Share

Hasrat Berlebih Suamiku
Hasrat Berlebih Suamiku
Author: Pipit Aisyafa

Meminta Hak

Author: Pipit Aisyafa
last update Last Updated: 2022-06-02 12:17:31

"Bang, kali ini satu kali saja ya," ucapku pelan saat Bang Fardan menuntaskan hasratnya.

"Aku cape, ngurus Dede seharian, kalau harus bergadang rasanya ngga kuat!" Aku mencoba memberi pengertian pada suamiku itu.

"Kamu gimana si, Mel! Empat puluh hari loh aku nahan semua ini. Terus kamu bilang hanya sekali saja!" Dia mengeleng kepala, seolah tak terima atas apa yang tadi aku sampaikan.

"Tapi, Bang ...."

"Ngga ada tapi-tapian! Mandi dulu sana, yang wangi, biar Abang makin semangat!" ucapnya.

Aku tak lagi membantah, rasanya berdebat pun percuma. Bang Fardan selalu meminta di layani dalam semalam minimal tiga kali. Mana setiap habis begitu harus mandi dulu lagi! Bayangkan saja, setiap malam bisa mandi sampai empat kali.

"Pokoknya sehabis itu kamu mandi dan kita begitu lagi mandi lagi! Aku ngga selera kalau begituan belum mandi dulu!"

Itulah kata-kata yang di ucapkan Bang Fardan kala itu, saat pengantin baru, hal seperti itu masih aku sanggupi tapi sekarang?

Aku punya bayi, yang sering ngga nyenyak tidurnya, terlebih jika semalam harus bolak balik mandi. Rasanya tubuhku tak se-fit saat sebelum melahirkan.

"Kenapa masih nglamun! Sana buruan mandi!" bentaknya mengangetkanku. Bergegas aku menuruni ranjang. Sebelum kekamar mandi aku menengok Zia yang tengah tertidur pulas. 

Ah, imutnya ...

Aku bergumam, memandangi bayi yang baru genap berusia 40 hari. Saat akan menjauh, tiba-tiba Zia mengeliat dan tak lama kemudian menangis. Tentu aku langsung mengangkatnya dan memberikan asi.

"Loh! Loh! Kok masih disitu, malah menyusui lagi!" Kembali Bang Fardan berucap. 

"Zia terbangun, Bang. Aku susui dulu sebentar," jawabku pelan, tentu agar Zia tak kaget.

"Terserah kamu! Yang penting buruan mandi, aku mau lagi, pokoknya malam ini harus lima ronde!" bang Fardan berucap sambil menjauh.

Ada titik bening yang menetes dari kedua mataku, bukan aku tak ikhlas memenuhi kebutuhan batinnya, tapi ... Rasanya saat ini belum sanggup untuk memenuhi hasratnya yang menurutku berlebih.

Dengan lemas aku menuju kamar mandi, sudah pukul 11 malam. Kusiram air dingin, rasa dingin langsung menyeruak di sekujur tubuh. Mengigil.

Jarum jam menunjukan pukul setengah satu dini hari. 

"Sana mandi lagi!" Bang Fardan kembali menyuruhku mandi. Rasanya aku tak kuat kalau harus mandi lagi saat ini. Badanku seperti masuk angin. Mungkin karena efek habis bersalin.

"Ngga usah mandi ya, Bang. Dingin, kalau mau lagi ya ayok! Tapi jangan suruh aku mandi lagi. Dinginn ..." Aku berucap sambil menarik selimut. 

"Tidak! Harus mandi dulu!" Bang Fardan menarik selimut hingga membuat tubuhku yang belum terbalut pakaian lengkap mengigil.

Aku tak bisa membantah, kuraih handuk dan bergegas pergi kekamar mandi. Rasa pusing menyergap hingga mual. Aku muntah-muntah. Ini pasti karena masuk angin. Dulu juga pernah begini, tapi tak separah ini. 

Setelah di rasa cukup mengeluarkan isi perut, aku bergegas menguyur tubuhku, tapi baru satu guyuran, tiba-tiba mataku berkunang-kunang dan setelahnya ....

Semua gelap.

Aku tersadar saat mendengar suara tangis bayi. Itu pasti suara Zia. Segera aku bergegas bangun ternyata sudah ada di tempat tidur.

"Makanya kalau ngelayani suami yang ikhlas! Jadi ngga kaya gini." Dengus Bang Fardan. Pasti ia kesal karena aku pingsan tadi.

"Pokoknya besok jangan sampai seperti ini lagi, Mengerti!" Aku hanya tertunduk, ada genangan yang akan tumpah di ufuk mata.

"Sudah, sekarang susuin Zia! Nangis terus tuh!" Segera aku beranjak. Mendekat pada Zia yang tengah menangis sampai merah. 

Tiba-tiba timbul rasa ingin membekap bayi mungil itu. Gara-gara dia, aku jadi kena marah Bang Fardan dan gara-gara dia juga badanku mudah lelah.

Benarkah aku beruntung? Karena Kelin--temanku-- kucurhati tentang hasrat suamiku ini, tapi dia malah bilang itu bagus? Atau sebenarnya malapetaka? Entahlah!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Berlebih Suamiku   Keadilan (TAMAT)

    "Zia, Ma. Zia ...." Amel meraung. Ia tak sanggup saat tadi mendengar jerit tangis pilu anaknya. Lira menelfon Amel dengan menunjukan jika sekarang Zia tengah di siksa karena ulah ayahnya.Lira tak terima di permainkan. Ia mengancam akan membuang Zia kejurang jika Fardan tak mau membayar ganti rugi, atau menikahinya."Amel, yang kuat. Kamu jangan seperti ini!" tentu Riana bingung. Ia sangat takut jika Amel kambali kambuh seperti dulu."Wiwin, Hera!" Riana memanggil orang yang ada di rumah.Bergegas mereka datang dan memapah Amel masuk kedalam rumah."Ambilkan air minum!" ujar Riana. Hera segera beranjak. Ia mengambil satu gelas air mineral."Minum dulu, Mel!" Riana menegakkan badan Amel."Ma, Zia, Ma! Dia di bawa Lira dan berujar akan di bunuh. Bahkan dia juga telah menyiksa Zia hingga dia menangis pilu. Amel ngga kuat!" Setelah mengatakan itu Amel tak sadarkan diri. Telinganya masih berdering suara jerit tangis Zia.Sementara itu, Sanusi kehilangan jejak penculik, dan kehilangan arah

  • Hasrat Berlebih Suamiku   Kasus

    "Mel!" Fardan masuk keruangan. Terlihat Amel dan dokter Maria tengah menggotong Lira yang pingsan."Kok sampai pingsan?" tanya Fardan heran. Sedangkan Amel dan Dokter Maria serius."Maaf ya, Dok. Sudah merepotkanmu!" Amel merasa tak enak. "Sebenarnya ini sudah menyalahi prosedur. Tapi, saya niatkan untuk menolong. Insya Allah tak apa-apa." Dokter Maria tersenyum."Terima kasih banyak, Dok." Fardan tersenyum. Mereka menunggu sampai Lira tersadar."Lira!" ucap Fardan saat Lira tengah memijit keningnya. Mengingat apa yang terjadi pada dirinya sampai berapa disana."Kamu sudah sadar?" Fardan memegang tangan Lira. Seketika Lira teringat akan apa yang membuatnya pingsan."Jangan sentuh aku!" "Loh, kenapa? Amel sudah ikhlas aku menikah denganmu. Kita akan menikah secepatnya ya!" Fardan lebih mendekat pada Lira.Lira menepis tangan Fardan. Ia ketakutan. Bayangan dirinya di siksa oleh Fardan membuat ia bergidik ngeri. Jangan sampai aku jadi pelampiasan nafsu brutalnya. Pantas Amel sampai gil

  • Hasrat Berlebih Suamiku   Roy Tertangkap

    Iryani merasakan dadanya sakit. Sudah dua hari ini ia hanya bisa duduk di tempat tidur. Sedangkan Fardan sibuk mengintai keberadaan Roy. Belum ada kabar dari Wiwin tentang permintaan Wiwin yang ingin bertemu dengan Roy.Hari beranjak sore, Farah yang sudah beberapa Minggu mengurung diri dirumah, tentu merasa jenuh. Ia berniat untuk sekedar jalan-jalan didepan rumah. Perutnya yang buncit ia tutupi dengan dress panjang dan longgar.Tanpa Farah sadari, ia tengah di intai oleh seseorang dari kejauhan. Dengan mata elangnya ia mengamati setiap gerak laangkah Farah.Tiba saatnya Farah menyebrang, sebuah mobil menghantam tubuhnya hingga tersungkur. Ia terkulai di jalan raya hingga tak sadarkan diri."Tolong! Tolong ...." Teriak beberapa orang yang tengah ada di depan taman. Segera orang berkerumun. Darah segar mengalir dari jidatnya dan kakinya juga terlihat darah mengalir. Segera Farah dibawa kerumah sakit.Fardan yang masih di kantor, dapat telfon dari tetangga. Sedangkan Iryani, dadanya m

  • Hasrat Berlebih Suamiku   Tak tik

    Iryani terduduk lemas, ia tengah mengatur nafasnya agar normal kembali. Jantungnya berpacu dengan keras membuat sakit di dada sebelah kiri.Ia tengah bimbang, di hadapankan pada dua pilihan yang sulit. Bagai nemu buah simalakama. Maju kena mundur apa lagi?Fardan duduk dengan menyenderkan tangannya pada dengkul. Ia kesal karena ulah ibunya, ia harus menanggung malu dan sekarang harus rugi."Ini semua salah Ibu!" Fardan mengusap wajahnya kasar. "Dari masalah Amel, sekarang masalah Lira! Semua karna Ibu!" Fardan berdiri, meninggalkan Ibunya yang masih terus memegangi jantungnya. Ia sudah muak dengan semua ulah yang dilakukannya.Masalah Farah yang belum menemui titik terang saja membuat beban mental tersendiri. Kali ini harus ditambah ulah Lira yang nyatanya berhati iblis. Tentu membuat Iryani makin kesulitan untuk dapat bernafas dengan lega. Wanita yang seharusnya hidup damai di hari tuanya justru makin membuat ia tertekan.~~~Fardan menemui Wiwin. Ia ingin tahu pasti di mana rumah R

  • Hasrat Berlebih Suamiku   Lintah darat

    Roy memapah Wiwin menuju mobil, ia sedikit kesusahan. Saat tengah memapah menuju mobil. Fardan menabrak lengan Wiwin karena tak fokus. Fokusnya kedepan pada orang yang tengah duduk di kafe."Maaf!" Fardan memegang pundak Wiwin. Rambut Wiwin yang tergerai menutupi wajahnya hingga Fardan tak mengenali. Namun, ia tersentak dengan baju yang di gunakan."Amel!" Ia menyebut nama Amel. Membuat Roy seketika menoleh. Mata Roy dan Fardan beradu. Fardan sadar dengan orang yang ia cari. Dia sekarang ada di hadapannya."Kamu!" Fardan langsung menarik tangan Roy, hingga Roy melepaskan Wiwin."Aduh!" Wiwin mengaduh saat jidatnya membentur lantai.Tentu Fardan menoleh, kesempatan itu di gunakan Roy untuk melarikan diri. Fardan ingin mengejar Roy, tapi ia tak tega melihat wanita yang jatuh terjerembab tadi."Kamu ngga papa, Mbak?" Fardan mengangkat bahu Wiwin yang setengah sadar. "Wiwin!" Fardan kaget, saat rambut Wiwin tersibak dan mendapati jika ternyata adik iparnya yang ikut jadi korban Roy.Seg

  • Hasrat Berlebih Suamiku   Penjahat kelamin

    "Silahkan masuk, Pak!" Fardan mencium tangan mertuanya."Silahkan duduk, tak perlu segan." Kembali Fardan berucap karena melihat Sanusi yang tengah mengamati rumah."Tentu, buat apa segan di rumah anak sendiri!" Sanusi menjawab dengan melirik Iryani yang berdiri tak jauh dari Fardan."Bagaimanapun, rumah ini milik Amel juga. Masih ada haknya. Kamu tak lupa kan, Dan. Dengan uang siapa rumah ini akhirnya lunas kebeli?" Sanusi sengaja menekankan kata di akhir. Ia ingin Ibu Fardan tahu diri."Ten-tentu, Pak. Saya juga tak pernah mengaku jika ini rumahku. Ini rumah Zia. Rumah anakku." Fardan akhirnya berucap demikian. Ia malu dengan apa yang baru saja di sindiran oleh Sanusi."Bagus memang harus begitu, jangan main ambil. Kalau kamu memang butuh mobilmu! Ambil siang dengan baik-baik. Jangan jadi pencuri!" Sanusi langsung menuju pokok permasalahan. Iryani salah tingkah, ia kemudian memilih untuk meninggalkan tempat itu."Bu! Mau kemana? Tak usah buatkan saya minuman!" ujar Sanusi. Ia tahu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status