Masuk"Tepat sekali. Itu sebabnya aku bergerak cepat, Sayang," sahut Sean. "Aku tau, begitu kamu muncul sebagai istri yang patuh di acara ini, Albert akan menganggapmu bodoh dan lengah. Dia dan Howard sudah merencanakan segalanya, menyewa anak buah, bahkan membayar pramusaji untuk menumpahkan minuman. Semua itu agar orang tuamu keluar dari venue dan mudah diculik di lorong."
Sean kemudian menunjuk ke arah sudut layar tablet, di mana terlihat live feed dari sebuah kamera tersembunyi yang menampilkan empat pria yang masih tak sadarkan diri di dalam mobil dan dalam perjalanan menuju kantor polisi.
“Lihat ini, Sayang. Mereka adalah anak buah bayaran ayah mertuamu. Mereka sedari tadi sudah mengamati gerak-gerik orang tuamu dari awal acara.”
Elyssa menjatuhkan tablet itu ke sofa, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia tidak menyangka suaminya akan serendah dan sekejam itu, padahal kondisinya kemarin sangat mengenaskan.
“Berani-berani
Itu adalah Valeria.Valeria berdiri di ambang pintu, menunjuk Albert dengan jari gemetar, air mata membanjiri wajahnya.Albert terpaku di kursinya, jantungnya seolah berhenti berdetak. Semua darah serasa ditarik dari kepalanya. Ia tidak menyangka Valeria, wanita yang ia buang dan ia ancam, berani melakukan hal gila ini.Di meja utama, Howard langsung berdiri, wajahnya memerah padam menahan amarah yang meledak. Ia melihat sekeliling di mana semua kamera wartawan yang tadinya fokus pada Howard dan Tatiana kini berbalik dan memotret Albert dan Valeria secara gila-gilaan."Siapa yang mengizinkan wanita gila ini masuk?!" teriak Howard, suaranya menggelegar. “Penjaga! Bawa dia keluar!”Tatiana, di samping Howard, menutup mulutnya dengan tangan, wajahnya langsung pucat pasi, bahkan riasan tebalnya tak mampu menutupi kepanikannya.Valeria berjalan terhuyung, seolah didorong oleh keputusasaan, langsung menuju Albert."Kau berjanji akan menikahiku dan menjadikan aku ratumu! Tapi apa?! Kau tega m
"Tepat sekali. Itu sebabnya aku bergerak cepat, Sayang," sahut Sean. "Aku tau, begitu kamu muncul sebagai istri yang patuh di acara ini, Albert akan menganggapmu bodoh dan lengah. Dia dan Howard sudah merencanakan segalanya, menyewa anak buah, bahkan membayar pramusaji untuk menumpahkan minuman. Semua itu agar orang tuamu keluar dari venue dan mudah diculik di lorong."Sean kemudian menunjuk ke arah sudut layar tablet, di mana terlihat live feed dari sebuah kamera tersembunyi yang menampilkan empat pria yang masih tak sadarkan diri di dalam mobil dan dalam perjalanan menuju kantor polisi.“Lihat ini, Sayang. Mereka adalah anak buah bayaran ayah mertuamu. Mereka sedari tadi sudah mengamati gerak-gerik orang tuamu dari awal acara.”Elyssa menjatuhkan tablet itu ke sofa, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia tidak menyangka suaminya akan serendah dan sekejam itu, padahal kondisinya kemarin sangat mengenaskan.“Berani-berani
"S-sean? Kamu... kamu kenapa bisa ada di sini?" Suara Elyssa tercekat, dipenuhi kejutan, kekhawatiran, dan kelegaan yang campur aduk.Mata Sean tajam dan penuh ketegasan. Ia tidak membuang waktu. "Ikut aku, Elyssa."Sean mencengkeram lengan Elyssa, menariknya menuju sebuah kamar hotel di lantai yang sama.Elyssa meronta, menolak keras. "Gak! Aku gak bisa! Orang tuaku diculik, Mas! Kita harus kejar mereka!" Wajahnya terlihat panik luar biasa.Sean memaksa langkahnya, seraya berbisik tajam, "Tenang, Elyssa! Tenang! Orang tuamu tidak diculik! Empat pria berjas hitam yang kamu lihat itu adalah anak buahku."Tubuh Elyssa langsung membeku. Ia menatap Sean dengan mata melebar, dilanda kebingungan hebat. "Apa? Maksudmu... tapi kenapa harus begini, Mas?" tanyanya, suaranya tercekat.Sean menarik napas cepat, matanya kembali menoleh ke lorong untuk memastikan keamanan. "Albert bergerak. Aku tau dia tidak akan bisa menahan diri. Aku mendengar semuanya
Saat berada di panggung, Elyssa memastikan gaun maroon-nya terlihat sempurna di bawah lampu. Ia berdiri tegak di samping Albert."Albert dan Elyssa adalah bukti nyata regenerasi keluarga Han," lanjut Howard. "Kami bangga pada mereka. Dan kami berharap, mereka bisa menjaga keharmonisan ini selama bertahun-tahun ke depan, seperti kami."Tatiana, yang berada di tengah panggung, hanya tersenyum tipis. Sorot matanya tetap kosong, namun riasan tebalnya berhasil menutupi luka sayatan di pipinya.Lalu, tibalah momen bersulang.Semua tamu berdiri. Howard memimpin, mengangkat gelas champagne-nya tinggi-tinggi."Untuk 32 tahun pernikahan yang penuh berkah, untuk masa depan cemerlang keluarga Han dan untuk kesuksesan kita semua! Cheers!"Semua tamu membalas, "Cheers!"Elyssa tersenyum ke arah kamera yang menyorotinya, lalu menyentuhkan gelasnya pada Albert, Tatiana, dan Howard, berturut-turut.‘Cih. Kel
Tepat pukul 09.45 WIB, dua mobil mewah hitam memasuki area drop-off Hotel Grand Hyatt Jakarta. Pasangan pertama yang turun adalah Albert dan Elyssa. Tak lama kemudian di susul oleh Howard dan Tatiana dengan mobil terpisah.Albert dan Elyssa langsung memainkan peran mereka.Di Grand Ballroom Foyer yang dipenuhi cahaya lampu gantung kristal raksasa dan aroma mawar putih, Elyssa tersenyum sempurna dengan bibirnya yang merah merekah. Ia menggandeng Albert erat, berinteraksi dengan setiap tamu yang menghampiri, memancarkan citra pasangan muda yang bahagia dan harmonis.“Apa kabar kalian berdua?”“Baik.”“Astaga, Elyssa. Kamu makin cantik saja.”“Haha. Terima kasih.”"Albert juga makin tampan saja! Kalian berdua memang pasangan serasi!" puji salah satu kolega.Elyssa dalam hati, 'Mit amit jabang bayi!! Jauhkan aku dari musibah ini!'Sementara itu, Howard segera menarik T
Setelah Albert siap dengan setelan jas hitamnya, kini giliran Elyssa yang bersiap. Ia mengambil gaun mahal yang sudah Albert siapkan sejak bulan lalu, tersimpan rapi di lemari.Gaun itu adalah gaun cocktail panjang dengan bahan satin berwarna maroon gelap. Potongannya sederhana namun sangat elegan, dengan aksen di bagian bahu yang mempertegas keanggunan pemakainya. Gaun itu memancarkan aura kemewahan yang berkelas — sebuah gaun yang sempurna untuk acara yang mewah.Setelah mengenakan gaunnya, Elyssa lalu duduk di depan cermin rias. Mulai melukis wajahnya secantik mungkin, menutupi jejak kesedihan yang ia alami semalam.Albert berjalan mendekat, memuji, "Kamu cantik sekali, Elyssa.""Aku tau," balas Elyssa datar, tak begitu peduli dengan pujian Albert."Kita akan ke lokasi acara jam sembilan nanti," kata Albert, nadanya kini lebih tenang dan berwibawa.Elyssa mengangguk.****Sementara itu, di kediaman ut







