CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKU
PART 33
Berkecamuk sekali dada ini penuh dengan pertanyaan yang terus mendesak.
Pasti pemilik rumah ini tahu tentang foto itu.
Tanganku mengepal penuh keringat. Menunggu kedatangan Bu Marni yang tak lama datang dari arah belakang.
"Ini tehnya, silakan diminum. Maaf saya tidak punya makanan yang enak," kata wanita itu sembari meletakkan tiga cangkir berisi teh di atas meja.
"Bu, sebelumnya saya mau tanya mengenai foto ini. Siapa anak kecil ini, Bu?" tanyaku menunjuk ke arah pigura.
"Em, itu … Kakak
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUPart 34Mata Papa langsung terperangah melihat siapa yang datang."Ma-Marni, ka-kamu …."Terlihat dari perangai Papa, ia dengan jelas kenal dengan Bu Marni. Apalagi sorot mata itu tak bisa terelakkan lagi.Tiba-tiba, tangan Mama juga reflek mendekapku erat. Ada apa sebenarnya? Kenapa kedua orangtuaku begitu kaget sekali melihat kedatangan Bu Marni?"Kenapa kau membawa wanita itu ke sini, Vina?" tanya Papa menatapku tajam."Papa sama Mama jelaskan saja sama Vina. Apa yang sebenarnya terjadi. Aku bukan anak kandung kalian 'kan?!" Kutatap dua orang ini bergantian. Kali ini, aku amatlah sangat in
GUNDIK SUAMIKUPart 35"Kenapa ngerem mendadak, Pan?" tanya Bu Marni. Kami semua tentu kaget atas kejadian tadi."Em, nggak pa-pa, Bu. Hanya saja, mungkin Vina udah nggak mau lagi rujuk sama nih orang." Panji kembali melakukan mobilnya."Ya, kalau gitu semua terserah Vina saja." Bu Marni menoleh ke arahku.Sungguh, sampai sekarang aku belum bisa menerima kenyataan. Bahwa dialah Ibu kandungku yang sebenarnya. Bagiku, Ibu kandungku ya hanya Mama Sari seorang.*Sepulang dari Jogja. Langsung kurebahkan tubuh di atas ranjang. Rasa lelah juga s
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 36Semua seperti mimpi. Begitupun ketika aku kehilangan sosok ini di waktu dahulu. Sekarang, ia hadir kembali dalam rengkuhan ini. Aku … benar-benar akan meluapkan seluruh kesedihan juga kerinduan yang telah lama mengendap dalam dada."Meski mustahil. Nyatanya, hangat pelukan ini masih sama seperti dahulu." Aku berkata, sembari mendengarkan irama detak jantung yang berdegup menenangkan kegelisahan ini."Aku telah lama menahan semuanya, Vin. Dan aku mau minta maaf padamu, karena telah menjadi pengecut yang bersembunyi di balik topeng kepalsuan. Dari awal aku ingin jujur ketika aku menyusulmu ke kota ini, tapi ternyata … hidupmu begitu rumit dengan adanya Ari dan Marisa di sekelilingmu.
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 39"Waalaikumsalam …," ucapku agak tertahan.Yang datang ialah Panji dan Mas Ari. Kenapa mereka bisa bebarengan begini ya?"Masuklah," pintaku."Minal aidin wal faizin, Vin." Panji berucap sembari bersalaman denganku."Sama-sama, mohon maaf lahir dan batin juga ya," kataku dengan senyum ramah.Aku dan Mas Ari juga melakukan hal yang sama. Kami pun bersalaman. Melebur kesalahan yang pernah tercipta di antara kami. Semoga di hari yang Fitri ini mampu membuat hati kembali suci dengan
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 38Kembali kuletakan tangan Ibu di pangkuannya. Kutata tangan itu agar menangkup tangan satunya yang telungkup.Aku langsung syok, melihat telapak tangan Ibu yang telungkup. Di sana ada decak darah entah dari mana asalnya."Bu, ini darah apa?"Ibu langsung terbangun dengan wajah pucat."Em, bukan apa-apa, Nak," elaknya. Aku tahu kalau saat ini Ibu tengah berbohong padaku.Tangan kurus itu secepat kilat disembunyikan oleh Ibu di samping kirinya."Darah apa, Vin?" Panji yang
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 39"Nggak Vin, aku nggak rela kamu pergi sendiri. Lagian aku takut kalau Ari nanti sewaktu-waktu bikin masalah sama kamu." Ya ampun, dia malah nuduh orang yang jelas-jelas tadi pagi sudah meminta maaf."Udah ayok! Keburu sore." Panji mengajakku segera bergegas pergi ke rumah Ibu untuk mengambil barang-barang Ibu."Iya, iya, ayo berangkat." Kuiyakan dia. Dan kami berdua lekas menaiki mobil. Tak lupa mengunci pintu dari luar. Ya, karena Ibu juga lagi di kamar istirahat. Jadi nggak mungkin aku membiarkan pintu rumah ini nggak dikunci. Takut ada orang asing yang nyelundup masuk.Jalanan menuju rumah Ibu Marni agak jelek. Banyak batu kerikil yang berserakan di tenga
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 40"Vina, Ibumu ….""Ibu baik-baik aja 'kan?!" Segera kusahut ucapan Panji yang menggantung."Tenang Vina, Bu Marni hanya pingsan kok. Kalau kamu punya minyak kayu putih, bawa sini," titahnya."Bentar ya." Aku berlari kecil ke luar dari kamar untuk mencari minyak kayu putih di kotak obat yang berada di dapur.Benda berbotol kecil seukuran jari jempol itu lekas kubawa ke kamar Ibu."Ini minyak kayu putihnya, Pan." Botol kecil itu kuangsurkan pada Panji yang duduk di bibir ranjang samping Ibu berbaring.Panji mengoleskan minyak itu ke ujung jari telunjuknya. Lalu perlahan di dekatkan ke hidung Ibu.Beberapa saat menunggu, akhirnya jemari Ibu mulai bergerak-gerak."Alhamdulillah &he
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 41Guk! Guk!Astaghfirullahaladzim! Jantungku hampir melompat. Sumpah demi apa pun aku kaget setengah mati. Dan langsung lari ke dalam rumah.Pintu terbanting dengan keras karena saking kagetnya aku. Naik turun dada ini sambil bersandar di daun pintu sembari mengatur napas yang ngos-ngosan.Yang menggonggong tadi anjing tetangga sebelah. Ya Allah, bikin kaget aja. Mana pas momen mati lampu mencekam begini.Kuurungkan niatku untuk melihat meteran listrik. Dan berlari dengan senter HP untuk ke kamar Ibu lalu tidur sampai besok pagi.***