Gairah Liar Mantan Suamiku

Gairah Liar Mantan Suamiku

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-07-30
Oleh:  Abigail KusumaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
5Bab
10Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Saat cinta tak pernah dibalas, perpisahan menjadi satu-satunya bukti keberanian. Maira rela menahan air mata saat suaminya menyerahkan surat cerai—demi wanita lain yang kini tengah mengandung anak sang suami. Satu tahun pernikahan, satu tahun harapan, kini hancur tanpa sisa. Namun, di balik luka terdalam, Maira memilih melangkah … tanpa amarah, tanpa dendam, hanya dengan satu koper kecil dan hati yang nyaris remuk. Hidupnya runtuh, tetapi tidak berakhir. Saat tak ada rumah, tak ada keluarga, dan tak ada siapa pun untuk bersandar—Maira menemukan alasan terindah untuk tetap bertahan: dia sedang mengandung buah hatinya. Ini bukan sekadar kisah tentang perpisahan. Ini adalah kebangkitan seorang wanita yang ditinggalkan, dikhianati, tetapi menolak untuk dikasihani

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1. Awal dari Sebuah Perpisahan  

“Tanda tangani surat cerai ini.”

Maira terdiam, dengan raut wajah muram di kala mendengar apa yang dikatakan oleh Dirga—suami yang sangat dia cintai. Hatinya seketika tercabik akan perintah terbantahkan itu. Tampak jelas matanya sudah nyaris mengeluarkan air mata, tapi dia menahan diri agar tak menangis di depan suaminya.

“K-kita cerai, Mas?” tanya Maira lirih, menatap sang suami dengan permintaan penjelasan.

Dirga membuang pandangannya, menunjukkan aura wajah yang tak peduli. “Amara hamil. Aku harus menikahinya. Aku harus memilih, lagi pula dari awal pernikahan kita hanya perjodohan saja. Sekarang orang tuaku sudah nggak ada, jadi nggak ada lagi alasan untuk kita bertahan.”

Maira menunduk, menahan sesak di dada. Pernikahannya dan suaminya itu baru satu tahun. Dia menikah dengan suaminya karena dijodohkan. Orang tuanya dan orang tua suaminya itu saling dekat, membuat perjodohan terjadi. Namun, sayang semesta berkehendak lain. Tepatnya beberapa bulan lalu kedua orang tua suaminya itu dipanggil Yang Maha Kuasa, akibat kecelakaan.

Maira sama sekali tidak menyangka Dirga tega menceraikannya. Meski pernikahan karena perjodohan, harapannya adalah Dirga mencintainya. Namun, semua yang dia impikan ternyata salah. Bagaikan rumah pasir yang kini diterpa oleh ombak laut—dalam sekejap menghilang.

Amara adalah wanita yang sudah menjalin hubungan lama dengan Dirga, tepatnya sebelum dia dan Dirga menikah. Selama ini, dia berpikir bahwa hubungan suaminya dan Amara telah berakhir, tetapi apa yang dia pikirkan salah besar. Suaminya malah akan segera memiliki anak dari mantan kekasihnya.

“Mas, apa kamu nggak pernah mencintaiku sama sekali?” tanya Maira sekali lagi, kali ini air mata sudah tak tertahan.

Dirga menatap tajam Maira, penuh aura wajah kemarahan. “Kamu tahu selama ini, aku menikahimu hanya karena keinginan orang tuaku. Jadi, tanpa harus bertanya kamu tahu jawabannya!”

Maira melangkah mundur beberapa langkah, menginjakkan kakinya dengan kuat di lantai, berusaha untuk tetap tegar. “Baik, kalau bersama dengan Amara adalah membuatmu bahagia, maka aku akan melepasmu, Mas,” ucapnya lirih dengan air mata yang terus berlinang.  

Maira ingin berteriak, menjerit menangis keras dalam luapan erupsi emosi dalam diriku. Dia sangat mencintai suaminya, tapi semua itu percuma karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Ya, sejak di awal dia bertemu dengan Dirga, dia memang sudah sangat mengagumi sosok Dirga. Namun, sekali lagi dia harus menerima fakta di mana Dirga tak pernah mencintainya.

Dirga mengangguk. “Pilihan yang tepat. Segera tanda tangani surat cerai itu. Aku akan memberikanmu uang sebagai kompensasi, karena kamu nggak mempersulit perceraian kita.”

Maira menyeka air matanya susah payah, dan menatap suaminya itu dengan mata yang sudah bengkak akibat air matanya. “Aku akan tanda tangani ini, tapi kamu nggak usah berikan aku apa pun, Mas. Aku sudah bukan istri kamu lagi. Kamu nggak memiliki kewajiban untuk hidupin aku,” jawabnya seraya mengambil pena di atas meja, lalu membubuhkan tanda tanganku di surat perceraian yang diberikan olehnya.

Dirga terdiam terkejut sejenak Maira yang sekarang memberikan surat cerai padanya. Pria tampan itu seolah ingin mengucapkan sepatah kata, tapi semua tertahan di kala Maira dengan mudahnya memberikan surat cerai.

“Terima kasih untuk satu tahun bersamaku. Aku nggak pernah menyesal menikah denganmu,” jawab Maira seraya menyerahkan surat itu. “Hari ini aku akan pindah dari sini. Ini bukan rumahku, Mas. Ini rumah kamu. Aku hanya akan membawa barang-barangku saja.” Lantas, dia melangkah menuju lemari pakaiannya, mengemasi barang-barangnya.

“Kamu nggak perlu pindah, Maira. Rumah ini buat kamu,” ucap Dirga dengan tegas.

Maira tersenyum lirih, tanpa menghentikan mengemasi barang-barangnya. “Mas, setelah kita bercerai, aku nggak ingin kita memiliki hubungan apa pun. Aku ingin jaga hati Amara. Aku yakin pasti Amara akan sangat marah kalau dia melihat kita masih menjalin komunikasi.”

Lagi dan lagi, Dirga hanya termangu diam di tempatnya, mendengar perkataan tegar yang lolos di bibir Maira. Pria itu sempat berpikir Maira akan mempersulit semuanya, tapi ternyata apa yang dirinya pikirkan salah besar. Maira bahkan mempermudah keinginannya.

“Perhiasan yang Mama berikan untukku, aku letakan di lemari, Mas. Cincin pernikahan kita juga ada di lemari. Aku nggak akan ambil apa pun yang bukan milikku,” ucap Maira lagi, lalu melangkah keluar dari kamar, meninggalkan Dirga yang terdiam.

“Kalau kamu nggak bawa apa pun, gimana kamu bisa hidup, Maira?” seru Dirga seraya menyentuh lengan Maira.

Maira tetap tersenyum, di balik kepedihannya. Perlahan, dia mulai menyingkirkan tangan Dirga dari lengannya sambil menjawab tegar, “Aku bisa kerja, Mas. Selama satu tahun kita menikah, kamu selalu tanggung jawab sama hidupku. Aku berterima kasih. Sekarang waktunya aku mandiri, Mas. Aku akan mengurus hidupku. Aku pamit ya, Mas. Jaga kesehatan kamu baik-baik. Ingat jangan merokok. Aku yakin Amara bisa lebih baik merawat kamu daripada aku. Salamkan aku untuknya. Ah, aku hampir lupa, selamat sebentar lagi kamu dan Amara akan menjadi orang tua.”

Maira memberikan senyuman perpisahan terbaiknya untuk pria yang sekarang telah menjadi mantan suaminya. Detik selanjutnya, dia melangkah seraya membawa satu koper kecil, meninggalkan rumah yang sudah satu tahun ini dia anggap sebagai tempatnya berteduh.  

Sebelum meninggalkan rumah itu, Maira tak sengaja melihat ke cermin, dan menatap mantan suaminya terus memberikan tatapan padanya. Mungkin sekarang mantan suaminya sangat kasihan padaku. Namun, dia akan tetap melangkah maju, menghormati pilihan pria yang dia cintai.

Dalam taksi, Maira tak tahu ke mana arah tujuannya. Kedua orang tuanya telah tiada. Kejadian yang menimpanya sangat mengejutkan. Ayahnya lebih dulu meninggal sembilan bulan lalu, akibat serangan jantung mendadak. Sementara ibunya sangat terpukul akan kepergian ayahnya, hingga membuat ibunya itu menyusul ayahnya hanya berselang satu bulan kemudian.

Maira juga sudah menganggap orang tua mantan suaminya seperti orang tua kandungnya sendiri. Mereka sangat baik dan menyayanginya, tapi lagi Tuhan memiliki kehendak-Nya sendiri. Tuhan mengambil kedua orang tua suaminya, dan membuatnya semakin kehilangan arah.

“Bu, ibu ingin ke mana tujuannya?” tanya sang sopir taksi sopan.

Maira terdiam sejenak, berusaha berpikir. “Pak, tolong carikan hotel terdekat saja. Tapi, tolong carikan yang harganya murah, Pak.”

“Oh, baik, Bu. Saya akan periksa di internet.” Sopir taksi itu memeriksa, lalu di kala menemukan, sang sopir taksi itu melajukan mobilnya ke tempat tujuan.

Hotel murah di Kawasan Jakarta Barat adalah hotel yang Maira pilih. Wanita itu beruntung, karena sang sopir taksi membantunya mencarikan hotel. Maira masih bingung harus pergi ke mana. Dia tidak memiliki tempat untuk berteduh. Rumah peninggalaan orang tuanya sudah tidak ada, karena sebelumnya ayahnya memiliki utang cukup besar di bank, hingga membuat ayahnya kehilangan banyak harta.

Sekarang di sini Maira berada. Wanta cantik dengan wajah pucat itu duduk di tepi ranjang, sambil menatap cermin hotel sederhana. Matanya sudah sembab, akibat air mata yang sedari tadi tak kunjung mereda. Jika adia bisa, maka dia ingin sekali mengakhiri hidupnya. Namun, ada sesuatu hal yang membuatnya kuat menjalani kehidupannya saat ini.

Maira mulai merogoh sesuatu dalam tasnya, dan senyumannya terlukis melihat hasil test USG-nya. Air mata bahagia sekarang menetes, membayangkan sebentar lagi dirinya akan menjadi seorang ibu.

“Nak, Mama di sini, Sayang. Kita jalani hidup kita berdua, ya? Mama janji akan selalu menjagamu, dan mencintaimu,” bisik Maira lembut seraya mengecup hasil test USG-nya.  

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
5 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status