共有

Perasaan Aneh

作者: Ismi Kawai
last update 最終更新日: 2025-03-16 16:49:32

Terdengar suara pintu terbuka, bersamaan dengan itu tampak sesosok manusia yang berjalan gontai memasuki ruangan. Seolah tidak bertenaga ia ambruk begitu saja ke atas ranjang. Matanya terpejam menikmati lembutnya sprai yang baru diganti dengan harum lavender. Tidak lama tubuhnya bergetar pelan, samar kemudian terhenti. Seraya menghirup udara dalam lalu membuka mata, menatap langit-langit kamar. Entah apa yang ada dipikirannya, tersirat rautnya yang penuh beban.

“Bertahanlah sedikit lagi, Eva,” gumamnya menguatkan diri. Sosok itu tidak lain adalah Eva yang baru saja pulang dari hotel tempatnya menghabiskan malam bersama Steve dan Bryan. Perjanjian sialan itu telah mengikatnya, tapi dengan perjanjian itu pula tujuannya mulai berjalan. Ia akan membuat 2 bajingan itu mendapatkan ganjaran atas apa yang telah mereka perbuat.

Flashback On

Malam itu di bulan Januari salju turun menutupi setiap jalan di Seattle. Terlihat seorang wanita baru selesai bekerja paruh waktu di sebuah restoran cepat saji yang cukup terkenal di sana.

“Aku pulang dulu, Lona,” ucap wanita itu sambil memasukkan seragam ke dalam loker.

“Kau tidak menunggu Lucas?”

“Dia bilang akan pulang larut, sepertinya banyak berita yang harus ia liput.”

“Owh, malam pekan yang sibuk ya. Kuharap kau tidak kesepian, Celia.”

“Tenang saja, masih ada boneka salju yang menemaniku.”

Lona mengusap tangannya seolah merinding. “Uh, itu sangat dingin.”

Celia membalas dengan kekehan. “Bye Lona.

“Bye Cel!” sahut Lona sambil melambaikan tangan.

Wanita bernama Celia itu berjalan keluar dari tempatnya bekerja. Kakinya melangkah menyusuri jalan trotoar yang tampak lengang. Nyatanya, keindahan salju tidak membuat orang-orang sudi untuk kedinginan di luar rumah.

Celia menghentikan langkahnya saat melewati sebuah toko. Di sana ia melihat sebuah topi yang terpajang di etalase depan toko tersebut. Sudut bibirnya pun tersungging manis.

“Sepertinya aku tau kado ulang tahun yang cocok untuk Lucas,” gumam Celia seraya memasuki toko.

Beberapa menit kemudian, Celia keluar dari sana dengan sebuah paperbag di tangannya. Sepanjang jalan ia tersenyum. Celia membayangkan bagaimana ekspresi Lucas ketika diberikan kado darinya.

“Aku harap Lucas cepat pulang, aku sangat tidak sabar memberikan kado ini untuknya.”

Tidak lama, Celia pun sampai di apartemen. Dia memasuki ruangan dan segera bersiap untuk memasak makan malam. Meski ia tahu Lucas pulang larut, Celia tetap memasakkan makanan kesukaan kekasihnya itu. 2 tahun sudah mereka menjalin kasih, Celia merasakan kebahagiaan setiap harinya. Hidup bersama orang yang dicintai ternyata seindah ini.

Celia membuat Chicken Noodle Casserole dan Union Soup. Dalam waktu singkat sajian menggugah selera siap sedia di atas meja makan. Tidak lupa hiasan lilin untuk menambah kesan romantis. Wanita itu mengulum senyum puas akan mahakarya yang berhasil dibuatnya.

“Sempurna! Sekarang tinggal menunggunya pulang,” ucap Celia sambil meraih ponsel yang ada di dalam tas. Wanita itu berharap ada pesan lanjutan dari Lucas setelah mengabarinya pulang terlambat. Celia pun menghela napas.

“Haahh … pasti dia sangat sibuk.”

Celia memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu sambil menunggu. Selang 30 menit, Celia keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang lebih segar. Ia menggosok rambutnya yang basah dengan handuk lalu kembali mengecek ponsel. Ternyata sama saja, tidak ada pesan apapun dari Lucas.

Celia berusaha mengerti dan menghilangkan kebosanan dengan menonton televisi, baru saja sebentar ia menikmati acara, ponselnya berdering. Sebuah notif pesan masuk yang sejak tadi dinantikannya. Secepat kilat Celia menyambar ponsel itu. Pesan jika Lucas sedang dalam perjalanan. Pria itu mengabarkan akan sampai dalam 5 menit.

Mata wanita itu melebar mengetahui keberadaan Lucas yang tidak lama lagi. Celia pun langsung melompat ke kamar untuk berdandan. Wanita itu cukup percaya diri dengan make up minimalis andalannya. Celia segera bersiap untuk menyambut Lucas di depan pintu apartemen. Tepat saat ia membuka pintu, ketika itu pula sosok kekasih terlihat di hadapannya. Celia tersenyum sumringah, namun berbanding terbalik dengan Lucas yang menampakkan raut aneh. Mata pria itu menyiratkan ketakutan, bibirnya bergerak pelan nyaris tidak terdengar. Bersamaan dengan itu suara letusan yang memekakkan telinga menggema di koridor apartemen.

Doorrr!!!

Bau anyir yang asing menguar terhirup oleh indera penciuman. Celia terperanjat, membeku dengan situasi yang begitu cepat. Lucas tersungkur dengan punggung berlubang bersimbah darah. Celia terpaku bagai patung, beberapa detik kemudian suaranya pecah memanggil kekasih hati. Dunia Celia gelap seketika.

FlashBack Off

***

Dua hari kemudian

BlackRiver

“Kemana saja dia kemarin?” tanya Steve pada asistennya yang ia jadikan sopir pribadi untuk Eva. Pria itu bernama Paul.

“Nona Eva mengunjungi beberapa butik untuk membeli pakaian, tas dan sepatu. Kemudian menghabiskan waktu cukup lama di lounge hotel,” beber Paul.

“Ha … wanita itu benar-benar memanfaatkan uangku,” decih Steve dengan aksen meremehkan. Ia memindai daftar pengeluaran Eva hari itu. “Apa dia membooking kamar dan bertemu dengan pria lain?” sambungnya penuh selidik.

“Tidak Tuan, beliau langsung pulang ke apartemennya setelah menghabiskan 2 cangkir kopi,” terang Paul jujur.

Steve membanting berkas laporan keuangan Eva. “Bagus, aku akan menghabisinya jika ia berani bermain-main denganku.”

Pria itu menyambar jas yang tersampir di kursi kebesarannya. “Kosongkan jadwalku hari ini! Aku tidak mau terlalu lama membiarkan golden service menganggur.”

“Baik Tuan!”

Steve berjalan ke luar ruangan lalu berhenti sejenak sambil menoleh pada Paul. “Suruh dia bersiap-siap. Pastikan jangan menggunakan make up tebal, aku muak dengan baunya!”

Paul mengangguk tanda mengerti.

Sementara itu Eva baru saja selesai memanjakan diri di sebuah salon kenamaan mendapatkan sebuah pesan dari Paul, sopir pribadinya. Wanita itu berdecih kemudian beranjak dari salon tersebut untuk menemui Steve di hotel yang sama tempat mereka pertama kali menghabiskan malam.

[Jemput aku 5 menit lagi,] pinta Eva pada Paul seraya memberikan lokasi keberadaannya. Tidak berselang lama sebuah limosin berhenti tepat di depan lobi salon. Pemandangan itu jelas menjadikan Eva pusat perhatian. Wanita itu dengan anggun menaiki kendaraan mewah setelah melambaikan tangan pada manager salon.

“Apa dia puas dengan pelayanan kita?” bisiknya tegang sang manager pada anak buahnya setelah Eva menghilang dengan limosinnya.

“Sa-saya melakukan tugas seperti biasanya, Nyonya,” jelas anak buah itu.

“Jadikan ia member prioritas!" pungkas Manager tersebut dengan mata berbinar. Melihat kendaraan yang dinaiki Eva, tentu saja menandakan jika Eva bukanlah wanita sembarangan.

Beberapa menit kemudian Steve sampai ke hotel. Pria itu tampak tidak sabar untuk bertemu Eva, terlihat dari caranya menekan tombol lif. Di sepanjang perjalanan dia mengirim pesan pada Bryan untuk menyusulnya.

[Aku sedang menuju tempat Eva, cepatlah kemari!]

[Woah, aku sangat menantikannya. Taukah kamu? Aku menunggu pesanmu dari tadi pagi.]

[Ha... bukankah setiap saat otakmu hanya di selangkangan?]

[Untuk Nona Eva sepertinya pengecualian.]

Steve menatap ponselnya dalam diam, entah mengapa ada perasaan aneh dalam hatinya.

"Yang benar saja!" gumamnya berdecih.

Tbc.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Godaan Kupu2 Malam   Sangkar Emas

    Sebuah ruangan sunyi dan luas, dipenuhi cahaya temaram dari lampu dinding berwarna kuning keemasan. Tirai beludru gelap ditutup rapat, menutupi panorama kota New York dari lantai atas apartemen mewah itu. Di tengah ranjang king size berseprai satin abu-abu gelap, Eva terbaring dengan napas teratur, tubuhnya masih telanjang di balik selimut tipis yang nyaris tidak menutupi apapun.Ia terbangun perlahan. Kelopak matanya terasa berat, dan otot-otot tubuhnya nyeri setelah pergelutan hasrat yang begitu panjang, hari yang penuh permainan, penaklukan, dan gairah yang melelahkan.Namun yang paling mengejutkan bukan rasa lelah itu. Melainkan... tempat ini.Eva menyipitkan mata, mengamati ruangan asing ini. Ini bukan ruangan khusus di kantor Steve. Ini jauh lebih personal. Lebih... intim.“Ini apartemen?” gumamnya pelan.Rasa panik seketika menjalari tubuhnya. Kabarnya selama ini, tidak ada satu pun wanita yang berhasil menembus tempat ini, tempat paling privat milik Steve Arnault. Semua intera

  • Godaan Kupu2 Malam   Obsesi yang Tak Disadari

    Hari sudah siang saat Eva bersiap untuk pulang. Ia berdiri di depan cermin di kamar Bryan, mengikat rambutnya, lalu merapikan kemeja pria yang ia pinjam. Bryan, yang bersandar di pintu, memperhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan.“Kau benar-benar cantik, bahkan dalam bajuku,” gumam Bryan dengan suara rendah.Eva meliriknya melalui pantulan cermin, lalu tersenyum tipis. “Dan kau benar-benar klise.”Bryan tertawa pelan, melangkah mendekat dan menyentuh pinggang Eva dengan lembut.“Aku serius. Aku rasa… aku mulai menyukaimu lebih dari yang seharusnya.” Diam-diam membaui aroma khas Eva yang memabukkan.Eva membalikkan badan, menatap Bryan sejenak. “Itu bukan ide yang bagus.”Bryan menghela napas, lalu mengangguk. “Ya, aku tahu. Tapi perasaan tidak bisa selalu dikendalikan, bukan?”Eva tidak menjawab. Ia hanya menyentuh wajah Bryan sekilas, lalu beranjak pergi.***Sementara itu…Steve duduk di dalam mobilnya, mengetuk-ngetukkan jarinya ke setir dengan gelisah. Setelah menerima pe

  • Godaan Kupu2 Malam   Opera

    Seperti biasa, Eva bersiap untuk pulang setelah menyelesaikan tugas. Ia memilih t-shirt dengan celana joger sebagai pakaian ganti. Sementara Steve sedang merokok di balkon kamar hotel. Eva mendekat hendak pamit. "Terima kasih, Eva," kata Steve dengan nada sombong sambil menghembuskan asap rokok. Maniknya menelisik penampilan Eva yang selalu tampak memukau dengan berbagai busana, bahkan dengan pakaian santai sekalipun. "Kau selalu bisa diandalkan untuk membuat malamku lebih menyenangkan."Eva tersenyum tipis. "Ya, tentu saja, Tuan Steve. Ini tugas saya." Sebuah kata biasa yang seharusnya tidak mengganggu untuk Steve yang notabene memandang rendah para wanita penghibur, namun entah mengapa kali ini sedikit menyentil sanubarinya.Steve mengangguk menutupi perasaannya itu, lalu Eva menambahkan, “Saya harus pulang sekarang, sampai jumpa.”Wanita itu memutar tubuhnya berniat untuk segera pergi hingga ucapan Steve menghentikan langkah Eva. "Apa kau punya rencana untuk besok?"Eva menoleh

  • Godaan Kupu2 Malam   Perselisihan

    Terlahir sebagai pemegang sendok emas serta dikarunia wajah bagai pahatan patung yunani membuat Steve selalu dikelilingi oleh wanita cantik. Hal itu pun membuat standarnya menjadi setinggi langit. Dari model, aktris hollywod hingga anak pejabat sudah sering menghangatkan ranjangnya. Tidak sedikit yang terus mengejar Steve agar bisa mengulang malam panas mereka. Sayangnya, Steve kurang antusias jika melakukan kembali dengan 1 orang yg sama. Tapi entah mengapa Eva menjadi pengecualian. Sejak pertemuan pertama, wanita itu berhasil mengambil perhatian Steve hingga ia tidak rela jika Eva melayani pria hidung belang lain. Mungkin ada sisi manusiawi yang mengakui jika pria sejenis dirinya adalah makhluk brengsek. Jadi, cukup dia yang brengsek serta Bryan sebagai anteknya. Manik biru itu menyusuri penampakan sosok yang tertidur pulas di atas sofa. Penampilannya sangat sederhana, hanya dengan kemeja kebesaran tanpa bawahan. Justru itu membuat Eva semakin menggoda. "Wanita ini, bukankah aku

  • Godaan Kupu2 Malam   Perasaan Aneh

    Terdengar suara pintu terbuka, bersamaan dengan itu tampak sesosok manusia yang berjalan gontai memasuki ruangan. Seolah tidak bertenaga ia ambruk begitu saja ke atas ranjang. Matanya terpejam menikmati lembutnya sprai yang baru diganti dengan harum lavender. Tidak lama tubuhnya bergetar pelan, samar kemudian terhenti. Seraya menghirup udara dalam lalu membuka mata, menatap langit-langit kamar. Entah apa yang ada dipikirannya, tersirat rautnya yang penuh beban.“Bertahanlah sedikit lagi, Eva,” gumamnya menguatkan diri. Sosok itu tidak lain adalah Eva yang baru saja pulang dari hotel tempatnya menghabiskan malam bersama Steve dan Bryan. Perjanjian sialan itu telah mengikatnya, tapi dengan perjanjian itu pula tujuannya mulai berjalan. Ia akan membuat 2 bajingan itu mendapatkan ganjaran atas apa yang telah mereka perbuat.Flashback OnMalam itu di bulan Januari salju turun menutupi setiap jalan di Seattle. Terlihat seorang wanita baru selesai bekerja paruh waktu di sebuah restoran cepat

  • Godaan Kupu2 Malam   Main Bertiga

    Sejenak Steve terdiam dengan paras Eva yang bisa dibilang unik. Cantik, tapi tidak pasaran. Cantik yang tidak membosankan. Tidak hanya itu, warna kulit Eva yang kuning langsat memberikan nilai plus untuknya. Eva menjadi semakin stunning dan menjadi pusat perhatian.Steve memindai sambil mencari celah cacat pada Eva, tapi tidak kunjung ditemukan. Sialnya, Eva malah terlihat eksotik di mata Steve. Pria itu lalu berkata, “Campuran Asia?”“Indonesia, lebih tepatnya.”“Di mana itu?” tanya Steve mulai tertarik. Samar-samar terhirup wangi yang cukup asing untuknya. Harum yang belum pernah ia temukan sebelumnya. Dan aroma itu menguar dari tubuh Eva.“Masih di belahan bumi, tentunya Anda pasti menaruh saham di sana,” jawabnya santai.Eva tidak memungkiri banyak penduduk USA yang tidak mengenal tanah kelahiran Ibunya. Eva pun hanya 1 kali menginjakkan kakinya ke tanah itu saat usianya 5 tahun. Ketika sang Ibu menghembuskan napas terakhir dan meminta untuk dikuburkan di sana sebagai pesan terakh

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status