Home / Romansa / Gairah Liar Paman Mantanku / GLPM4 : Aku Ingin Kamu

Share

GLPM4 : Aku Ingin Kamu

last update Last Updated: 2025-03-07 11:02:30

“Bahagia? Apa mungkin aku bisa hidup bahagia kalau hanya menjadi budakmu?”

Pikiran itu tiba-tiba saja muncul dan begitu kuat mengusiknya. Kalimat yang diucapkan oleh Rey, seakan sebuah bom yang memicu sebuah pergolakan dalam hatinya. Namun ia tak sanggup mengatakannya. 

Sepasang tangannya mendorong dada Rey menjauh. Namun lelaki itu justru memperkuat pelukannya dan kembali membakar gairahnya dengan kecupannya di leher jenjangnya.

Kegelisahan semakin kuat mengguncang tubuh gadis itu. Tubuhnya menegang saat sentuhan intens berada tepat di titik-titik sensitifnya. Setiap sentuhannya bahkan membuatnya merasa ingin lebih dan lebih lagi.

Sepasang tangannya yang semula mendorong, kini justru meremas kemeja Rey seakan keduanya sengaja mengkhianati pikirannya.

Gestur tubuh yang dengan mudahnya ditangkap oleh Rey. Umpannya telah disambut! Lelaki itu melepaskan pagutannya. Ia merapikan pakaiannya dan mengatur kembali napasnya.

“Aku tidak akan memaksamu, Aura. Aku suka kamu, dan kita akan melanjutkan semua ini hanya jika kamu menginginkannya,” ucap Rey dengan sabarnya, walau sesuatu miliknya telah sesak di bawah sana.

Aura menggigit bibir bawahnya dengan kegelisahan yang semakin menjadi. “Aku menginginkannya.”

Rey yang baru saja selesai mengancingkan beberapa manik kemejanya pun terkejut mendengar jawaban Aura. Ia menurunkan lengannya dan menatap Aura seperti melihat sebuah keajaiban yang sangat langkah.

“Apa? Kamu bilang apa barusan?”

“Aku … menginginkannya.” Aura merasakan debaran di dadanya. Debaran yang bahkan tidak berkurang walau napasnya telah kembali teratur.

“Katakan sekali lagi.”

“Aku … mau kamu, Om Rey.”

Lelaki itu menatap wajah gadis cantik di depannya. Tangannya mengusap lembut pipinya yang memerah, menyibak anak rambut dan menyelipkannya di balik daun telinga gadisnya.

“Aku janji, aku bakal membuatmu bahagia,” ucapnya dengan suara lembutnya.

Aura memejamkan matanya, ia merasakan lembutnya usapan tangan Rey. Usapan yang seakan membiusnya dalam gelombang gairah yang tak dapat ditolaknya.

Rey kembali mengecup bibirnya, menikmati rasa manis dan lembut bibir gadis muda di hadapannya. Tangannya mengusap lembut paha gadis yang terlihat begitu pasrah dalam dekapannya.

Napasnya yang terasa hangat, berhembus dengan ritme yang cepat, memperlihatkan hasrat yang tak bisa dibendungnya.

Tiba-tiba suara ponsel memecah dalam keheningan. Dengan gugup, Aura mendorong tubuh lelaki itu.

“Celaka! Aku sudah terlambat!” teriak Aura yang langsung lompat turun dari meja berbahan kayu itu.

“Aura! Kamu mau kemana?”

“Kerja! Dia bakal bunuh aku hari ini, aku sudah terlambat! Sangat terlambat!” teriak gadis itu sebelum pintu itu kembali tertutup.

Rey memijat keningnya. Ditarik dan dihembuskannya napas sepanjang-panjangnya.

“Astaga, dia benar-benar ingin menyiksaku.”

***

“Jam berapa ini?” Suara cempreng bak kaleng rengginang itu langsung terdengar begitu Aura menampakkan wajahnya.

Wanita berbadan bulat itu mendelik begitu Aura masuk ke dapur, tempatnya bekerja setiap harinya.

“Maaf, Bu.”

“Kalau kamu udah nggak suka kerja di sini, mending berhenti saja. Kita ini team work!” teriak Bu Natusha saking kesalnya, “aku harap ini terakhir kali kamu datang terlambat. Acara jamuan makan D’Amarta satu jam lagi. Cepat kamu siapkan semua bahan! Aku nggak mau resto kita di blacklist hanya gara-gara sous chefnya yang nggak becus!”

Aura menarik napas dalam-dalam. Ia menahan diri untuk tidak menutup telinganya yang terasa sakit mendengar suara bernada delapan oktaf itu.

Ia baru merasa tenang saat perempuan itu beranjak keluar dari dapur.

“Sabar, ya cin. Nggak tau, tuh. Bu Nat main sidak segala hari ini,” ucap lelaki gemulai itu, “sepertinya dia lagi pe em es, deh.”

“Tapi … memang aku yang salah, sih,” sahut Aura cepat.

“Oh iya, chef Farel minta disiapin tenderloin grade A buat menu utama hari ini. Terus dia juga minta salmon dan … ah, kamu cek aja, nih. Semua daging kiriman udah aku bantu terima dan aku taruh di sana, tuh.” Ega menyerahkan kertas berisi daftar sembari menunjuk ke sebuah freezer yang tepat berada di depan ruang pendingin restoran itu.

Aura menepuk pundak Ega. “Thanks ya. Aku nggak tau, gimana hidupku kalau nggak ada kamu.”

“Ya elah, ya tetep aja jadi Aura Dinata, lah. Nggak mungkin pula kamu jadi rempeyek udang. Bisa habis kamu, aku makan,” ucap Ega sembari menunjukkan jemarinya dengan seringai seekor macan.

“Aura! Cepat siapkan semua bahan? Kita nggak boleh buang waktu! Tamu segera datang!” Teriak chef Farrel membuat Aura kembali tersentak. Ia segera mengisi keranjangnya dengan semua bahan yang tertera pada lembaran yang dipegangnya.

“Pernikahanmu dengan keluarga Damarta nggak bakal menambah poin penilaian kamu di mata aku,” imbuh lelaki berahang tegas itu.

Ega menghela napas panjang. Ia mengedikkan pundaknya sebelum kembali ke posisinya di dapur. Memang tidak mudah untuk mengikuti keinginan kedua atasannya. Bu Natusha yang haus akan uang dan chef Farel yang perfectionis dan bermulut tajam itu.

Aura baru saja meletakkan bahan terakhir yang dibutuhkan ke dalam keranjangnya. Empat kilo daging sirloin yang telah disisihkannya dari dalam pendingin sesuai keinginan Chef Farrel.

Diangkatnya semua bahan yang cukup berat itu ke dapur.

“Oke, teman-teman! Kita sudah tidak punya banyak waktu. Tamu-tamu yang sudah membooking resto kita sudah datang. Kita lakukan semua yang terbaik yang bisa kita lakukan sekarang!” teriak Chef Farrel membuka perjuangan mereka di dapur hari itu, “aku minta kerjasamanya. Semangat!”

Walau hanya lima orang saja yang berkutat di dalamnya, namun cukup membuat suasana dapur sangat meriah. Suara Chef Farrel yang tegas dan mendominasi ditambah dengan udara panas karena asap yang mengepul dengan aromanya yang menggoda.

“Tes rasa Aura! Jangan pernah kasih peluang buat siapapun mengkritik pekerjaan kita,” ucap Chef Farel dengan suara lantangnya.

“Chef, tamu ingin daging steaknya di masak medium well,” ucap gadis muda yang tiba-tiba muncul menyerahkan nampan berisi sepotong daging steak.

Chef Farel menusukkan garpunya sebelum mendecak kesal. “Medium rare! Aura, apa kamu mau aku kirim ke sekolah lagi?”

“Maaf chef.”

“Sial! Siapkan tambahan appetizer sebagai kompensasi kesalahan kita. Aku tidak mau citra restoran kita jadi rusak karena keteledoran sous chef kita hari ini.”

“Done, chef!” Ega meletakkan piring steak ke hadapan Farrel. Dilihatnya lelaki bermulut tajam itu menusukkan garpunya.

“Oke. Kalian semua siapkan menu terakhir. Dan kamu,” kata lelaki itu sembari menuding Aura, “temui aku di ruanganku!”

Aura meremas apronnya. Mau tak mau dilangkahkannya kakinya menuju ruang yang letaknya berhadapan dengan dapur itu, tepat beberapa langkah di belakang Farrel.

“Kamu nggak fokus hari ini!”

“Maaf Chef.”

“Kenapa? Kamu sudah kangen sama Micho mu itu? Kamu inget dia terus, sampai-sampai kamu nggak bisa tau kalau steak itu masih medium rare?” hardik Chef Farrel dengan gemas, “pulang saja kamu, nggak usah kerja lagi! Percuma!”

“Aku … nggak jadi nikah sama dia.”

Wajah Chef Farrel memperlihatkan keterkejutan yang kentara. Namun ia segera menyembunyikannya saat suara ketukan terdengar dari balik pintunya. Lelaki itu mengusap wajahnya dengan tangannya, menyembunyikan sebuah perasaan yang muncul akibat pernyataan itu.

"Chef, apa Aura ada di dalam? Tamu kita sedang menunggunya."

Farel tidak menjawab. Ia justru disibukkan oleh pikirannya sendiri. Seharusnya ia tidak bersikap sekasar itu pada Aura, terlebih karena ia tidak tahu apa yang sudah dialaminya. 

"Kalau tidak ada hal penting lainnya, aku permisi dulu."

Baru saja gadis itu berbalik, Farrel segera menangkap lengannya, memaksa Aura menghentikan langkahnya.

"Kamu serius batalin pernikahan kamu sama dia?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
eh chef Farrel suka sama Aura deh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM5 : Malam Panas

    Gadis itu menganggukkan kepalanya, membuat lelaki di hadapannya merasakan kelegaan dalam hatinya. Anggukkan itu seperti secercah harapan baginya untuk kembali memperjuangkan perasaannya. "Bagus kalau gitu," lirihnya sembari melepaskan cengkramannya, "tentang menu baru yang kita bicarakan, bagaimana kalau kita coba membuatnya malam nanti." Aura menatap lelaki itu dengan kesal. Setelah tutup toko, sama artinya dia terpaksa harus lembur malam ini. Dan Bu Natusha tidak menyukai karyawannya lembur. Tapi lagi-lagi ia tidak mungkin menolak perkataan Chef Farrel, atasannya itu. Penilaian kerjanya, tergantung pada kepuasan lelaki bermulut pisau ini. "Baik Chef." *** "Om Rey, ngapain booking tempat dadakan buat tamu yang nggak kira-kira banyaknya?" sambut Aura sesaat setelah melihat wajah Rey Damarta di ruang tertutup resto itu. "Aku cuma mau mempertegas pembicaraan kita pagi tadi. Pembicaraan yang terputus hanya karena kamu harus berangkat kerja." Lelaki itu menarik sudut bibirn

    Last Updated : 2025-03-07
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM 6

    "Aura! Aura Dinata!" Suara desah maskulin itu tiba-tiba saja berubah menjadi suara cempreng yang sangat ia kenal. Dan wajah tampan penguasa D'Amartha Group itu lenyap begitu saja dari pelukannya digantikan wajah gadis berambut keriting yang sangat dikenalinya. Gubrak! Aura meringis kesakitan saat tubuhnya merasakan kerasnya lantai keramik dingin di bawahnya. Dan entah bagaimana caranya, selimutnya pun seolah ingin ikut campur untuk menghukumnya karena mimpi yang sangat aneh itu. Aura melepaskan diri dari lilitan selimutnya. Dihempasnya guling yang ada dipelukannya dengan kesal. Mimpi itu bahkan terasa begitu nyata baginya. Senyata guling yang berada di dalam pelukannya tadi dan rasa sakit di tubuhnya. "Kamu ngapain rebahan sambil selimutan di lantai?" tanya Jessy yang terkejut melihat ulah kawan yang sedari tadi tidak menjawab panggilannya, "kamu lagi cari tokek apa kadal?" "Ya ... gimana lagi. Kasurnya nggak mau aku tidurin. Dia malah lempar aku ke lantai." Gadis ber

    Last Updated : 2025-04-22
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM7

    "Aku tahu, ini pertama kalinya buat kamu," bisik Rey di telinga gadisnya, "aku akan memperlakukanmu dengan lembut, seperti bola kristal yang rapuh." Aura menghela napas panjang. Kali ini pikirannya kembali tak sejalan dengan hatinya. Setiap sentuhan lelaki itu membuatnya semakin menggila. Ia tak mampu lagi berpikir rasional. Tembok pertahanan yang selama ini dijaganya dengan baik, seakan runtuh begitu saja di tangan seorang Rey Damarta. Rey Damarta benar-benar penuh pesona. Bukan hanya itu, ia tahu bagaimana memperlakukannya dengan lembut. Lelaki itu tahu bagaimana meratukan gadisnya, melambungkan perasaannya dan membuainya dalam setiap sentuhannya. Sentuhan yang membuat Aura tak dapat berkata apapun untuk menolak. Bahkan tubuhnya pun mengkhianati pikirannya dan justru memperlihatkan reaksi sebaliknya. Ia sungguh menikmatinya. Jemari itu mulai menyentuh di bagian paling privacy nya. Bagian yang tak pernah terjamah lelaki manapun selama dua puluh tahun lebih itu, kini meras

    Last Updated : 2025-04-22
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM8

    Jantung Aura berdebar dengan kencang saat ledakan itu terdengar bersama suara pecahan kaca. Tubuhnya bahkan masih gemetar saat Farrel melepaskan dekapannya. Dekapan hangat yang telah menyelamatkannya dari bencana yang telah diciptakannya malam ini. Ditatapnya ruangan yang kini lebih pantas disebut kapal pecah itu dengan penuh sesal. Pecahan kaca bercampur dengan perlengkapan dapur itu terlihat tak karuan saat air dengan otomatis mengucur dari atas plafon dapur, memercik api yang keluar dari oven hingga ruangan itu mulai dipenuhi asap. "Rara, kamu nggak papa?" Suara lelaki itu sama bergetarnya dengan tubuh gadis di hadapannya. "Aku mengacaukan segalanya," lirih Aura yang masih shock dengan kejadian yang terjadi karena kecerobohannya. "Itulah aku katakan, kamu harus fokus dengan pekerjaanmu. Lupakan pernikahanmu yang gagal. Masih banyak laki-laki lain yang lebih baik dari si brengsek itu." Semua ucapan Farrel seperti sebuah dengungan keras di telinga Aura. Ia benar-benar mera

    Last Updated : 2025-04-23
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM9

    Dalam handuk berukuran besar, Aura merapatkan tubuhnya. Secangkir susu coklat hangat masih dipegangnya dengan erat. Rasa hangat dari cangkir itu seperti menghibur jari jemarinya dari dingin yang dirasakannya. "Jadi ... apa yang membuatmu kembali?" tanya lelaki itu sembari mengatupkan kedua tangannya, bersedekap di dada. Sesaat Aura merasa ragu. Seandainya saja ia mengatakan kesulitannya dan Rey mau membantunya, bukankah itu akan membuatnya terikat pada lelaki itu? Tapi ... rasanya sungguh tidak adil jika ia menerima kebaikan Farrel, seolah memberikan harapan padanya. Padahal ia tidak mempunyai perasaan apapun terhadapnya. "Apa ini tentang nenekmu?" tebaknya. "Bukan." "Atau ... kamu sudah memikirkan perjanjian itu? Atau justru bocah tengik itu berulah lagi?" Aura menggelengkan kepalanya. "Lalu?" "Aku ...." Aura mendesah dengan frustrasi. Ia kembali menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. "Jangan katakan kamu rindu sentuhanku," tebaknya lagi. Aura meletakkan

    Last Updated : 2025-04-23
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM10

    "Om Rey, apa keterlaluan jika aku menginginkan sebuah hubungan yang normal?" tanya Aura, "seperti layaknya sepasang kekasih. Bukan sekedar menghabiskan waktu di atas ranjang, tapi juga melakukan hal lain yang menyenangkan bersama." Rey mengangguk-anggukkan kepalanya. Wajahnya terlihat serius menanggapi permintaan gadisnya. "Baiklah, aku bisa menambahkan permintaanmu ke dalam surat perjanjian kita," sahutnya, "kita bisa nonton berdua, makan malam atau sekedar berkuda untuk saling mengenal. Aku akan menyisihkan waktuku untuk itu. Apa kamu menyukainya?" Aura menarik sudut bibirnya, memamerkan seuĺas senyumannya yang indah, walau dalam otaknya masih tidak bisa memahami apa yang membuat lelaki yang nyaris sempurna seperti Rey Damarta tidak bisa mempercayai suatu hubungan dengan nama cinta. "Sekarang tidurlah, ada banyak hal yang ingin aku tunjukkan padamu," perintahnya, "sementara orang kepercayaanku menambahkan permintaanmu pada poin tambahan dalam perjanjian itu, kita bisa mulai

    Last Updated : 2025-04-24
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM11

    Sepasang mata indah itu mengawasi setiap sudut ruangan. Tempat itu benar-benar tertutup, tersembunyi sementara berbagai alat aneh yang membuat siapapun yang melihatnya mengernyitkan keningnya. Gadis itu melangkah mendekati sebuah lemari kaca. Tampak di dalamnya berbagai ukuran borgol dengan beragam warna dan berbagai macam koleksi benda lain yang asing bagi Aura. Rey melangkah mendekati gadisnya. Perlahan ia membuka satu demi satu manik kancing kemejanya, menanggalkan dan menggantungnya di sudut ruangan. "Apa ... ini semua apa, Om?" tanyanya. Gadis itu mulai merinding membayangkan segala hal yang terjadi di dalam ruangan itu. Bahkan dengan melihat tiang, rantai, cambuk dan beberapa set borgol saja, ia sudah merinding. Semua yang ada dalam pikirannya tidak salah. Rey Damartha -- sang penguasa kerajaan bisnis D'Amartha -- ternyata adalah seorang psikopat! "Koleksi mainanku, yang akan kunikmati bersamamu." Sepasang mata cantik itu membulat. Ia benar-benar tak menyangka ba

    Last Updated : 2025-04-24
  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM12

    Seminggu sudah berlalu sejak kejadian tak menyenangkan itu. Tapi Rey masih belum bisa melupakan semua yang terjadi. Ia tak bisa melupakan wajah kecewa Aura saat meninggalkannya. Namun egonya menolak untuk mengejar apalagi merendahkan diri untuk memintanya kembali. Dia adalah penguasa kerajaan bisnis nomor satu di kota ini. Tak ada satupun yang tidak gemetar saat mendengar namanya disebut. Namun ia tidak bisa mengabaikan kegelisahan di hatinya. Aura sama sekali berbeda dengan gadis yang pernah berhubungan dengannya. Walau wajahnya tidak terlalu cantik dengan tubuh ramping dan dada yang tidak terlalu montok, tapi ia mempunyai daya tarik tersendiri. Aura mempunyai pendirian yang teguh dan temperamen yang kuat. Ia bukan wanita lemah yang bisa dengan mudahnya untuk dikendalikan. “Anda mau kemana, Pak Rey? Rapat direksi satu jam lagi.” Rey mengabaikan teriakan sekretarisnya. Ia melangkah keluar dari Griya D’Amartha. Hanya satu yang ada di dalam pikirannya, menemui pencuri hatinya. Seand

    Last Updated : 2025-04-25

Latest chapter

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM22

    Tarikan kuat itu membuat kepala Aura mendongak seketika. Ia tak mau menyerah. Sepasang tangannya menggapai rambut Rona dan menariknya kuat-kuat. Teriakan kencang keluar dari bibir gadis berkulit eksotis itu. Jessy terkejut melihat kekacauan itu. Ia menarik tangan Rona. “Lepasin Na, malu diliatin orang,” perintah Jessy.Namun tarikan Jessy justru membuat Aura kesakitan. Tarikan itu seperti sebuah tenaga tambahan bagi gadis itu untuk memisahkan rambut indah dari batok kepala Aura. Hingga tiba-tiba cengkraman tangan Rona lepas begitu saja dari rambut Aura.Merasa tarikan Rona melemah, Aura pun segera mengambil kesempatan. Ia menarik kuat-kuat rambut gadis itu hingga beberapa helai terlepas dari tempurungnya.Aura melepaskan cekalannya. Dilihatnya helai rambut yang ada di tangannya, terselip di antara jemarinya, sebelum menyadari bahwa semua mata pengunjung cafe itu sedang menatap mereka. Dan ia melihat seorang lelaki jangkung yang masih berdiri di antara mereka sembari mencengkram tan

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM21

    Tiba-tiba suara deringan terdengar. Sofia mengeluarkan ponselnya dari sakunya. Terlihat sebuah nama mengambang di atas layar pipihnya. Nama yang tak asing bahkan bagi Aura.“Aku mengerti Sayang,” ucapnya dengan lembut pada lelaki yang menjadi lawan bicaranya, “tidurlah, bawa aku dalam mimpimu.” Aura menelan kasar salivanya. Wanita itu seolah sedang memberitahukan hubungannya yang spesial dengan kata ‘sayang’ yang diucapkannya pada lelaki itu.Kata yang tak bisa dipungkiri membuat gadis itu berpikir dan menebak hubungan spesial di antara keduanya. Bukankah Sofia adalah kakak ipar Rey? Mustahil ada hubungan intim di antara keduanya. Mana mungkin wanita di hadapannya ini merupakan wanita masa lalu Rey. Mana mungkin mantan calon ibu mertuanya ini merupakan wanita yang pernah ada di hati Rey, wanita yang tak bisa Rey lupakan karena pesonanya atau justru karena wanita itulah yang menciptakan seluruh luka di tubuhnya, dialah yang mengajarkan seorang Rey untuk menikmati rasa sakit sebagai sa

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM20

    Ctarr!“Sofia!” teriaknya nyaris bersamaan dengan suara petir. Rey membuka matanya. Napasnya terengah sementara matanya memindai seisi ruangan, seolah mencari sesuatu. Namun ia tak menemukan siapapun, baik itu Aura ataupun Sofia. Lelaki itu menelan kasar salivanya. Sebagian dari dirinya merasakan kelegaan saat mengetahui bahwa semua itu hanyalah mimpi. Walau ada sebagian lainnya yang diharapkannya nyata.Ia bangkit dari ranjangnya, menatap hujan yang turun dengan derasnya dari balik jendela.“Aura, sebenarnya kamu dimana?” gumamnya penuh kerinduan.— “Gue nggak mau denger apapun alasan lo. Lo mesti kembali!” Nada suara Ega mulai meninggi, “sampe kapan lo mau ngumpet di sana? Lo mau ngorbanin kita-kita, buat jadi bulan-bulanan dia?” “Ga, aku nggak bakal kembali,” sahut Aura, “lagian surat resign udah ku kirim ke kantor.” “Girl! Dengerin ya. Gara-gara nyampein surat resign lo, Bu Natusha tuh dipecat.” “Nah, bukannya kalian semua justru senang dia nggak ada lagi?” “Eh, blasteran k

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM19

    “.... kecuali Om bisa lebih mencintai diri Om. Melupakan semua masa lalu dan hidup untuk masa depan dengan lebih baik. Bagaimanapun aku akan tetap pergi. Suka atau tidak suka, aku memang harus pergi.” Suara itu terdengar begitu getir dengan getaran yang memperlihatkan kemarahan atau justru kebenciannya. Aura menelan kasar salivanya. Ia sadar kalimat yang diucapkannya barusan bakal memprovokasi lelaki itu. Tapi ia tak peduli. Bagaimanapun ia tidak ingin menjadi boneka pemuas hasratnya. Mungkin saja ia telah jatuh cinta pada lelaki itu. Tapi dia bukan orang yang pantas bagi hatinya untuk berlabuh. Cukup baginya penderitaannya selama ini. Ia tidak ingin menambahkan seorang Rey Damartha sebagai masalah baru dalam hidupnya. Ia harus benar-benar pergi menjauh dan membuang semua hal yang berhubungan dengan Rey. Tekadnya sudah bulat!Rey menatap kepergian gadis itu, lagi-lagi tanpa daya. Sebuah penyesalan memang selalu datang terakhir. Dia datang saat seseorang yang yang benar-benar berha

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM18

    Rasa panas mendera kulit Aura. Sepasang matanya membulat seketika. Bukan hanya itu, sentuhan panas benda itu, membuatnya tersadar kembali pada dunia nyata. Namun ia sama sekali tak bisa melihat apapun. Pandangannya tertutup sementara tangan dan kakinya terikat dengan kuatnya. “Om ….” Suara gemetar itu keluar dari bibirnya, “apa itu kamu?” Tubuh gadis itu gemetar. Ia benar-benar takut. Bagaimana mungkin ia tidak akan takut, jika beberapa saat sebelumnya berada di dalam kamar apartemennya, lalu tiba-tiba saja berada di tempat asing, bahkan dengan kedua tangan dan kaki terikat. Dari hembusan air conditioner ruangan, ia bahkan yakin bahwa saat ini tak ada sehelai kain pun yang melekat di badannya. Jantungnya berdegup kencang. Ia benar-benar takut, bagaimana jika orang yang mengganggunya itu adalah seorang penjual organ manusia! Seorang penjagal yang hanya berniat mengambil organnya untuk dijual. Mungkin saat ini bahkan beberapa orang sedang mengamatinya. Tapi … tidak! Tak m

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM17

    “Jess, tolong aku.” Saat ini hanya Jessi yang ada di dalam pikirannya. Ia ingin berlari dari Rey malam ini. Ia tidak ingin berurusan dengan lelaki yang selalu melibatkan ketegangan dalam hidupnya. Seperti yang dialaminya hari ini. Sebelum mengenal Rey, hidupnya sangat teratur dalam ketenangan yang membosankan. Hanya bekerja untuk makan – beristirahat dan bekerja lagi. Tapi semuanya berubah setelah bertemu dengan Rey. Ia seperti tak sempat untuk tidur dengan tenangnya, bahkan dalam mimpinya pun, Rey selalu mendominasi. “Kamu kenapa, Ra?” tanya Jessi yang akhirnya tiba di depan seventy eight degrees. Aura menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa menceritakan semuanya. Ia sudah berjanji untuk menyimpan semua hal yang berhubungan dengan Rey Damartha, walau ia sama sekali tak berniat menandatangani perjanjian konyol itu. “Aku cuma takut pulang sendiri,” sahut Aura sekenanya.“Tumben. Bukannya kamu dah biasa pulang sendiri? Kenapa tadi nggak bareng sama Ega?” tanya gadis dengan rambut g

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM16

    Mendengar ucapan Aura membuat hati ketiga lelaki itu menciut. Mereka tidak ingin mengganggu, tapi juga tidak bisa mengabaikan perintah Rey, atasannya.“Tuan meminta kita menjaga Nona, karena ia takut seseorang akan menyerang Nona seperti tadi pagi.” Aura semakin kesal. “Tamu-tamu resto ini, nggak jadi masuk gara-gara kalian. Bisa-bisa mereka berasumsi bahwa seventy eight degrees adalah tempat berkumpulnya para preman.” “Tapi ….”“Katakan padanya, tidak ada yang akan menyakitiku di dapur,” perintah Aura sesaat sebelum berlalu dari hadapan ketiganya. Gadis itu menghentikan langkahnya. Sejenak ia berbalik dengan wajah kesalnya yang kentara, “dan satu lagi, aku bakal lapor ke polisi karena kalian bertiga mengganggu ketenangan tempat kerjaku.” Setelah mengatakan semua yang ingin dikatakannya, gadis itu pun pergi. Aura sedang melangkahkan kakinya menuju ke dapur, saat Bu Natusha dengan ketus memanggilnya. “Oh, jadi gini cara kerjamu? Mondar-mandir nerima tamu doang?” Perempuan bertubu

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM15

    Motor sport berwarna hijau itu melaju dengan kecepatan tinggi, sengaja mengikuti mobil Aura. Helm teropong dan jaket kulit yang dipakainya, menyembunyikan identitasnya dengan sempurna. Tidak ada seorangpun yang bisa mengenali siapa dibalik kaca gelapnya.Dan saat kendaraan beroda dua itu berada sejajar dengan mobil yang menjadi incarannya, ia mengeluarkan sebongkah batu berukuran sekepalan tangan. Tanpa basa-basi, dilemparkannya benda itu ke kaca sang penumpang, tepat dimana Aura berada.Benturan itu mau tak mau membuat kaca itu memperlihatkan retakan. Retakan besar yang bahkan jika disentuh sedikit saja, bakal hancur berserakan. Retakan itu membuatnya tak dapat melihat apa yang terjadi barusan di luar sana. “Nona tidak apa-apa?” tanya Arga yang sekarang justru melajukan kendaraan beroda empat itu lebih kencang. Aura yang terkejut karena peristiwa itu, mencoba menenangkan dirinya. Ia semakin merasa gelisah saat lelaki di balik kemudinya itu semakin ugal-ugalan mengejar pemotor tadi

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM14

    "Bagaimana kalau aku tidak mau melepaskanmu?" Rey mengangkat kepalanya menatap lurus mata Aura.Aura menelan salivanya. "Apa maksud kamu?" tanyanya sambil menatap Rey yang sedang berdiri dari kursinya.Matanya terus memperhatikan setiap gerakan Rey yang saat ini melangkah dengan tenang ke arahnya.'Aku tidak boleh terjebak lagi,' batin Aura yang langsung berdiri ketika Rey sudah hampir sampai tepat di depannya. Rey dengan sigap menahan tangan gadisnya. Tangan kanannya menarik pinggang Aura dengan lembut, membawa tubuh itu ke dalam dekapannya."Maafkan aku kalau … aku sudah membuatmu takut," bisiknya di telinga Aura, “jangan lari lagi dariku, Aura Dinata.”Aura mengepalkan tangannya, dia sudah bertekad untuk pergi, kali ini dia tidak mau terjebak lagi dalam perangkap perasaannya. Apalagi dia tahu sisi gelap lelaki yang ada di hadapannya. Tapi hembusan napas hangat yang menyentuh wajahnya dan tatapan mata memuja itu seolah merayunya. Apalagi tiba-tiba saja lelaki itu mendekatkan wajah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status