Share

8. Hanya Milikku

"Kamu jangan banyak tingkah Nadia. Aku tahu kamu bohongin aku, kan?" tanya Bara menatap tajam gadisnya. Kalau seperti ini, Nadia jadi takut melihat Bara. Bara mirip seperti Monster kalau sudah marah. Nadia masih enggan berbicara dan tidak ingin melihat Bara.

"Mama sama papa aku di mana?" tanya Nadia mencari keberada mama dan papanya dengan ekor matanya.

"Mereka semua sudah pulang. Sekarang aku yang jagain kamu. Sampai kamu sembuh," ujar Bara duduk di dekat Nadia.

'Males banget di jagain sama Bara. Bisa-bisa gue gak bebas. Huft! Kenapa mama sama papa pulang sih?' batin Nadia menggerutu kesal.

"Kamu lagi mikirin, apa?" tanya Bara curiga. Pasti gadisnya tengah memikirkan keberadaan orang tuanya. Bara sudah mengatur semuanya.  Apapun Bara akan lakukan untuk melihat Nadia ada di sampingnya. Nadia hanya miliknya. Nadia gadis kesayangan nya.

"Gak ada kok," balas Nadia santai. Nadia sudah tidak berpura-pura lagi untuk amnesia.  Bagaimana pun cara Nadia ingin melupakan Bara.  Pasti, makhluk yang ada di sampingnya ini akan melakukan beribu-ribu cara untuk memilikinya. Mimpi apa dulu Nadia menerima Bara menjadi pacarnya. Tunangannya dan sebentar lagi suaminya. Nadia sangat menyesal.

"Kamu jangan macam-macam Nadia. Kamu mau mencoba kabur dari aku?" tanya Bara masih dengan tatapan tajam.

"Kepo," balasnya lesu.

"Iya udah. Aku mau ke depan dulu beliin kamu makanan. Kamu istirahat dulu ya, Sayang," ucap Bara mencium pucuk kepala Nadia. Nadia hanya bisa tersenyum manis mengikuti saran Bara. Dari pada nantinya Bara berubah menjadi monster. Jujur, Nadia takut melihat Bara seperti itu.

"Good girl!" Bara langsung meninggalkan Nadia di sana. Sedangkan Bara memilih berbaring untuk menunggu Nadia.

Ceklek.

"Nadia!" Teriak Lala dan Maya bersamaan. Tapi, itu sebagian besar suara Lala. Sedangkan Maya hanya memanggil Nadia dengan suara rendah.

"Berisik banget sih lo, pulang lo!" cetus Nadia menutup telinganya karena ulah sahabat nya.

"Lo yakin nyuruh kita pulang nih."

"Gue gak pernah nyesel dunia akhirat."

"Lo yakin gak mau, ini?" Lala menyembunyikan sesuatu di balik tangannya yang ada di belakang badannya yang mungil. Nadia yang menyadari hal itu langsung mengambil makanan itu.

"Sahabat lucknut lo. Giliran dikasih ginian, lo mau," cerocos Lala kesal. Biar bagaimanapun Lala sangat menyayangi sahabat nya ini.

"Bukain gue!!" suruh Nadia, sudah tidak sabar memakan seblak kesukaan nya. Lala menuruti permintaan Nadia. Mata Nadia langsung berbinar dan ingin sekali langsung menyantap makanan yang ada di depannya.

"Etsss. Lo kan lagi sakit. Gimana, gue aja yang makan. Dan lo nonton," tawar Lala tersenyum lebar.

"Nggak! gue ngak mau," Nadia langsung menyantap seblak kesukaan nya. Levelnya lumayanlah. Sahabat nya yang satu ini memang paling mengerti.

"Lo gak di marahin sama Bara, nanti?" tanya Maya memandang Nadia yang asik dengan seblak nya.

"Asal lo jangan kasih tahu dia. Oke!!"

Mereka berdua mengangguk. "Nih, udah habis, sekarang lo buang sisanya. Biar Bara ngak tahu. Sebentar lagi Bara ke sini."

"Oke-oke." Lala langsung mengamankan nya dan membuang sisa seblak itu ke tempat sampah. Maya yang melihat itu hanya menggeleng dengan tingkah mereka. sebelas duabelas. Maka, jangan salahkan mereka dipertemukan untuk menjadi sahabat. Kecuali dirinya yang lumayan cewek ice girl.

Ceklek!

Bara masuk ke dalam ruang inap. Pria itu langsung melihat ke arah dua teman Nadia yang asik bercanda dengan gadisnya. "Aku telah kembali, Sayang. Kamu makan, ya?" ucap Bara dan di anggukki oleh Nadia.

Maya dan Lala mundur perlahan untuk memberikan jalan untuk Bara. Seperti nya Bara tidak menyukai keberadaan mereka berdua di sini. Lihat saja dari tatapan Bara. Tatapan mencari mangsa. 

"Kamu kenapa lihatin sahabat aku, sampai segitunya?" tanya Nadia tajam.

"Kamu di kasih apa sama mereka?" tanya Bara kembali menatap tajam Nadia.

'Aduh. Kok gue lupa, ya. Bara pasti sudah tahu,' batin Nadia ketakutan.

Karena hawa kamar memanas. Maya menarik tangan Lala untuk pergi dari sana. Maya tidak ingin sebuah pertengkaran kecil sampai terjadi. "Kita pamit oke!" ujar Lala langsung pergi dengan Maya.

"Huft. Selamat."

'Bukannya dibantuin. Gue malah di tinggal,' gerutu Nadia kesal.

"Bibir kamu kenapa merah gitu?" tanya Bara menahan emosi.

Nadia menyentuh bibirnya dengan jarinya. Mencoba melihat bibirnya dengan memonyongkan bibir bawahnya ke depan. "Oh. Ini ya, ak_aku tadi makan buah dari Lala dan Maya."

"Tidak ada buah di sini. Kamu bohongin, aku?"

Memang tidak ada tanda-tanda ada buah di atas Meja.

"Ada kok tadi. Tapi udah habis. Manis banget, makanya aku habisin," ucapnya meyakinkan. Semoga Bara percaya. Bara dari dulu melarang Nadia untuk makan makanan yang pedas. Tapi, Nadia sih bodo amat.

Bara memandang Nadia lekat. Wajah Bara sudah lumayan dekat di depan Nadia. Nadia mencoba mencari kebohongan di mata indah itu. Sampai Huft.

"Hmpt. Lepas, Bar!" Beberapa menit Bara memeriksa setiap inci mulut Nadia. Menelusuri dengan mulutnya.

"Gak ada rasa buah. Ini rasanya panas," ujar Bara menatap tajam ke arah gadisnya.

"Jujur sama aku, Nadia!" tegas Bara penuh penekanan.

"Iya. Tadi aku makan seblak. Kamu puas? Ingat ya, Bar. Kita sudah gak ada hubungan apa-apa semenjak kamu Seling--"

Bara langsung memeluk Nadia dengan erat. "Jangan ngomong seperti itu, Yang. Kita akan tetap menikah. Kalau bisa, aku nikahin kamu langsung besok pagi."

"Kamu gila!" ujar Nadia ingin melepaskan pelukan Bara. Namun, tenaganya belum kuat.

"Aku lebih baik, kurung kamu selamanya. Walaupun nantinya kamu benci sama aku. Tapi aku gak akan biarkan kamu lepas dari aku. Kamu hanya milik aku. Milik Barata Mahendra, seorang!!" tegas Bara tidak ada bantahan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status