernama Eline. Kepada sosok inilah, pelarian cinta lelaki bertubuh tinggi besar tersebut dilabuhkan. Tidak sampai memakan waktu lama, keduanya pun mengucapkan sumpah dan janji setia di altar gereja.Bukan tanpa alasan, Guus memilih Eline sebagai calon istrinya. Karena perempuan tersebut adalah anak seorang petinggi negeri yang memiliki kekuasaan di sana. Ayah Eline merupakan jenderal militer kerajaan Belanda berpangkat tinggi. Maka tidaklah heran jika karir Guus pun mengalami peningkatan yang cukup pesat.Sambil menunggu saat-saat yang tepat, diam-diam Guus Van Der Kruk mencari-cari kabar tentang Sumiarsih bersama suaminya, Juanda. Disamping itu, berita tambahan yang didapat adalah
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 51—---- o0o —----"Astaghfirullah!" seru Hanan dan Juragan Sumiarsih usai mendengar penuturan Ki Sendang Waruk perihal serangan teror yang terjadi semalam tersebut. "Ini jelas sekali, ada seseorang yang hendak mencelakai Aki dan Nèng Bunga."Ki Sendang Waruk mendesah bimbang. Ujarnya dengan suara lirih, "Entahlah. Saya sendiri belum bisa memastikan. Apakah ini ditujukan pada saya sendiri atau Bunga? Masalahnya, teror ini sudah bukan merupakan serangan fisik belaka, tapi caranya sudah menggunakan jalan mistik."Hanan turut berpikir keras, mengaitkan berbagai kabar yang selama ini dia terima dari banyak sumber. "Apakah ini dilakukan oleh orang yang sama, Ki?" tanyanya mulai menduga-duga. "Seseorang yang dulu menghendaki Ayah untuk—""Untuk hal itu pun, saya juga belum bisa memastikannya, Nak," tukas Ki Sendang Waruk. "Kita tidak boleh gegabah menunjuk pada seseorang, apalagi sampai menyebutkan sebuah na
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 52—---- o0o —----"Nak Hanan! Tunggu!" teriak Ki Sendang Waruk seraya melambai-lambaikan tangan memanggil Hanan. Namun anak muda tersebut tidak menghiraukan. Dia tetap memacu langkah kudanya semakin cepat."Ki Èndang, bagaimana ini? Anak saya pergi, Ki!" Juragan Sumiarsih kembali berseru panik sambil memegang lengan lelaki tua tersebut dan menarik-nariknya.Sesaat Ki Sendang Waruk mendecak kesal. "Inilah yang sebenarnya saya khawatirkan selama ini," ucapnya pada Sumiarsih. "Anak itu akan berbuat nekat. Mirip sekali kelakuannya dengan bapaknya, Juanda. Haduh! Bagaimana sekarang?" Lantas dia menoleh ke arah Mang Dirman yang turut berada di sana dan hanya bisa melongo. "Dirman! Cepat siapkan sado!""Aki hendak ke mana?" tanya Mang Dirman bingung."Kita susul Hanan, Mang!" jawab Ki Sendang Waruk kesal. "Saya tahu, ke mana anak itu akan menuju. Cepat, siapkan sado!"
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 52—---- o0o —----"Nak Hanan! Tunggu!" teriak Ki Sendang Waruk seraya melambai-lambaikan tangan memanggil Hanan. Namun anak muda tersebut tidak menghiraukan. Dia tetap memacu langkah kudanya semakin cepat."Ki Èndang, bagaimana ini? Anak saya pergi, Ki!" Juragan Sumiarsih kembali berseru panik sambil memegang lengan lelaki tua tersebut dan menarik-nariknya.Sesaat Ki Sendang Waruk mendecak kesal. "Inilah yang sebenarnya saya khawatirkan selama ini," ucapnya pada Sumiarsih. "Anak itu akan berbuat nekat. Mirip sekali kelakuannya dengan bapaknya, Juanda. Haduh! Bagaimana sekarang?" Lantas dia menoleh ke arah Mang Dirman yang turut berada di sana dan hanya bisa melongo. "Dirman! Cepat siapkan sado!""Aki akan ke mana?" tanya Mang Dirman bingung."Kita susul Hanan, Mang!" jawab Ki Sendang Waruk kesal. "Saya tahu, ke mana anak itu akan menuju. Cepat, siapkan sado!""I-iya, Ki," jawab kusir sado tersebut buru-buru pergi ke belakang. "Sebentar
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 53—---- o0o —----Sepi melanda alam di siang itu. Sesunyi area tanah luas yang dikelilingi oleh rerimbunan semak belukar, tumbuh liar meranggas di sekitar tempat.Bumi tengah mengganas, membakar hampir setiap tumbuh-tumbuhan dan makhluk-makhluk hidup yang bercokol di permukaannya melalui panggangan matahari. Hawa panas pun merata, menyebar terbawa silir-semilir udara yang terengah-engah.Sementara itu, sesosok manusia tengah berjongkok terdiam di depan sebuah pusara, dengan mata terkatup, tapi lisan bersuara dalam bisik. Dia khusyuk melafalkan bait demi bait kalimat suci disertai kedua telapak tangan menengadah. Seakan enggan mengindahkan terpaan bara dari langit yang asyik memanggangi. Sesaat kemudian, dia pun mengucap kata 'aamiin' sembari mengusapkan telapak tangan tadi ke wajah, mengakhiri prosesi dipengujung doa. Matanya terlihat sembab, disertai sedikit sisa l
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 54—---- o0o —----"Den Hanan! Berhenti, Den!" teriak Mang Dirman seraya menghalang-halangi laju kuda yang hendak melewati tempatnya berdiam saat itu. Lelaki tua tersebut menggerak-gerakkan tangan ke atas dan ke bawah secara memutar berulang-ulang. "Tunggu! Berhenti dulu, Den!"Hanan menarik tali kekang kuda, hingga membuat binatang tunggangannya tersebut meringkik dengan kaki depan terangkat ke atas."Awas, Mang! Minggir!" seru Hanan memperingatkan.Namun Mang Dirman bersikukuh berdiri menghalangi di tengah jalan. Ujarnya dengan wajah memelas, "Tolong, Den. Berhentilah dulu. Kita bicarakan semuanya secara baik-baik!"Anak muda itu mendengkus kesal."Apa yang harus dibicarakan lagi, Mang?" tanya anak muda tersebut dari atas kudanya. "Semua orang jelas-jelas ingin menyembunyikan hal yang sebenarnya tentang Ayah. Termasuk Mamang sendiri.""Iya
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 55—---- o0o —----Tanah pekuburan itu masih menggunung merah dan basah. Berhiaskan taburan bunga-bunga mewarnai permukaannya. Lengkap bersama dua tancapan nisan kayu berukir di batas atas serta bawah sebagai penanda.Beberapa orang berjongkok di sepanjang sisi makam dengan mata sembab, seraya melafalkan doa-doa yang terucap dengan penuh kesedihan.Sumiarsih, perempuan yang hampir memasuki usia baya itu, tampak lekat memandangi kuburan suaminya, Juanda. Mengenakan kerudung hitam yang dipadu bersama busana berwarna senada memanjang hingga menjuntai tanah. Raut wajah cantiknya tampak sendu memucat dan tatapan hampa, seakan belum mempercayai bahwa lelaki yang dia cintai tersebut —kini— telah tiada.Ki Sendang Waruk mendeham perlahan, bermaksud memanggil sosok keponakannya —Bunga— yang berada persis di samping Sumiarsih.Gadis itu menengok. Melihat-lihat ke arah
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 56—---- o0o —----"Saya hamil, Kang," ujar Nyai Ayu begitu Sendang Waruk tiba di tempat biasa mereka bertemu.Sontak lelaki tersebut terkejut dibuatnya. Dia menggeleng. "Tidak mungkin, Nyai. Mustahil ini bisa terjadi," ujarnya merasa belum meyakini dengan benar akan ucapan perempuan yang kini telah menjadi kekasihnya tersebut. "A-aku … eh, maksudnya kita … melakukannya pun hanya sekali, 'kan? I-itu pun karena … khilaf. Eh?" Mendadak dia tergagap-gagap dan tampak salah tingkah.Nyai Ayu menatap Sendang Waruk. "Tapi yang terjadi memang benar, Kang. Haid saya telat beberapa pekan ini. S-saya … m-mengandung anakmu."'Ah, sial!' rutuk lelaki itu memaki diri. 'Mengapa aku sampai ceroboh dan berbuat bodoh? Ini seharusnya tidak pernah terjadi!' Lantas teringat pada sebuah kejadian nahas di ambang senja.Kala itu, di tempat yang sama, Sendang Waruk dan Nyai Ayu tenga