Beranda / Romansa / Gairah Liar Istriku / Bab 17. Berikan Keycard Itu

Share

Bab 17. Berikan Keycard Itu

last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-07 14:23:38

Nara sedang berdiri di depan cermin, menatap bayangannya dengan tatapan penuh tekad. Kedua tangannya sibuk mengancingkan mantel panjang yang membungkus tubuhnya. Rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai, hanya sesekali ia rapikan dengan jari. Di dalam dadanya, rasa gelisah bercampur dengan keingintahuan yang membakar. Apa yang sebenarnya Dita ketahui tentang Rama? Dan mengapa perempuan itu menghilang setelah menghubunginya tadi malam?

Ia meraih ponsel di atas meja rias, menekan kontak Dita sekali lagi. Masih mati. Hatinya semakin tidak tenang.

“Kamu mau ke mana?”

Suara Rama mengejutkannya. Ia berbalik, mendapati suaminya sudah berdiri di ambang pintu kamar dengan tangan menyilang di dada. Rambutnya masih sedikit basah, tanda ia baru selesai mandi. Wajahnya yang tajam tampak serius, nyaris curiga.

“Aku mau ke apartemen Dita.” Nara mencoba terdengar biasa saja. “Ponselnya masih mati sejak tadi malam. Aku khawatir.”

Rama menghela napas, melangkah mendekati Nara. “Dita bisa menjaga diri
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Istriku   Bab 86. Rencana Dita Terungkap

    Di sebuah ruangan bawah tanah yang dipenuhi layar monitor, Dita duduk sendirian. Pendar cahaya biru dari monitor-monitor itu menimpa wajahnya yang tenang, dingin, seperti topeng marmer.Di hadapannya, puluhan kamera memperlihatkan berbagai sudut:Nara di ruangan isolasi, terduduk, seperti tubuh tanpa jiwa.Reno, terikat, menunduk di kursi besi.Soraya… bersama salah satu anak buahnya, yang kini ia amati tanpa berkedip.Dita memutar perlahan gelas anggur di tangannya.“Semua berjalan sesuai rencana,” gumamnya pelan, seperti sedang menenangkan diri sendiri.Ia bangkit, berjalan mendekati dinding monitor.“Sekarang, waktunya mereka tahu siapa yang benar-benar mengendalikan semuanya.”Suara langkah sepatu hak tingginya bergaung di lantai semen. Ia menekan tombol interkom di meja besinya, dan berbicara dengan nada suara yang tidak bisa ditawar:“Rekam ini. Untuk Rama, Reno, Soraya… dan terutama untukmu, Nara.”Sebuah kamera otomatis berputar, mengarah ke wajahnya. Dita berdiri di tengah ru

  • Gairah Liar Istriku   Bab 85. "PIilih Aku Atau Tugasmu"

    Udara apartemen Soraya terasa berat, mengandung wangi anggur dan parfum samar yang bercampur dengan sesuatu yang jauh lebih liar.Pisau di tangan pria itu sudah turun. Tapi bukan berarti ancaman lenyap. Justru bahaya kini berdiri di antara keduanya, tipis seperti batas antara nafsu dan kematian.Soraya menempelkan tubuhnya. Panas kulitnya bertemu dingin kulit sarung tangan.“Lepas,” bisiknya.Pria itu tidak bergerak. Soraya mengambil inisiatif. Satu per satu, ia menarik sarung tangan itu, membiarkan jari-jari kasar laki-laki itu menyentuh kulitnya.“Kalau kau memang datang untuk mengakhiri hidupku,” ucap Soraya lirih sambil menelusuri rahang pria itu dengan jemari, “biarkan aku yang memutuskan bagaimana aku mengakhiri malam ini.”Ada jeda sunyi. Dan kemudian bibir mereka bertemu—bukan lembut, tapi rakus. Soraya sengaja mencium seperti orang yang tenggelam mencari udara. Tidak ada rasa cinta, hanya hasrat yang mendesak waktu.Soraya mendorong tubuh pria itu ke dinding, lalu melepas gau

  • Gairah Liar Istriku   Bab 84. Percintaan Maut

    Ketukan itu berhenti.Sunyi kembali turun di apartemen. Tapi bagi Soraya, kesunyian itu justru lebih berisik daripada suara tembakan.Ia berdiri diam beberapa detik, menahan napas. Otot lehernya menegang. Lalu, perlahan, ia bergerak mundur, mengambil sebuah gunting panjang dari meja rias. Jari-jarinya berkeringat, menggenggam gunting itu erat.erat.Siapa?Pikiran itu berputar.Rama? Tidak mungkin. Rama tidak mengetuk seperti itu.Polisi? Mustahil, mereka akan datang dengan cara yang lebih kasar.Dita.Soraya tahu jawabannya bahkan sebelum bayangan itu muncul.Dita tidak akan datang sendiri. Selalu ada “tangan panjang” yang ia gunakan untuk membersihkan jejak.Ia mendekat ke pintu, tidak membuka, hanya mendengar.Ada suara napas pelan dari balik sana. Berat, jantan.Hmm Anak buahnya…Ketika kenop pintu berputar pelan dari luar, Soraya bergerak mundur cepat. Pintu itu terbuka. Bayangan seorang pria tinggi muncul di ambang. Wajahnya sebagian tertutup masker hitam. Jaket kulit gelap, sar

  • Gairah Liar Istriku   Bab 83. POV: Soraya Di Bawah Tekanan

    Malam sudah sangat larut. Kota di luar jendela apartemen tampak seperti lautan lampu yang tak berarti. Di lantai tinggi ini, Soraya seharusnya merasa aman. Tapi udara terasa berat, seolah dinding-dinding apartemen menyusut, terasa seperti menghimpit tubuhnya.Ia berdiri di depan cermin kamar, menatap wajahnya sendiri yang tampak asing. Make-up mahal yang ia poles dengan sempurna sejak sore tadi kini luntur di sudut mata. Lipstik memudar, menyisakan garis bibir pucat. Jemari yang biasanya mantap saat memegang pena atau gelas anggur, kini bergetar halus.Di meja rias, segelas wine sudah hampir habis. Tapi alkohol tidak begitu banyak membantu.Sejak telepon Rama beberapa jam lalu, pikirannya tidak berhenti berputar. Pertanyaan-pertanyaan itu kembali terngiang:"Apa kau tahu di mana Nara? Kenapa semua CCTV hilang rekamannya? Kau jangan main-main denganku, Sora."Nada suara Rama kali ini berbeda. Tidak lagi hanya sekadar curiga. Tapi mendesak, menekan, dan jelas mengancam.Soraya menelan l

  • Gairah Liar Istriku   Bab 82. POV: Rama Di Ruang Tekanan

    Gelap. Pekat.Reno menahan napas. Hanya beberapa menit lalu, suara napas berat itu datang dari sudut ruangannya.Kini, tidak ada siapa pun di sana. Tidak ada suara langkah. Tidak ada pergerakan. Tidak ada asap.Namun sesuatu berubah. Udara menjadi lebih berat. Setiap tarikan napasnya seperti menghirup kabut yang lengket, mengisi paru-paru dan otaknya.Reno sadar: ini bukan sekadar ruang pengurungan. Ini ruang permainan pikiran.Pelan-pelan, cahaya samar muncul di hadapannya—bukan dari lampu, melainkan dari proyeksi di dinding.Sebuah gambar.Tidak, bukan gambar. Tapi Sebuah rekaman video.Nara.Bukan seperti yang ia lihat tadi.Di video ini, Nara duduk di lantai, matanya sembab. Lalu terdengar suaranya, serak:"Aku... lelah... Aku mau menyerah..."Reno mengepalkan tangan terikatnya, rahangnya mengeras.“Aku tidak percaya ini,” gumamnya. “Ini rekayasa.”Tapi video itu tidak berhenti."Reno... kenapa waktu itu kau membiarkan aku menikah dengan Rama?"Napas Reno tercekat. Kata-kata itu m

  • Gairah Liar Istriku   81. "Kenapa Aku Disini?"

    Gelap.Senja, malam, dan pagi kehilangan warna bentuknya di ruangan ini.Nara tidak tahu sudah berapa lama ia berada di sini. Satu hari? Dua? Tiga? Ia hanya merasa bahwa waktu tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Tidak seperti biasanya.Dinding krem pucat yang awalnya bersih kini tampak seperti memudar di matanya. Bukan karena catnya berubah, tapi karena pikirannya sendiri yang mulai kehilangan warna.Ia duduk di lantai, punggung bersandar pada dinding yang dingin. Lututnya ditarik, kedua lengannya melingkari tubuhnya sendiri, seolah memeluk sesuatu yang sudah lama hilang.Suaranya parau saat berbisik, “Aku... kenapa aku di sini?”Tidak ada jawaban.Cermin hitam di seberang ruangan itu masih berdiri di sana. Diam. Sejak pria berseragam putih itu datang, ia tidak pernah melihat siapapun lagi. Hanya cermin dan suara musik yang sesekali berubah nada.Dan musik itu... semakin lama, semakin menipis.Tidak lagi terdengar seperti musik klasik. Lebih mirip bisikan. Seperti ada yang menye

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status