Share

Bab 6

Author: Neng_gemoyy
last update Huling Na-update: 2025-12-16 23:02:33

Seperti yang Yasmin katakan pada Angga, ia akan berjualan kue muffin yang akan ia bagikan di grup tetangga dan ibu-ibu sekolah. Mungkin hasilnya tak seberapa, tapi cukup untuk menyibukkan diri—mengalihkan pikiran dari luka batin yang terus mengendap.

Aroma vanilla dan cokelat langsung memenuhi dapur saat Yasmin mengeluarkan muffin yang baru matang dari dalam oven.

“Eeemmm … wangi banget!” serunya, bangga dengan hasil yang terlihat sempurna.

“Mengembang sempurna ….”

Yasmin memindahkan kue-kue itu ke dalam tempat kue susun berbahan kaca, menatanya dengan cantik. Ia lalu meraih ponsel, menyalakan kamera, dan memotretnya dari berbagai angle.

“Sepertinya cukup,” gumamnya. Ia menyortir beberapa foto terbaik, lalu mengirimkannya ke semua grup yang ada di ponselnya.

Saking asyiknya dengan kue-kue itu, Yasmin hampir lupa menjemput anak-anaknya.

“Astaga … sebentar lagi mereka pulang.”

Tanpa sempat membereskan dapur, Yasmin melepas apron-nya dan bergegas keluar, setelah memastikan tak ada kompor atau peralatan lain yang masih menyala.

Hanya butuh lima belas menit hingga Yasmin tiba di depan gerbang sekolah anak-anaknya. Ia berdiri di sana—di depan gerbang tinggi sekolah bertaraf internasional dengan jenjang TK hingga SMA. Yasmin hanya mengenakan terusan putih sederhana yang dipadu cardigan rajut hitam, tampak kontras dengan lingkungan sekolah yang mewah dan berkelas.

Penampilannya lebih menyerupai pengasuh ketimbang orang tua murid. Namun Yasmin sama sekali tak peduli.

Senyumnya mengembang saat melihat Brayan berlari kecil ke arahnya, ditemani seorang gadis kecil yang berlari di sampingnya.

“Mamah …!” panggil Brayan ceria.

Yasmin melambaikan tangan sambil merapatkan cardigannya. “Hai… Kak Bianca mana?” tanyanya ketika putranya sudah tiba di hadapannya.

“Masih di belakang. Jalannya sambil ngobrol sama teman-temannya,” jawab Brayan dengan bibir mencibir lucu.

“Ooh .…” Yasmin mengangguk pelan. Pandangannya lalu beralih ke gadis kecil di samping Brayan. “Siapa gadis manis ini?”

“Dia anak baru di kelas aku, Mah,” jawab Brayan.

“Oh,” Yasmin berjongkok, lalu menyodorkan tangan. “Namanya siapa, sayang?”

Gadis kecil itu melirik Brayan sekilas sebelum menyambut uluran tangan Yasmin dengan malu-malu.

“Kayla, Tante…”

“Kayla,” gumam Yasmin sambil tersenyum. “Nama yang cantik,” pujinya, mengusap lembut rambut ikal Kayla yang mengingatkannya pada boneka Barbie.

Mata bulat gadis kecil itu—dengan bola mata hitam legam—mampu membuat siapa pun terpana. Ditambah pipi merahnya yang tersengat matahari, membuatnya terlihat begitu menggemaskan.

“Terima kasih, Tante,” balas Kayla sopan.

“Wah, sopan sekali. Mamanya mana? Belum jemput?” tanya Yasmin lembut.

Kayla menggeleng sambil memainkan jari-jarinya.

“Papah aku yang jemput. Katanya … aku disuruh nunggu dulu di pos satpam.”

"Ohh, tapi ini udah mai sore, Kayla ada nomor papanya? Biar Tante telpon." ujar Yasmin, tak tega saja rasanya meninggalkan gadis kecil itu di sana sendirian.

"Gak ada Tante, lupa bawa kartu namanya," jawab Kayla sopan.

"Kita temenin aja, Mah. Sampai papahnya datang, kasihan ...." ujar Brayan memberikan usul.

Yasmin terdiam sejenak, kemudian mengangguk. "Boleh, kita tunggu kakak kamu dulu, yaa. Nanti kita nunggunya di kedai es krim saja, gimana?" tawar Yasmin, yang langsung di sambut antusias keduanya.

"MAU!!"

"Hahahaha ... Oke!" Yasmin ikut berseru senang, memang hal yang paling menyenangkan adalah ketika berada di antara anak-anak seperti ini.

Hingga tak berapa lama Bianca pun datang bersama teman-temannya, begitu sampai di depan sang mamah, Bianca langsung meminta maaf karena membuat sang mamah menunggunya terlalu lama, tadi saat dalam perjalanan temannya mendadak ingin ke toilet. Jadi Bianca dengan terpaksa mengantarkannya sekaligus menemani ke kamar mandi.

Mereka pun beranjak ke kedai es krim yang ada di seberang sekolah, setelah berpesan kepasa security jika ada papahnya Kayla, di suruh menyusul meraka saja.

"Kak Bianca yang pesen, tanyain adik-adiknya mau apa?" ucap Yasmin, ketika ia baru saja mendudukan bokongnya di kursi kedai es krim.

"Mau apa, Dek?" tanya Bianca, menatap mereka satu persatu.

"Aku es krim strawberry sama coklat kak, jangan lupa pake choco chips sama sereal." ujar Brayan, mengucapkan pesanannya.

"Kamu, Kayla. Mau apa?" kini Bianca bertanya kepada Kayla yang masih terdiam.

"Samain aja dengan punya Brayan." ucapnya malu-malu.

"Okey!" Bianca pun beranjak ke tempat pemesanan, setelah meminta kartu ATM milik sang mamah untuk membayar.

Sementara Yasmin kembali sibuk dengan ponselnya, bibirnya mengembang sempurna ketika postingannya mendapat banyak like dan komentar. Mereka penasaran dan ingin mencoba mengorder kuenya.

"Mamah kaya lagi seneng banget?" tanya Brayan ketika melihat mamahnya terlihat ceria.

Yasmin langsung mengangkat pandangan dari layar ponsel lalu tersenyum lebar. "Iyaa, Mamah tadi iseng posting kue buatan Mamah, dan ternyata banyak yang mau pesan."

"Waah, Tante jualan kue? Kayla sangat suka yang manis-manis, Tante ...." timpal Kayla dengan mata berbinar.

"Cuma suka bikin aja, kalo Kayla mau ... Besok Tante bawain, mau?"

"Mau, Tante!" seru Kayla senang, sampai tak sadar berjingkrak kecil di kursinya.

Yasmin yang gemas pun tak tahan untuk tidak mencubit pelan pipinya yang chaby itu.

"Pesanan datang ...!" Bianca kembali dengan nampan penuh dengan pesanan mereka.

Brayan dan Kayla pun langsung menyambutnya dengan girang, dan langsung mengeksekusi es lembut dengan berbagai macam toping itu kedalam mulutnya.

Yasmin tersenyum senang melihat Kayla yang sudah tidak kaku lagi bersama mereka, sepertinya gadis itu sangat gampang beradaptasi.

"Ini punya Mamah," Bianca menyodorkan es milik mamahnya.

"Makasih, sayang. Padahal Mamah gak usah,"

"Gak apa-apa, kali-kali Mamah juga butuh yang manis." ucap Bianca, tersenyum manis.

Senyum yang langsung menular kepada Yasmin, rasanya nikmat mana lagi yang Yasmin dustakan. Ia sangat bersyukur dengan kehadiran kedua buah hatinya.

Tak terasa hampir satu jam lebih mereka di sana, papah Kayla belum juga menampakkan diri. Kayla sudah nampak lelah dan mengantuk mungkin karena perutnya yang kenyang.

"Mah, gimana ini ... Papahnya Kayla belum datang juga, malu di lihatin pegawai sini ...." bisik Bianca di telinga mamahnya.

Pasalnya beberapa kali ia melihat pegawai di sana memberikan tatapan sinisnya kepada mereka.

"Mamah juga gak tau," jawab Yasmin, menggeleng pelan.

"Kita bawa pulang aja," usul Bianca.

"Jangan! Nanti papahnya nyariin gimana?" sahut Yasmin ikut bingung.

Mana sekarang sudah hampir jam empat sore, dia belum sempat masak makan malam.

"Kay, ikut kita pulang mau, gak?" tanya Bianca, yang langsung di angguki Kayla.

"Mau ...."

“Itu, anaknya sudah mau,” ujar Bianca sambil menoleh ke arah mamahnya. “Mamah kasih aja nomor ponsel ke Pak Satpam. Nanti kalau ada yang nyari Kayla, langsung hubungi kita.”

Yasmin terdiam, pikirannya berputar cepat. Ia tak ingin menimbulkan salah paham—apalagi sampai ada yang menuduhnya membawa anak orang.

“Maaah …” rengek Bianca, suaranya manja.

Yasmin menghela napas panjang, lalu akhirnya mengangguk dengan terpaksa. “Ya sudah, ayo.”

Bianca langsung tersenyum senang, diikuti dua bocil kelelahan yang tampak ikut lega.

Mereka hampir saja bangkit dari duduk mereka, ketika sebuah suara berat terdengar memanggil dari arah belakang.

“Kayla … maaf Papah lama—”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Godaan Papa Teman Anakku   Bab 6

    Seperti yang Yasmin katakan pada Angga, ia akan berjualan kue muffin yang akan ia bagikan di grup tetangga dan ibu-ibu sekolah. Mungkin hasilnya tak seberapa, tapi cukup untuk menyibukkan diri—mengalihkan pikiran dari luka batin yang terus mengendap.Aroma vanilla dan cokelat langsung memenuhi dapur saat Yasmin mengeluarkan muffin yang baru matang dari dalam oven.“Eeemmm … wangi banget!” serunya, bangga dengan hasil yang terlihat sempurna.“Mengembang sempurna ….”Yasmin memindahkan kue-kue itu ke dalam tempat kue susun berbahan kaca, menatanya dengan cantik. Ia lalu meraih ponsel, menyalakan kamera, dan memotretnya dari berbagai angle.“Sepertinya cukup,” gumamnya. Ia menyortir beberapa foto terbaik, lalu mengirimkannya ke semua grup yang ada di ponselnya.Saking asyiknya dengan kue-kue itu, Yasmin hampir lupa menjemput anak-anaknya.“Astaga … sebentar lagi mereka pulang.”Tanpa sempat membereskan dapur, Yasmin melepas apron-nya dan bergegas keluar, setelah memastikan tak ada kompor

  • Godaan Papa Teman Anakku   Bab 5

    Lepas magrib Angga tiba di rumah, ia keluar dari mobilnya setelah memastikan semua barang-barangnya tidak ada yang tertinggal. Sambil membuka sabuk pengamannya, matanya sesekali melirik ke pintu masuk. Biasanya Yasmin akan berdiri di sana menyambutnya pulang. "Tumben gak nyambut, gue?" gumannya tanpa sadar. Biib. Setelah memastikan mobilnya terkunci dengan benar, Angga pun melangkah dengan ringan masuk kedam rumah. Ceklek. Kedua alis Angga mengerut saat akan memasukan anak kunci yang biasa ia bawa, namun keadaan pintu tidak terkunci dari dalam. "Tumben gak di kunci ...." gumamnya heran. Angga pun melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, dengan berbagai pertanyaan di benaknya. Ada sesuatu yang hilang, namun ia tidak tau itu apa? "Hahahaha ...." "Mamah yang kalah, jadi harus di hukum!""Jangan, Kak. Ampun! Hahaha ...." "Ian bantu pegangin Mamah, Kak!" "Iyaa, pengang yang erat." "Hahaha ... Ampun, Bi ... Dek tolong Mamah, Dek!" "Ndak, Mamah harus di hukum." Senyum Angga te

  • Godaan Papa Teman Anakku   Bab 4

    Yasmin mematung sesaat, lalu berlalu begitu saja menuju kamar mandi. Berusaha mengabaikan suaminya begutu saja, Namun dengan cepat Angga mencekal lengannya.“Yasmin, saya bertanya sama kamu!” bentaknya dengan suara tertahan.“Ada apa sih, Mas?”“Ada apa? Saya bertanya sama kamu!” teriak Angga tepat di depan wajahnya.Yasmin menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan emosi yang sejak tadi bergemuruh di dadanya.“Aku mau mandi dulu, boleh?” ucapnya pelan, menatap Angga dengan tatapan lembut seperti biasanya. “Badan aku rasanya lengket banget.”“Kamu dari mana saja?” tanya Angga, kini sedikit menurunkan suaranya. “Anak-anak nungguin kamu berjam-jam di sekolah,”“Mereka biasa pulang sendiri, nggak masalah,” sahut Yasmin cuek.“Apa?” Angga menatapnya tak percaya.“Aku mandi dulu. Capek.” Yasmin melepaskan paksa tangan Angga yang mencekal lengannya, lalu melangkah pergi menuju kamar mandi tanpa menoleh lagi.Angga menatap punggung istrinya dengan heran. Tak biasanya Yasmin bersikap sedingi

  • Godaan Papa Teman Anakku   Bab 3

    Taksi yang membawa Yasmin berhenti di sebuah gedung tiga puluh lantai tempat suaminya bekerja, sudah hampir sepuluh tahun Angga mengabdi di sana. Dan sekarang menjabat sebagai menejer produksi. Dengan langkah tegap Yasmin menaiki tangga anak tangga di depan lobby, karena hampir tiap hari ia datang, sehingga para sekuriti sudah mengenalnya dengan baik. "Selama siang, Mbak." sapanya, dengan ramah menyapa dua resepsionis di sana. "Siang, Bu." balas mereka tak kalah ramah. "Titip ini yaa, seperti biasa. Buat pak Angga," Yasmin menyodorkan tas bekal yang di bawanya di atas meja resepsionis. Kedua wanita itu saling sikut, lalu tersenyum kaku menerimanya. "I–iyaa, Bu." "Makasih yaa, saya permisi kalo gitu," Yasmin menganggukkan kepalanya, lalu berbalik beranjak dari sana. Senyumnya tak pernah pudar, setiap langkahnya terasa ringan. Berharap suaminya bisa makan dengan lahap masakannya hari ini. Namun ... Saat akan memesan taksi online, tiba-tiba Yasmin menepuk keningnya sendiri. "Yaa

  • Godaan Papa Teman Anakku   bab 2 Memuaskan diri

    Pagi harinya, seperti biasa Yasmin di sibukan dengan rutinitas paginya menyiapkan sarapan dan memastikan ketiga orang tersayangnya sudah bersiap dengan rapi. Di meja makan sudah tersaji semangkuk besar nasi goreng dan tak lupa telor ceplok kesukaan semua orang. Yasmin tengah mengaduk kopi hitam milik suaminya ketika Angga datang, lalu duduk di kursi biasanya. Wajahnya seperti biasa ... Datar. "Kopinya, Mas." Yasmin menaruh cangkir kopi di hadapan Angga, lalu mengisi piring pria yang hampir berkepala empat itu dengan nasi goreng. "Cukup." ucap Angga, sambil mengangkat tangannya ke udara. "Ooh, oke." Yasmin kembali menyimpan sutil ke mangkuk nasi, lalu melepas apron pink yang sejak tadi melekat di tubuhnya. "Aku lihat anak-anak dulu,""Hemmmm." gumam Angga sambil menyeruput kopinya. Yasmin berusaha menarik sudut bibirnya, lalu memilih beranjak pergi dari sana untuk mengecek putra-putri kesayangannya. Yasmin menaiki anak tangga satu persatu, lalu menuju ke kamar Bianca terlebih da

  • Godaan Papa Teman Anakku   Bab 1 Awal

    Di sebuah rumah sederhana berlantai dua, seorang wanita tengah berias di dalam kamarnya. ia adalah Yasmin yang tengah menunggu sang suami pulang. Yasmin menatap pantulan dirinya di cermin meja rias, jemarinya dengan lembut menyisir rambut sehalus sutra. Ia mengambil lip serum, lalu mengoleskannya perlahan di bibir ranum yang tampak semakin memikat. Setelah selesai, Yasmin bangkit dari duduknya dan berputar pelan. Lingerie hitam yang membalut tubuhnya tampak kontras dengan kulit putih bersihnya. “Heeemmm, wangi…” gumamnya puas, menghirup aroma parfum mahal yang baru saja ia semprotkan di titik-titik sensitif tubuhnya. Matanya terarah pada jam di atas nakas dekat tempat tidur. Senyum terbit di bibirnya ketika jarum panjang hampir menyentuh angka dua belas. “Sebentar lagi Mas Angga pulang… mending aku tunggu di bawah,” ujarnya pelan, sambil meraih jubah satin dan membungkus tubuh indahnya. Dengan langkah ringan, Yasmin meninggalkan kamarnya untuk menyambut suami tercinta. Sebelum

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status