Share

Bab4 - Gemetar

Mereka sudah sampai pada permukaan pukul 09: 45. Suasana airport selalu ramai, mereka berdiri di area masjid hendak memesan uber. Namun belum berhasil mereka memesan uber, datang laki-laki paruh baya menawarkan tumpangan.

“Assalamu’alaikum,” bapak itu mengucapkan salam, dengan logat penduduk Mesir pada umumnya.

“W*'alaikumussalam,” jawab mereka sambil memandangi laki-laki paruh baya itu.

“Apa kalian mau naik taxi saya? Hanya 30 pound saja untuk kalian,” lanjut bapak itu menawarkan taxinya dengan bayaran yang kurang masuk akal, karena hanya separuh yang diminta dari harga biasa yang ditarifkan oleh supir taxi lain.

Inda dan Rena saling berpandangan, tidak yakin dengan bapak itu, mereka hanya tersenyum dan menolak halus tawaran laki-laki yang bertubuh tegap dan masih segar bugar itu.

“tenang, kalian jangan takut, saya Amu Isom, saya biasa memberikan tumpangan pada orang asing seperti kalian ko,” bapak itu meyakinkan mereka karena bukan hanya mereka yang pernah menolaknya, kebanyakan alasannya adalah takut dibohongi, diculik, diperkosa, lalu dibunuh, atau hal-hal buruk lainnya.

“Ini saya ada tulisan dari seorang bisnismen orang Indonesia, bisa kalian membacanya?” lanjut amu Isom sambil menyodorkan kertas kecil yang tertuliskan pujian dengan bahasa Arab dan bahasa Indonesia di kalimat ke dua yang berisi peringatan.

‘masyaallah Amu Isom orang yang sangat baik, hati-hati kalau dimintai pasport jangan mau’

Pesan yang tertuliskan di kertas kecil itu sedikit membuat mereka kebingungan. orang itu memuji, namun juga memberikan isyarat untuk berhati-hati.

Dibacalah tulisan itu berulang-ulang oleh Inda, memperhatikannya lamat-lamat, dan berdiskusi kecil dengan sahabatnya. Malam semakin larut, tidak mungkin mereka memesan uber sedangkan bapak itu masih berdiri di hadapan mereka, sudah menawarkannya beberapa kali pula.

“Oke Amu, kami naik taxi Amu,” akhirnya mereka memutuskan untuk mempercayai amu Isom tersebut.

“Mari ikuti saya,” langkah amu Isom pun diikuti oleh mereka. Tangan mereka saling menggenggam erat, mulut berkomat-kamit berdoa, karena keputusan mereka sungguh terlihat ceroboh.

Taxi yang mereka tumpangi mulai melesak meninggalkan wilayah airport, perjalanan malam memang indah seharusnya, namun perasaan mereka masih dibalut rasa takut pada supir taxi itu.

“Kalian ada pasport?” tanya sang supir memecah hening, dengan melirik kaca spion depan yang mengarah ke arah penumpang.

Inda dan Rena seketika tertegun, inilah aksi amu Isom yang tertulis di kertas kecil itu.

“Untuk apa Amu? Pasport kami susah diambil, karena disimpan di koper,” jawab Inda berbohong.

“Saya mau membeli rokok, dengan pasport harganya bisa diskon 50%,” beber amu Isom.

Namun Inda gagal mempercayai bapak itu, mengingat pesan di atas kertas kecil sana yang juga diperkuat dengan tanda tangan seorang bisnismen Indonesia tersebut di bawah catatannya.

“Maaf Amu, tidak bisa, kami sulit mengambilnya,” tolak Inda.

“Iya Amu, pasport kami ada di antara baju-baju di dalam sana,” sahut Enay membenarkan Inda.

“Kalau kalian tidak mau meminjamkan pasport, kalian turun dari mobil ini!” bentak supir paruh baya itu.

Mereka tersentak, pundak terguncang otomatis ke atas berbarengan, karena gebrakan sang supir pada setir di hadapannya. Sepertinya pengalaman amu Isom mendapati penumpang yang berbohong seperti mereka sudah terlalu sering.

Rena mulai menangis, tangannya dingin menggenggam tangan Inda, sangat ketakutan, Inda pun melakukan hal yang sama, ketakutan.

Perjalanan masih jauh setengah jam ke depan. Tidak mungkin mereka berdua turun di sana, daerah rawan kecelakaan karena kencangnya kendaraan melaju, tidak mungkin mereka mendapatkan tumpangan atau menunggu uber malam-malam hanya berdua. Terlebih mereka adalah wanita. Sangat berbahaya.

“I-ini Amu,” ucap Enay terisak sambil menyodorkan pasport miliknya.

Mobil yang mereka tumpangi kembali melaju. Hingga beberapa menit berjalan, bapak itu membelokkan setir ke suatu gang lalu berhenti di samping hotel besar.

Suasana yang sungguh sunyi, hanya beberapa mobil yang melintas di daerah sana. Ditambah lagi malam sudah larut. Kedua tubuh wanita itu mulai gemetar melihat aksi si supir yang mencurigakan, mulut mereka terkunci oleh rasa takut, tidak bisa berteriak bahkan berucap sepatah kata pun mereka sulit.

“Jangan takut, saya orang baik, kalian juga orang baik. Tolong percayai saya,” sang supir membuka pintu mobil dan mulai meninggalkan mereka.

Mereka pandangi kemana arah supir itu pergi.

“Buka kaca mobil Nay, hubungi PPMI!” dalam situasi seperti ini Inda mencoba untuk tetap tenang dan mulai mencari pertolongan pertama.

Dengan tangan bergetar, mereka masing-masing membuka ponsel dan menghubungi orang-orang terdekat. Mata Inda tidak lolos dari memandangi si supir yang ternyata memasuki sebuah supermarket yang hanya seling 2 rumah setelah hotel.

Beberapa menit berlalu, akhirnya supir itu kembali dengan membawa pasport milik Rena dan kantung plastik putih pekat tidak terlalu besar. Inda sudah berhasil membagikan lokasi terkininya kepada anggota keamanan PPMI melalui w******p sebelum akhirnya supir itu masuk ke dalam mobil

“Terimakasih,” ucap amu Isom santai mengembalikan pasport Rena dan meletakkan plastik putih itu di samping kirinya hingga memudahkan Inda untuk melongok ke dalam plastik yang memang tidak diikat sang supir.

‘hah? Obat? Kenapa membeli obat sampai harus memakai pasport segala?’ batinnya terheran melihat isi kantung plastik tersebut.

Dengan sengaja Inda menyenggol tangan Rena, memberi tahu apa yang ia lihat.

“Obat!” bisik Inda.

“Amu tadi beli apa?” tanya Rena pada sang supir yang sudah tidak tahan dengan situasi ini.

 “Berhenti di mana kalian? Sudah hampir sampai nih,” Supir paruh baya itu terdiam sejenak tak menghiraukan pertanyaan Rena , yang padahal rumah mereka masih ada sekitar 10 menit.

DRRRRRTTTTTT... DRRRRRRRTTTTTT...

Ponsel Inda bergetar, seseorang menghubunginya melalui w******p. Sudah pasti itu adalah salah satu anggota keamanan PPMI yang merespon laporan mereka.

“Halo... Kasih tau info terkait mobil dan supir yang kalian tumpangi sedetil mungkin, kami sudah di dekat tempat kalian berada!”

DEG !

Suara itu...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status