"Ahhh! Kakek!" teriak Carlton saat melihat wajah Kakeknya dengan jarak yang sangat dekat.
"Carl, kamu mau membuat kakek jadi tuli, dengan suara sumbang kamu itu, hah?! keluh Jeffran yang segera mundur menjauhi Carlton.
Carlton segera tenang kembali."Salah Kakek mengapa tiba-tiba ada di depan aku, jadi rasakanlah itu!" Carlton berjalan melewati Jeffran, lalu duduk di sofa yang tersedia di dalam ruangan itu."Jadi, apa yang Kakek inginkan dariku? Mengapa Kakek menyuruh aku datang ke sini? Bukankah Kakek tahu, kalau aku sangat sibuk dengan Perusahaan ku sendiri?" ucap Carlton, dia menyilangkan kakinya dan duduk tegak menatap sang Kakek.Jeffran pun duduk disampingnya, lalu menelisik wajah Carlton."Carl, apa yang tadi kamu pikirkan? Tidak biasanya kamu seperti itu?" tanyanya."Uhuukkk! Memangnya ada apa denganku? Perasaan aku biasa-biasa saja tak ada yang aneh?" jawabnya dengan ekspresi panik.Membuat Jeffran semakin penasaran."CarPanggilan telepon pun langsung dijawab. "Halo, Daffa! Ada yang ingin saya tanyakan padamu," ucap Jeffran. Daffa yang berada di seberang telepon langsung pucat seketika. "Ahh ... Ternyata tuan besar! Saya pikir tadi Bos Carlton! Mmm ... Apa yang bisa saya bantu Tuan?" jawabnya dengan bibir gemetar. "Mati aku! Apa yang mau ditanyakan Tuan besar? Apa mungkin menyangkut dengan ...." Daffa yang sibuk bergumam, langsung tersentak saat mendengar suara Jeffran. "Saya ingin tahu wanita mana yang bisa mengambil hati cucu saya itu! Berikan foto dan semua datanya kepada saya!" pintanya. Deg! Seketika jantung Daffa seolah berhenti berdetak sejenak. "I-itu! Sa-saya ...." Daffa berkeringat dingin dan tubuhnya gemetar karena terkejut. Jeffran menaikan alisnya. "Kenapa? Apakah kamu tidak mau memberikan informasi tentang wanita itu kepada saya? Oh, ya! Saya ingin bertanya padamu. Kemarin malam apakah benar kalau Carlton dan Helena hendak melakukan hubungan intim di kamar hotel itu?" tanya Jeff
"Sepertinya akan ada berita bagus yang akan dia sampaikan padaku! Dasar Daffa! Kami sama saja dengan Carl!" gerutunya dan langsung membaca pesan yang masuk di dalam ponselnya."Aku sudah tidak sabar lagi, ingin melihat wajahnya!" ucapnya yang kemudian membuka pesan berisi foto Adelia.Deg!Jeffran terkejut saat melihat potret wajah Adelia yang sedang tersenyum manis dan tatapannya yang teduh, membuat tatapan Jeffran terpaku."Dia! Wanita yang sangat cantik!" ucapnya secara refleks."Bukan! Bukan hanya cantik, tapi manis dan sangat meneduhkan hati, pantas aja cucuku yang kaku itu tiba-tiba berubah, ternyata wanitanya seperti ini," ucapnya sambil melengkungkan sebuah senyuman cerah.Brakkk!Jeffran memukul meja sambil berdiri tegak."Sudah diputuskan! Aku mau menemui dia secepatnya! Kalau menunggu cucu brengsek ku yang membawanya, entah mau menunggu sampai kapan lagi!" Jeffran yang penuh semangat, terus tersenyum dan kembali menatap layar ponselnya."Aku semakin penasaran dengan cucu me
"Ha-halo!" jawabnya dengan gugup."Hai sayang! Sedang apa?" tanya Carlton yang saat ini sedang berada di dalam mobil menatap jam di pergelangan tangannya."Sudah masuk jam makan siang nih! Kamu sudah makan siang apa belum?" tanyanya tanpa mendengar jawaban Adelia terlebih dahulu."Emm ... Be-belum! Aku belum ...." Adelia langsung menepuk dahinya."Sial! Kenapa aku menjawabnya dengan jujur! Harusnya aku berbohong saja padanya!" gumamnya yang segera melihat ke sekelilingnya dan Adelia, mencari tempat yang tidak terlalu berisik agar bisa mendengar suara Carlton."Belum ya? Syukurlah kalau belum jadi aku ada temannya," jawab Carlton dengan senyuman cerah, lalu menatap keluar jendela."Sayang, kamu keluar sekarang! Aku menunggu kamu di tempat tadi pagi."Deg!Adelia terkejut sampai matanya melotot tak percaya."Hah! Ka-kamu ada di depan? Ba-bagaimana bisa? Hahaha ... Kamu pasti sedang bercanda, ya kan?" Adelia tertawa untuk menutupi rasa terkejutnya.Carlton ikut tertawa mendengarnya."Ckc
Saat ponsel Adelia bergetar.Adelia kembali sadar dan secara refleks dia mendorong dada Carlton."Dasar brengsek!" pekik Adelia.Carlton yang terdorong, kepalanya tak sengaja menabrak bagian atas mobil.Brukk!"Aww! Sayang, kamu kasar sekali!" keluhnya yang meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.Adelia langsung panik dan secepatnya dia mendekatinya."Carlton, ma-maafkan aku! Tadi itu ... Aku tidak bermaksud untuk mendorong kamu, hanya saja aku ...." Adelia kembali mendengar ponselnya bergetar, membuat fokusnya berpindah ke ponselnya lagi."Maafkan aku ya! Aku sungguh tidak bermaksud untuk melukai kamu! Tadi itu ... Aku melakukannya karena refleks saja! Emmm ... Aku mau menjawab panggilan telepon dulu ya! Takutnya ada yang penting," ucap Adelia, dia segera mengambil ponselnya dan sejenak menatap layar ponselnya yang masih menyala.Carlton berhenti meringis dan diam-diam dia memperhatikan raut wajah Adelia yang terlihat sudah berubah."Ada apa dengan dia?" gumamnya.Carlton berge
Beberapa saat kemudian.Setelah keduanya puas, Carlton pun melepaskan bibirnya dan menatap wajah Adelia yang masih dalam keadaan mata terpejam."Sayang! Kamu manis sekali," ucapnya sambil mengecup dahi Adelia.Adelia perlahan membuka matanya dan dia melihat wajah tampan Carlton yang sedang tersenyum kepadanya."Emmm ... Carl, kita sudah selesaikan? Kalau begitu kita bisa ...."Kruukkk!Suara perut Adelia yang sedang lapar pun terdengar, membuat Adelia langsung merasa malu."Ma-maafkan aku!" ucap Adelia, dia menundukkan kepalanya karena malu kepada Carlton.Carlton terkekeh mendengarnya."Kenapa harus meminta maaf padaku? Seharusnya aku lah yang meminta maaf, karena sudah mengulur waktu istirahat makan siang kamu sayang!" Carlton mengusap lembut rambut Adelia."Ayo kita makan sekarang! Aku sudah menyiapkan makan siang yang enak untuk kamu dan tenang saja, tempatnya tidak jauh dari sini," ucap Carlton.Dia melepaskan pelukannya dan kembali menyalakan mesin mobilnya.Sedangkan Adelia.Di
"Eh! Kenapa semuanya pergi?" tanya Adelia dengan mulutnya masih berisi makanan.Carlton tersenyum."Sudahlah jangan pikirkan tentang mereka lagi! sekarang makanlah dengan tenang tak perlu memikirkan hal yang tidak penting seperti mereka," ucap Carlton yang lanjut memasukkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya.Adelia menatap Carlton sejenak, lalu menganggukkan kepalanya."Hummm! Kamu benar! Aku tidak perlu memikirkan selain menghabiskan semua makanan ini, hehehe ... Kalau begitu aku lanjutkan lagi. Tapi ...." Adelia merasa canggung saat melihat cara makan Carlton yang terlihat sangat elegan dan dia melihat pada dirinya sendiri yang sembarangan."Bahkan saat sedang makan pun, dia terlihat sangat tampan. Tidak seperti aku yang sudah terlihat jelas kalau aku dan dia jauh berbeda," gumam Adelia, dia merasa malu sendiri.Carlton yang sedang mengunyah pun, menghentikan gerakannya saat melihat Adelia berhenti
Adelia yang terkejut, menatap Carlton menunggu jawaban darinya.Carlton melepas sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya, lalu menoleh ke arah Adelia."Tidak apa-apa sayang! Sudahlah! Cepatlah keluar, bukannya tadi kamu mengatakan kalau kamu hampir terlambat masuk?" ucapnya yang kemudian mendekati Adelia."Ta-tapi Carl, kamu ...." Adelia membelalakkan matanya saat Carlton semakin mendekatinya.Deg! Deg!Detak jantung Adelia kembali berdetak dan bayangan saat mereka berciuman pun, kembali terlukis di pikirannya."Sial! Apakah mungkin dia mau melakukannya lagi?" gumam Adelia.Dia perlahan memejamkan matanya, karena terlalu gugup dan entah kenapa, dia seperti orang yang pasrah.Carlton mengerenyitkan dahinya ketika melihat Adelia memejamkan matanya."Sayang! Kamu kenapa?" tanya yang kemudian.Ceklek!Suara sesuatu yang terlepas dan Adelia segera membuka matanya."Eh! Carl, kamu sedang apa?" tanya Adelia."Aku sedang membantu kamu untuk membuka ini, memangnya mau apa lagi?" jawabnya deng
Carlton menatap kesal petugas resepsionis yang datang kepadanya."Ada apa lagi?" tanyanya.Petugas resepsionis itu tersenyum dan memberi hormat kepada Carlton."Kami minta maaf kepada bapak, karena sudah mengganggu," ucapnya dengan sopan.Membuat rasa kesal Carlton berkurang sedikit."Ya!" jawabnya singkat. Carlton memberikan kunci mobilnya kepada petugas keamanan itu."Ini! Jaga mobil saya dengan baik dan ... Kamu harus ingat, jika saya adalah salah satu petinggi di Perusahaan ini!" ucapnya dengan tegas."Ba-baik pak! Saya minta maaf! Kalau begitu, saya minta izin untuk memindahkan mobil anda," pamit sang petugas keamanan."Ya! Pergilah!" jawab Carlton dengan tangan melambai."Terima kasih pak!" petugas keamanan itu segera pergi dan tersisa petugas resepsionis yang berdiri di depan Carlton."Pak Carlton! Ada yang bisa saya bantu? Maaf sebelumnya, mengapa anda datang sendirian? Biasanya anda datang dengan asisten anda?" tanyanya dengan tatapan menyelidik.Carlton yang malas berbasa b