Share

Malam Intan

Author: NomNom69
last update Last Updated: 2025-10-30 19:51:44

Pukul sembilan malam. Raga akhirnya menyelesaikan semua pekerjaannya di kosan. Halaman kosan sudah bersih, dan dapur yang sempat berantakan kini tertata rapi. Ia mengambil kunci motornya, bersiap menepati janji yang ia tunda sehari penuh. Raga tahu, Intan pasti sudah menunggunya.

Raga memacu motornya menuju rumah Intan. Dalam hati, Raga menghela napas. Ia tahu perasaan Intan padanya sudah melampaui sekadar pertemanan. Sikap Intan yang protektif, tatapan yang terlalu dalam, dan kehangatan yang selalu ia berikan membuat Raga sadar bahwa ada perasaan serius yang tumbuh di sana, meskipun belum ada kata-kata formal yang terucap.

Raga tiba di depan rumah Intan. Lampu teras menyala redup, menciptakan suasana intim yang akrab. Raga mematikan mesin motornya, menarik napas, lalu berjalan menuju pintu.

Raga mengetuk pintu tiga kali. Tak lama kemudian, pintu terbuka. Intan sudah berdiri di ambang pintu, menyambutnya. Intan mengenakan gaun malam tipis berwarna merah anggur yang memeluk tubuhnya de
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Laura, Keputusan Intan

    Siang itu, angin berhembus pelan di halaman kosan. Langit tampak cerah, dengan awan putih menggantung tenang. Di saung kecil di sisi taman belakang, Raga duduk santai sambil menyesap kopi hitam. Di depannya, Laura menatapnya sambil tersenyum kecil — masih belum percaya kalau pria yang kini duduk santai di hadapannya adalah Raga yang dulu ia kenal. “Jadi? Selama ini kamu di sini setelah ngilang?” tanya Laura sambil mencondongkan tubuh ke depan. Raga mengangkat bahu, menatap gelas kopinya yang berembun. “Yaa gitu deh, aku juga baru enam bulan-an kali ya kerja di sini.” Laura menyandarkan punggung ke sandaran bambu. “Aku kira kamu pulang ke rumah, Ga.” Raga terkekeh pelan, matanya menatap halaman kosan yang rapi. “Rumah? Haha… sekarang ini rumahku, Ra.” Ia menghembuskan napas pelan, lalu menatap langit sebentar. “Disini tenang. Gak banyak yang nyariin, gak banyak juga yang ganggu.” Laura hanya mengangguk, memperhatikan raut wajah Raga yang tampak lebih dewasa, tapi ada sedikit lela

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Gita, Malam

    Jam menunjukkan pukul satu dini hari saat Raga tiba di halaman kosan. Udara malam terasa lembap, dan suasana begitu sunyi. Lampu-lampu teras masih menyala redup, menimbulkan bayangan panjang di antara deretan motor yang terparkir. Raga mematikan mesin motornya, menurunkan standar, dan menghela napas panjang sebelum melangkah menuju gerbang. Namun langkahnya terhenti begitu terdengar suara langkah kaki dari arah tangga atas. Ia menoleh. Sosok perempuan menuruni tangga pelan, rambutnya terurai, wajahnya sedikit pucat diterpa cahaya lampu. Gadis itu — Gita. “Mas Raga?” sapa Gita lirih. “Ku kira siapa.” “Oh, Gita,” jawab Raga sedikit terkejut. “Kamu belum tidur?” Gita menggigit bibir, menunduk sebentar. “Anu, kebetulan, Mas… aku mau ngobrol.” Raga menatapnya sejenak lalu mengangguk. “Boleh, yuk. Ngobrol di saung aja.” Mereka pun berjalan beriringan menuju saung kecil di pojok halaman. Angin malam meniup pelan dedaunan mangga di atasnya, dan suasana terasa sunyi sekali.

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Malam Intan

    Pukul sembilan malam. Raga akhirnya menyelesaikan semua pekerjaannya di kosan. Halaman kosan sudah bersih, dan dapur yang sempat berantakan kini tertata rapi. Ia mengambil kunci motornya, bersiap menepati janji yang ia tunda sehari penuh. Raga tahu, Intan pasti sudah menunggunya.Raga memacu motornya menuju rumah Intan. Dalam hati, Raga menghela napas. Ia tahu perasaan Intan padanya sudah melampaui sekadar pertemanan. Sikap Intan yang protektif, tatapan yang terlalu dalam, dan kehangatan yang selalu ia berikan membuat Raga sadar bahwa ada perasaan serius yang tumbuh di sana, meskipun belum ada kata-kata formal yang terucap.Raga tiba di depan rumah Intan. Lampu teras menyala redup, menciptakan suasana intim yang akrab. Raga mematikan mesin motornya, menarik napas, lalu berjalan menuju pintu.Raga mengetuk pintu tiga kali. Tak lama kemudian, pintu terbuka. Intan sudah berdiri di ambang pintu, menyambutnya. Intan mengenakan gaun malam tipis berwarna merah anggur yang memeluk tubuhnya de

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Arman, Jaringan Baru?

    Mentari pagi baru saja meninggi, mengirimkan cahaya lembut ke halaman kosan. Raga sedang menyiram tanaman di pot, pakaiannya santai, celana pendek dan kaus oblong. Ia menyapu genangan air dan dedaunan kering, bergerak dengan ritme yang tenang.Tak lama, pintu kosan terbuka. Wulan turun dari tangga dengan santai, mengenakan celana pendek denim yang sangat minim dan kaus oversize yang menutupi bahunya. Rambutnya diikat asal, tetapi raut wajahnya sudah segar. Ia berjalan santai menghampiri Raga di halaman.Wulan menyapa Raga dengan suara ceria. Raga membalas sapaan itu sambil sedikit menunduk.“Pagi, Mas,” sapa Wulan, berdiri di dekat pagar.“Pagi, Lan. Mau kemana?” tanya Raga sambil menaruh selang air.“Mau beli nasi uduk, Mas,” jawab Wulan.“Oalah, sarapan ya,” balas Raga santai.Wulan tidak langsung pergi. Ia berdiri diam, menatap Raga dengan tatapan yang terasa lebih dari sekadar menggoda, ada keisengan yang tersembunyi di matanya. Raga merasakan tatapan itu, tapi berusaha bersikap b

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Maudy, Ekspresi Rani

    Malam telah larut, jam menunjukkan pukul sepuluh lebih di jam dinding ruang tamu Tante Maya. Raga memastikan pintu depan rumah sudah terkunci, tetapi tidak sampai berbunyi klik. Lalu Raga berjalan menuju Kosan.Ia berhenti tepat di depan pintu kamar Maudy. Ia menarik napas sebentar, mengatur detak jantung yang berpacu kencang. Raga mengetuk pintu itu dengan sangat pelan, hanya dua kali ketukan singkat.Maudy membukakan pintu tanpa jeda waktu.Ia mengenakan daster biru muda yang longgar.“Mas, masuk cepetan,” desis Maudy dengan suara tertahan.Raga langsung masuk dan mengunci pintu dari dalam.Aroma parfum Maudy yang manis langsung menyergap indra penciuman Raga di dalam kamar. Cahaya remang dari lampu tidur kecil membuat suasana makin privat dan terasa hangat. Ia melihat Maudy sudah menunggunya dengan mata berkobar penuh hasrat yang tak lagi bisa disembunyikan.Maudy tidak membuang waktu, gadis itu langsung melingkarkan lengan di leher Raga. Ciuman pertama mereka terasa mendesak dan s

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Gita, Kekhawatiran Rani

    Kamar hotel mewah itu sunyi, hanya diterangi lampu samping ranjang yang remang. Gita berbaring di atas seprai putih bersih, tubuhnya telanjang dan sepenuhnya pasrah. Om Bowo berdiri sejenak di tepi ranjang, menatap Gita dengan pandangan dominan sebelum naik ke atas. Om Bowo tidak membuang waktu. Ia menghimpit Gita dengan tubuhnya, menarik dagu Gita untuk sebuah ciuman yang kasar dan menuntut. Gita mengikuti ciuman itu, tangannya hanya tergeletak di samping tubuh. "Kamu siap kan, Sayang?" tanya Om Bowo, suaranya berat dan bernada perintah. Gita mengangguk pelan. Kepatuhan totalnya adalah yang Om Bowo inginkan. "Aku milik Om malam ini." "Bagus. Nikmati." "Iya Om." Om Bowo segera memasuki Gita dengan hentakan yang kuat dan mendominasi. Gita tersentak hebat, seluruh tubuhnya menegang sesaat karena desakan yang mendadak itu. Ia mencengkeram seprai, sebuah reaksi naluriah. Om Bowo memimpin ritme, bergerak dengan kecepatan dan kedalaman sesuai keinginannya. Gita berusaha menyamakan na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status