Setelah urusan dengan pasir cahaya selesai, Bara pun segera terbang menuju ke arah utara dimana reruntuhan Istana Cahaya berada. Dia merasakan keberadaan ayah dan ibunya disana saat ini. Sementara itu, jutaan pasir cahaya yang sebelumnya menutupi tanah di langit ketiga tersebut telah masuk ke dalam Dunia Penyimpanan miliknya. Awalnya mereka ragu. Namun setelah masuk di dalam Dunia Penyimpanan itu, mereka justru merasa senang karena ternyata di dalam Dunia tersebut kekuatan jiwa yang tersisa dari mereka seperti pulih dengan sendirinya secara perlahan."Kekuatan cahaya yang murni...Bukankah ini adalah kekuatan Dewi Parwati..." ucap mereka setelah merasakan kehangatan dari kekuatan cahaya milik Bara Sena tersebut.Pasir cahaya itu berkumpul menjadi sebuah gunung cahaya raksasa di tempat yang sudah di persiapkan oleh Bara Sena. Sehingga keberadaan pasir cahaya yang begitu banyaknya itu tidak mengganggu beberapa penghuni yang sudah ada di sana sebelumnya. Kini mere
Kolam Mata Air Suci...Gandi dan Nagini segera mengenakan pakaian mereka kembali setelah beberapa kali memadu kasih di dasar kolam Mata Air Suci. Mereka nampak bahagia. Itu terlihat saat keduanya bergandengan tangan terbang keluar dari tempat tersebut sambil bersenda gurau."Nagini,bagaimana keadaan di Kerajaan Jiwa milikmu?" tanya Gandi yang penasaran apakah benar dengan apa yang dikatakan oleh Ki Ageng Samudra Biru mengenai cara cepat memulihkan Kerajaan Jiwa wanita Naga Air tersebut. Nagini tersenyum sambil menoleh kearah pemuda tersebut."Keadaanku sekarang sudah sangat baik. Kerajaan Jiwa juga sudah semakin membaik berkat dirimu. Bahkan disana telah mulai ada kehidupan baru...Kelak setelah Kerajaan Jiwa besar kembali, kau akan aku undang kesana untuk melihat dunia ciptaanku," kata Nagini dengan suaranya yang khas. Suara lembut nan merdu yang membuat siapa pun akan terpesona. Gandi mengangguk sambil tersenyum."Sekarang kau sudah berada d
Singkat cerita, setelah urusan di Lembah Kabut Biru selesai, Gandi bersama Nagini kembali ke Istana Abadi. Rencananya mereka akan segera kembali ke Kerajaan Naga Air. Gandi sempat mencaritahu keberadaan Bara Sena dan Kahiyang Dewi yang tidak ada di Istana tersebut. Lu Xie pun menjelaskan padanya bahwa keduanya pergi bersama Batara Geni melalui pecahan ruang yang diciptakan oleh Mahadewa tersebut. Mendengar hal itu, Gandi hanya bisa terdiam dan menduga-duga kemana Bara dan Kahiyang Dewi pergi. Dia tak tahu bahwa kedua orang itu pergi secara terpisah. Bara pergi menuju ke langit ke tiga Kahyangan Selatan sedangkan Kahiyang Dewi pergi ke Kerajaan Naga Api yang ada di wilayah Kahyangan Timur diantar oleh tubuh ganda Batara Geni. Sebelum pergi dari Tanah Kutukan, Gandi ingin mendatangi satu tempat yang masih menjadi Misteri di dunia tersebut. Yakni Jurang Kesedihan dimana tersebar cerita mengenai makhluk Sakti bernama Sang Kegelapan yang menguasai tempat tersebut
Probo Lintang, Kerajaan yang ada didalam sebuah danau di tengah pulau jawa itu tercipta sebelum terjadinya perang besar di Kahyangan Selatan. Kerajaan itu sebelumnya dipimpin oleh seorang wanita bernama Rara Ayu Bumi, yang kemudian diberikan kepada suaminya, Jaka Geni. Dalam kepemimpinan Jaka Geni, Kerajaan kecil yang sebelumnya adalah wilayah kekuasaan Banyu Emas akhirnya berkembang menjadi Kerajaan besar dan tangguh. Bahkan Kerajaan itu adalah satu-satunya yang selamat dari Kutukan Para Dewa yang merasa kesal karena manusia tak lagi memuja mereka dan memilih untuk memuja Jaka Geni yang menjadi Maharaja Manusia kala itu.Amarah para Dewa menimbulkan bencana di semua kawasan yang ada di tanah jawa dengan hujan yang tak pernah berhenti selama bertahun-tahun. Akibatnya semua kawasan terpendam oleh banjir dan banyak manusia serta binatang ternak yang tewas karena ulah para Dewa yang tidak terima dengan tingkah manusia. Jaka Geni yang saat itu menjadi Maharaja manusia mewakili amarah manu
Bara Sena benar-benar dibuat terkejut dengan pengakuan dari dua anak Dewi Utari mengenai kemampuan ras Kristal Jiwa yang mampu melihat dirinya meskipun dia sudah menggunakan Jurus Hantu Menari. Dan baru kali itu Bara Sena tahu ada ras lain selain manusia, Dewa dan Iblis atau siluman."Kau belum pernah tahu tentang Ras Kristal Jiwa?" tanya gadis cantik itu.Bara menggelengkan kepalanya karena dia memang belum pernah tahu sama sekali mengenai ras tersebut. "Aku baru tahu ada ras Kristal Jiwa. Apakah kalian ini sebangsa dedemit atau manusia?" tanya Bara."Kami bukan sebangsa lelembut atau siluman. Kami mirip manusia namun darah kami berbeda dan tentu saja kami lebih kuat dari manusia sejak kami dilahirkan. Ada dua suku di Ras kami, yaitu Suku Biru dan Suku Merah. Mereka yang terlahir dengan Kristal Merah disebut sebagai Suku Merah dan mereka yang didahinya memiliki Kristal Biru disebut sebagai suku Biru. Kakak ku Umbara dan aku lahir dengan suku yang berbeda meski kami ini satu ibu." ka
Dewi Utari tak bisa berkata apa-apa mendapat pertanyaan dari Bara Sena. Sedari awal dia memang tak pernah menyangka anak-anak Jaka Geni yang berasal dari istri Ras manusia mampu bersaing dengan anak-anak Jaka yang berasal dari para dewa. siluman dan ras Kristal Jiwa seperti dirinya.Disaat mereka tengah saling diam karena tak ada topik yang bisa dibicarakan, datang dari kejauhan beberapa sosok yang tidak asing lagi bagi Bara Sena. Pucuk dicintai ulam pun tiba. Orang yang tengah dia dan keluarga Dewi Utari bicarakan ternyata datang. Mereka adalah Song Yue dan kedua saudaranya Hua Tian Geni dan Sua Ning Geni beserta dengan ibunya Dewi Song Hua."Kau sudah berada disini anak muda," kata Dewi Song Hua sambil tersenyum. Bara mendatangi wanita tersebut lalu memberinya hormat karena biar bagaimana pun wanita itu adalah salah satu calon mertuanya. Song Yue berusaha untuk tetap tenang setelah bertemu dengan Bara Sena. Namun tetap saja, dia tak bisa menyembunyikan wajah bahagianya. Dan semua it
Dewi Utari. Umbara Wisnu dan Suci Geni benar-benar dibuat terkejut dengan kecepatan Bara Sena menghindari serangan cepat putri Batara Geni dengan Dewi Utari tersebut."Bagaimana kau bisa bergerak secepat itu!?" seru Suci tak percaya dengan apa yang baru saja dia alami.Bara tersenyum tipis."Kau pikir aku lebih lambat darimu? Kau belum tahu siapa aku, gadis kecil..." ucap Bara sambil mengerahkan kekuatan angin di kedua kakinya dan bersiap untuk melesat. namun rupanya Suci lebih dulu menyerangnya karena rasa penasaran pada pemuda tersebut. Dia ingin tahu apakah tadi hanya kebetulan atau memang pria itu sangat cepat sampai bisa menghindari serangannya.Wuut!Tubuh Suci bagaikan sekelebatan bayangan yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang. Mereka yang ingin melihat kecepatan gadis itu harus menggunakan kekuatan mata agar mampu mengikuti gerakan cepatnya. Orang-orang yang sebelumnya lalu lalang berjalan menikmati indahnya kota Probo Lintang berdamai-ramai menonton pertarungan Bara Sen
Bara Sena menatap tajam kearah Suci yang baru saja mendarat di lantai setelah sebelumnya dia melayang di udara untuk menghindari gelombang api yang tiba-tiba saja muncul dari dalam tubuh Pendekar Golok Iblis tersebut."Jadi kamu ini seorang iblis!?" seru Suci merasa kecewa karena ternyata pemuda tampan yang sempat membuat hatinya tertarik adalah seorang Iblis. Gadis itu belum begitu tahu mengenai jati diri sang Pendekar yang sudah melanglang Buana di Tanah Zhuo Guo."Kau hampir saja mencelakai ku dengan serangan aneh. Tentu saja aku tak mau tinggal diam..." sahut Bara dengan suara berat.Umbara yang sejak tadi mengamati dan kaget melihat wujud Iblis Bara Sena akhirnya dia pun ikut campur karena merasa Iblis itu sangat berbahaya. Dan tidak hanya Bara, beberapa pendekar yang ada disana juga mengepung pemuda tersebut."Iblis ini harus kita tangkap dan diadili!" teriak beberapa orang.Bara tersenyum sinis."Kalian ini memiliki mental setipis daun yang hanya berani saat bersama dengan daun
Singkat cerita, setelah urusan di Lembah Kabut Biru selesai, Gandi bersama Nagini kembali ke Istana Abadi. Rencananya mereka akan segera kembali ke Kerajaan Naga Air. Gandi sempat mencaritahu keberadaan Bara Sena dan Kahiyang Dewi yang tidak ada di Istana tersebut. Lu Xie pun menjelaskan padanya bahwa keduanya pergi bersama Batara Geni melalui pecahan ruang yang diciptakan oleh Mahadewa tersebut. Mendengar hal itu, Gandi hanya bisa terdiam dan menduga-duga kemana Bara dan Kahiyang Dewi pergi. Dia tak tahu bahwa kedua orang itu pergi secara terpisah. Bara pergi menuju ke langit ke tiga Kahyangan Selatan sedangkan Kahiyang Dewi pergi ke Kerajaan Naga Api yang ada di wilayah Kahyangan Timur diantar oleh tubuh ganda Batara Geni. Sebelum pergi dari Tanah Kutukan, Gandi ingin mendatangi satu tempat yang masih menjadi Misteri di dunia tersebut. Yakni Jurang Kesedihan dimana tersebar cerita mengenai makhluk Sakti bernama Sang Kegelapan yang menguasai tempat tersebut
Kolam Mata Air Suci...Gandi dan Nagini segera mengenakan pakaian mereka kembali setelah beberapa kali memadu kasih di dasar kolam Mata Air Suci. Mereka nampak bahagia. Itu terlihat saat keduanya bergandengan tangan terbang keluar dari tempat tersebut sambil bersenda gurau."Nagini,bagaimana keadaan di Kerajaan Jiwa milikmu?" tanya Gandi yang penasaran apakah benar dengan apa yang dikatakan oleh Ki Ageng Samudra Biru mengenai cara cepat memulihkan Kerajaan Jiwa wanita Naga Air tersebut. Nagini tersenyum sambil menoleh kearah pemuda tersebut."Keadaanku sekarang sudah sangat baik. Kerajaan Jiwa juga sudah semakin membaik berkat dirimu. Bahkan disana telah mulai ada kehidupan baru...Kelak setelah Kerajaan Jiwa besar kembali, kau akan aku undang kesana untuk melihat dunia ciptaanku," kata Nagini dengan suaranya yang khas. Suara lembut nan merdu yang membuat siapa pun akan terpesona. Gandi mengangguk sambil tersenyum."Sekarang kau sudah berada d
Setelah urusan dengan pasir cahaya selesai, Bara pun segera terbang menuju ke arah utara dimana reruntuhan Istana Cahaya berada. Dia merasakan keberadaan ayah dan ibunya disana saat ini. Sementara itu, jutaan pasir cahaya yang sebelumnya menutupi tanah di langit ketiga tersebut telah masuk ke dalam Dunia Penyimpanan miliknya. Awalnya mereka ragu. Namun setelah masuk di dalam Dunia Penyimpanan itu, mereka justru merasa senang karena ternyata di dalam Dunia tersebut kekuatan jiwa yang tersisa dari mereka seperti pulih dengan sendirinya secara perlahan."Kekuatan cahaya yang murni...Bukankah ini adalah kekuatan Dewi Parwati..." ucap mereka setelah merasakan kehangatan dari kekuatan cahaya milik Bara Sena tersebut.Pasir cahaya itu berkumpul menjadi sebuah gunung cahaya raksasa di tempat yang sudah di persiapkan oleh Bara Sena. Sehingga keberadaan pasir cahaya yang begitu banyaknya itu tidak mengganggu beberapa penghuni yang sudah ada di sana sebelumnya. Kini mere
Sosok raksasa yang tercipta dari jutaan pasir cahaya tersebut merunduk dan menatap kearah Bara Sena. Meski tercipta dari pasir, raksasa itu terlihat seperti makhluk yang hidup. Hal itu dikarenakan pasir tersebut merupakan serpihan tubuh atau pun jiwa dari jutaan Dewa yang telah mati akibat bencana ledakan cahaya. Dan pasir itu masih meninggalkan sisa-sisa kekuatan."Kau adalah Putra Dewi Cahaya yang masih hidup...Apakah kau yang lahir dari rahim Dewi Parwati?" tanya sosok itu dengan suara yang berat dan aneh. Suaranya terdengar seperti dengungan tawon dan ribuan orang yang berbicara secara bersama-sama. Sangat tidak nyaman bagi siapa pun yang mendengarnya termasuk Bara sendiri.Dewa Cahaya itu menatap sosok tersebut dengan bola matanya yang memancarkan cahaya kekuningan. Karena ukuran raksasa itu sangatlah besar, dia bisa melihat pada bagian mata makhluk itu ternyata menyala merah membara. Seolah ada api di dalam sana."Aku memang orang yang kau maksu
Kita tinggalkan dulu Gandi dan Nagini yang tengah menikmati waktu terindah mereka di Kolam Mata Air Suci. Kita akan beralih ke satu tempat yaitu di Langit Ketiga Kahyangan Selatan. Langit dimana Dewa Cahaya Bara Sena dilahirkan 500 tahun yang lalu.Lingkaran merah muncul di atas sebuah bukit yang tandus dan berpasir. Dari dalam lingkaran merah tersebut muncul satu sosok yang tak lain adalah Bara Sena. Kedua matanya menyapu area di sekitar bukit yang tandus tersebut. Tak ada kehidupan sama sekali disana semenjak 500 tahun yang lalu dirinya dilahirkan. Pemuda itu tersenyum pahit sambil menghela napas dalam-dalam."Kelahiranku saja sudah membuat dosa yang begitu besar...Tapi, apa yang mereka lakukan kepada ibu juga suatu dosa yang lebih besar. Mungkin itu adalah karma untuk mereka yang telah menyiksa ibuku." ucap pemuda itu lalu dia pun melangkah menuruni bukit tersebut.Dia sadar, bahwa pasir yang ada disana adalah tubuh para dewa yang telah h
Keadaan Lembah Kabut Biru itu sangatlah lengang karena tak ada satu makhluk Hidup pun yang ada disana. Gandi dan Nagini nampak masih bersemedi di dasar kolam di bawah Batu Kuno yang memancarkan cahaya biru. Di saat keadaan terasa sangat tenang, dari arah tubuh Gandi tiba-tiba saja muncul cahaya biru yang melesat kearah langit hingga membelah awan. Nagini yang tengah bersemedi di sebelah nya segera membuka mata saat dirinya merasakan kekuatan yang luar biasa terpancar dari tubuh Sang Raja Naga Air tersebut."Dia naik ke tingkat 11 hanya dalam waktu yang begitu singkat!" batin wanita tersebut takjub. Cahaya biru itu pun memudar secara perlahan dan akhirnya lenyap begitu saja. Gandi pun membuka kedua matanya sambil menghembuskan napas keras. Lalu kemudian dia menoleh ke samping kanannya dimana Nagini tengah menatap dirinya."Nagini..." ucapnya lirih.Yang dipanggil pun mengulum senyum sambil membalas tatapan mata pemuda tersebut."Ada apa, kang mas Gandi..." sahut nya dengan suara lemb
Dewi Nagini membuka kedua matanya. Awalnya pandangan matanya terasa kabur. Namun secara perlahan dia bisa melihat kembali dengan jelas apa yang ada di hadapannya. Dia pun bangun dan duduk sambil menatap sekeliling. Kedua bola matanya yang biru menatap kearah Gandi yang duduk bersila dibawah Batu Kuno. Aura di tubuh pemuda itu nampak menyala biru."Gandi..." lirih wanita itu lalu dia pun menatap kedua tangannya yang tidak lagi dipenuhi noda darah. Merasa penasaran dengan Alam Jiwa miliknya, Nagini pun duduk bersila dan mulai bersemedi. Dia mulai memasuki alam jiwa miliknya sendiri. Tak lama setelah itu, kedua matanya terbuka. Wajah cantiknya nampak berseri-seri. "Aku sudah sembuh! Alam Jiwa milikku juga sudah membaik. Bahkan hutan kering itu sudah mulai tumbuh menjadi pepohonan yang rindang. Istana Kerajaan Jiwa milikku juga mulai kokoh kembali. Apakah ini berkat Mata Air Suci atau karena hal lain?" batin Nagini sambil tersenyum. Tiba-tiba ada desiran angin yang membuat Nagini merasa
Tubuh Nagini terlihat gemetaran setelah menahan serangan Bilah Angin Dewa untuk kedua kalinya. Darah mengucur deras dari luka baru yang ada di tubuhnya. Namun wanita itu tetap bertahan di atas sana sambil mengernyit menahan rasa sakit yang luar biasa. Dia sempat melihat kearah Gandi dan melempar senyum pada pemuda tersebut seolah mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Padahal Gandi sendiri melihatnya dalam keadaan begitu mengenaskan.Dan senyuman wanita Naga Air itu seketika lenyap saat terdengar suara berdesing dari arah langit. Nagini pun langsung kembali menoleh ke atas dan bersiap untuk menahan serangan dari ujian ketiga yang akan menentukan keberhasilannya. Jika serangan ketiga dari Bilah Angin Dewa sanggup dia tahan, maka jalannya menuju ke Ranah Alam Semesta akan menjadi lebih mudah.Sring!Kekuatan yang tak terlihat itu melesat dengan dahsyat kearah Nagini yang sudah cukup tegang menghadapinya. Wanita tersebut mengumpulkan tekad yang kuat untuk bisa bertahan dari serangan.Srakk
Dewi Naga Nagini membuka kedua matanya saat ujian kedua berhasil dia lewati. Tubuhnya terlihat merah membara karena sambaran bola api dari atas langit sana. Dia kembali menatap kearah Langit dan melihat pusaran awan hitam mulai bergerak lagi pertanda ujian ketiga atau ujian terakhir akan dia lalui. Ujian kali ini adalah yang terberat karena yang akan dia hadapi merupakan ujian paling mematikan bagi siapa pun yang akan menerobos ke Ranah Alam Semesta dengan cara pintas.Gandi yang ada di bawah sana nampak harap-harap cemas menyaksikan pusaran awan yang semakin membesar. Dewi Aretha yang berada di samping pemuda itu pun tak lagi senyum-senyum seperti biasanya. Ternyata dia pun cukup tegang karena untuk pertama kalinya dia akan melihat sosok Dewi Naga yang akan menembus Ranah Alam Semesta menggunakan Mata Air Suci miliknya. Bagi wanita itu, apa yang ada di depannya adalah suatu pertunjukan yang sangat langka. Karena saat dirinya menembus Ranah Alam Semesta, tak ada fenomena aneh seperti