Ikhtisar Warning!!! Cerita ini hanya untuk dewasa 21+ Hubungan kakakku mbak Lara dengan suaminya mas Dika akhir - akhir ini kurang baik. Mereka seringkali cekcok ketika bertemu. Mbak Lara yang sibuk dengan pekerjaannya membuat mas Dika tidak terima. Sebenarnya mas Dika hanya merindukan sentuhan mbak Lara. Mas Dika hanya ingin bercinta dengan mbak Lara yang sudah lama mbak Lara kasih. Karena mbak Lara selalu menolak untuk berhubungan dengan alasan capek. Pada suatu malam ketika aku dan mas Dika hanya tinggal berdua di rumah. Mbak Lara pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan. Mas Dika dan aku bercumbu melepaskan hasrat mas Dika yang sudah lama dia tahan. Kami bercinta layaknya sepasang suami istri yang berhubungan intim. Aku menggantikan posisi mbak Lara untuk melayani nafsu sahwatnya mas Dika.
View MoreAku terbangun dalam tidurku. Kuraih handphone yang terletak di atas laci yang ada di sebelah ranjang tempat tidur. Hari menunjukan pukul 01.20 dini hari. Aku pergi keluar kamar menuju dapur untuk mengambil air minum karena aku haus. Kulangkahkan kaki perlahan keluar kamar. Di perjalan menuju dapur, aku di kagetkan dengan suara seseorang. Aku pikir itu mungkin dari kamar kakakku yang letaknya berdekatan dengan kamarku. Tapi aku salah, suara itu ternyata bukan dari kamar kakakku mbak Lara. Akupun penasaran dengan suara itu. Aku terus telusuri darimana suara itu berasal. Suara itu sangat kuat berasal dari ruang tamu yang ada di depan. Ku segerakan mengintip siapa yang membuat suara itu. Alangkah kagetnya aku melihat ada seseorang yang duduk di sofa ruang tamu.
Orang itu adalah mas Dika, ia sedang melakukan sesuatu yang membuat mataku terbelalak. Ya, mas Dika sekarang dalam keadaan telanjang dan mengusap - usap alat kelaminnya sambil menonton sebuah video dari handphonenya. Kurasa mas Dika sedang menonton video panas. Kulihat mas Dika sangat menikmati sekali saat dia menonton video itu. Dimulutnya terdengar suara desahan yang sangat kuat. "Aahh...hmmms... Ohhh... Mhmm..." Desah mas Dika. Dia terus mengusap alat kelaminnya itu. Tampak sesekali mas Dika memberikan cairan pelumas di alat kelaminnya itu. Yang membuat aku terbelalak, batang kemaluannya itu sangat besar. Aku belum pernah melihat kemaluan sebesar itu. Mungkin panjangnya lebih dari 17 cm. Mungkin saja mencapai 20 cm. Dan ukurannya juga sangat luar biasa. Mas Dika terus mengocok - ngocok batang kemaluannya yang super itu. "Ohhhh... Ssstthhh... Aahh....." Mulut mas Dika seakan tak bisa diam. Dia menggigit halus bibirnya yang merah itu. Aku terdiam berdiri melihat mas Dika yang sedang masturbasi. Aku terpelongo memandang tubuh mas Dika yang sangat seksi itu. Di tubuhnya mengeluarkan keringat, sehingga tampak tubuhnya mengkilat dan membuat aku terlena. Aku sangat menikmati pemandangan indah ini. Ketika melihat mas Dika sedang telanjang bulat dan memainkan batang kemaluannya itu. Badanku seakan terasa panas. Mungkinkah aku sedang bergairah menononto mas Dika yang tengah bermasturbasi. Aku tak tahu entah perasaan apa ini yang timbul dalam benakku. Aku seakan terbawa melayang dalam gairah yang seharusnya tidak boleh aku rasakan. Mas Dika adalah suami kakakku, mbak Lara. Aku tak mungkin menyukai mas Dika dan menikung kakakku sendiri. Tapi perasaan tak bisa aku bohongi. Aku memang mengagumi sosok abang iparku ini. Betapa beruntungnya mbak Lara mendapatkan suami seperti mas Dika. Orang sangat gagah, tubuhnya sangat proposional dan dia juga orang yang sangat baik. Ditambah lagi dia memiliki sesuatu yang sangat di sukai banyak kaum wanita. Ukuran alat kelaminnya yang diatas rata - rata pria pada umumnya. Mas Dika terus mengerang dan mendesah menikmati permainannya sendiri. Andai saja kalau aku yang jadi isttinya, tentu aku tak akan melewatkan kesempatan ini. Akan ku datangi mas Dika dan melahap kamaluan mas Dika yang super itu. Tak sengaja aku ikut mendesah mendengar dan melihat mas Dika mendesah. Kuraba - raba dadaku dengan tangan kananku yang semakin membusung melihat tubuh mas Dika itu. Tangan kiriku kemudian mulai turun menyentuh kemaluanku sendiri dan mulai mengusap - usapnya. Kurasakan ada cairan lendir yang keluar dari belahan selangkanganku itu. Aku ikut terbawa suasana menonoton mas Dika yang lagi masturbasi itu. "Oohhh mas Dika" rintihku dalam hati. Aku mulai menggigit halus bibirku. Aku sangat menikmati tontonan gratis secara live itu. Mas Dika membuatku makin bergairah. Aku membayangkan seandainya mas Dika yang menjadi suamiku, berapa beruntungnya aku bisa menikmati tubuh yang indah itu. Aku merasakan di genjot dengan senjata mas Dika itu, pasti sangat nikmat sekali. Aku makin kepanasan, tubuhku mengeluarkan cairan keringat yang mulai membasahiku. Rasa haus yang tadi menerpaku, kini hilang digantikan rasa yang belum pernah aku rasakan selama ini. Aku memang pernah melihat tubuh telanjang seorang pria, tapi itu hanya berupa foto ataupun video. Sekarang aku melihatnya secara nyata, tepat di depan mata kepala ku sendiri. Dan yang tak pernah aku duga sama sekali, orang itu adalah mas Dika suami kakak kandungku sendiri. Aku rasa tidak tahan lagi, nafasku mulai tak terkendali. Mataku seakan tak mau berkedip untuk melewatkan pemandangan yang indah ini. "Ohh mass Dika!" Aku mendesah menikmati. Cukup lama aku menonton mas Dika, sampai mas Dika melenguh menikmati tangannya sendiri. "Ouuhhh... Hhhmmm..." Mas Dika telah mencampai puncaknya. Kulihat mas Dika menyemprotkan air maninya dengan kuat. Pinggulnya dia angkat - angkat saat ia menembakkan cairan putih kental miliknya itu. Sialnya aku, pada saat mas Dika sedang menikmati keluarnya cairan - cairan kentalnya. Aku tak sengaja membuat suara. Aku menyentuh vas bunga yang ada diatas meja hingga terjatuh. Mas Dika kaget dan menghadap kearahku. "Elsa! Kamu ngangapain disitu?" Ucap mas Dika terbata - bata. Ia kemudian bangkit dalam keadaan telanjang bulat dihadapanku. Kulihat batang kemaluan itu masih saja tegang dan besar. "E e enggak Mas! Tadi aku nggak sengaja menjatuhkannya? Mamaksud aku, aku tak sengaja melihat Mas disini." Akupun merasa sangat grogi ketika ketahuan sama mas Dika. Mas Dika kemudian mengambil celananya dan memakainya buru - buru untuk menutupi kemaluannya yang sudah mulai layu. "Sejak kapan kamu ada di sana Elsa?" Mas Dika penasaran sejak kapan aku melihatnya sedang masturbasi. "Babaru sebentar Mas! Tadi aku haus dan ingin ambil minum kebelakang, tapi aku mendengar sesuatu di sini dan melihat mas sedang itu... Anu Mas!" Aku masih terbata - bata menjawab pertanyaan mas Dika. "Ya sudahlah Elsa. Kamu lanjut saja ambil minumnya! Kemudian kamu lanjut tidurnya. Hari masih malam!" Mas Dika menyuruhku pergi meninggalkannya. "Babaik Mas!" Aku sangat salah tingkah memandang mas Dika. Aku juga merasa sangat bersalah dengan mas Dika. Aku pikir mungkin dia sangat malu ketahuan olehku kalau ia sedang bermasturbasi sendiri. Aku buru - buru pergi ke dapur untuk mengambil segelas air minum. Kutegak sekaligus air putih itu. Dan kuambil lagi, terus aku minum. Entah berapa gelas aku minum, rasanya perutku langsung kenyang karena minum. Aku kembali masuk ke kamarku. Aku tak mau memperhatikan mas Dika lagi. Karena aku juga merasa sangat malu karena ketahuan olehnya sedang mengintip dirinya. Di dalam kamar aku langsung merebahkan badanku diatas ranjang. Mas Dika masih terbayang dalam ingatanku. Aku masih belum bisa melupakan kejadian tadi. Tubuh mas Dika yang sangat seksi itu terus terngiang - ngiang dalam benakku. Aku juga masih membayangkan bagaimana ekspresi wajah mas Dika saat dia melakukan masturbasi di hadapanku. Wajahnya yang ganteng itu sangat menggoda. "Oh mas Dika! Seandainya kamu milikku!" Aku masih saja menghayalkan mas Dika kalau aku adalah istrinya, bukannya mbak Lara.Aku dan mas Dika segera masuk ke dalam rumah. Setelah mencoba untuk menerima semua yang telah terjadi dan berusaha untuk mengulang kembali lembaran baru. Seperti mas Dika dan mbak Lara yang membuka lembaran baru kembali dan melupakan kejadian yang lama. Aku merasa sedikit tenang dan lega lagi setelah mendengar dan bercerita dengan mas Dika di dalam mobil tadi. Untungnya tadi nggak ada mobil bergoyang walaupun aku sedikit berharap sih. Tapi ya sudahlah, mungkin mas Dika sudah sadar dan memilih untuk berbaikan dengan mbak Lara. Aku tidak masalah. Yang penting masDika dan mbak Lara bahagia. Itu sudah cukup bagiku. Perjalananku masih panjang untuk menemukan cinta sejati ku. Mungkin saja Revan yang menjadi cinta sejati ku. Aku akan menerima Revan dalam hidupku. Walau Revan bukan kriteriaku, tapi aku tak masalah.Revan sangat baik padaku.Aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Aku ingin merilekskan diri dengan air yang hangat. Aku ingin merenggangkan seluruh otot - ototku y
Suasana kembali canggung antara aku dan mas Dika. Kali ini bukan tentang mbak Lara, tapi kali ini adalah tentang Revan yang baru mas Dika ketahui menjadi pacarku. Mas Dika tidak mau membuka pembicaraan denganku. la lebih memilih diam dan tak mengeluarkan kata - kata sedikitpun."Mas! Mas marahya?" Tanyaku yang mencoba memulai pembicaraan."Nggak! Kenapa Mas harusmarah?" Elak mas Dika balik."ltu mas Dika diam saja dari tadi!" Balas ku. "Nggak kok! Mas biasa saja! " Ujar mas Dika lagi. Suasana kembali sunyi sepi. Hanya suara kendaraan yang lalu lalang yang aku dengar. Mas Dika sepertinya benar - benar cemburu. la bahkan tidak seperti yang tadi. Mas Dika yang rewel sudah tidak ada lagi suaranya aku dengar saat ini."Revan itu orangnya yang mana?" Setelah sekian lama diam, akhirnya mas Dika membuka suara lagi. Walau hanya sebuah pertanyaan, tapi terlihat jelas kalau mas Dika sebenarnya memang lagi cemburu."Itu! Yang dulu pernah ngantar aku ke rumah!" Jawabku singkat."Yang mana?"
"El! Kamu mau makan apa?" Tanya mas Dika padaku yang sedang menyetir."Terserah!" Jawabku."Kalau makan soto gimana?" Tanya mas Dika memberi usulan."Nggak mau Mas! Cuaca lagi panas!" Jawabku menolak."Loh! Katanya terserah! Sudah dipilihkan, malah menolak!" Ucap mas Dika."Ya selain soto lah Mas! Gimana sih? Nggak peka amat!" Balasku judes."Kalau begitu kita makan sate saja El! Gimana?" Ucap mas Dika kembali sambil memberi ide."Nggak ah Mas! Perutku lagi mules. Aku diare!" Ucapku kembali menolak usulan mas Dika."Oh. Kalau junk food?" Tanya mas Dika memberi usulan lagi."Nggak ah Mas! Nggak sehat!""Kalau japanese food?""Aku nggak suka Mas!""Korean food?""Juga nggak suka Mas!""Pizza?""Apalagi itu Mas! Aku nggak suka!""KFC? Macdonald? Burger King?....""Aku nggak suka Mas! Cari tang lain saja!" Ucapku yang menolak semua usulan dari mas Dika."Katanya terserah! Mas pilihkan, kamu malah tolak semua? Jadi kamu maunya makan apa?" Tanya mas Dika yang sudah putus asa."Nasi goreng!"
Aku segera buru-buru untuk pergi ke sekolah. Aku rasa aku sudah terlambat untuk pergi ke sekolah. Aku segera keluar dan berlari keluar."El! Mau kemana?" Tanya mas Dika yang melihatku sedang tergesa-gesa."Mau kemana lagi Mas! Ya ke sekolah lah! Mas nggak lihat aku sudah terlambat!" Ucapku sambil mengomel."Oh sudahlah!" Ucap mas Dika."Aku pergi dulu Mas!" Ucapku pamit pada mas Dika. Aku segera menuju mobilku dan segera tancap gas. Aku saking takutnya telat, aku tidak sempat untuk memanaskan mobilku. Aku tak peduli, yang penting aku dengan cepat sampai di sekolah."Sial! Aku kenapa bisa telat bangun gini? Mas Dika juga tidak membangunkan ku!" Aku mengomel seorang diri. Dan sesekali melihat jam yang ada di tanganku."Aduhhh... Sudah jam delapan ini! Aku sudah fix ini telatnya. Mana guru piketnya yang paling galak lagi! Belum lagi tingkahnya yangcabul! Habis aku dibikinnya!" Akumakin gemetaran karena takutterlambat.Aku segera ngebut membawa mobilku. Dengan keahlian mengendarai ku,
Mas Dika terlalu dekat denganku. Wajahnya yang manis, ditambah dengan penerangan dari ponsel. Itu membuat mas Dika makin ganteng menurutku. Aku tak sabar lagi ingin melumat bibirnya itu dengan segera. Sepertinya candu dalam diriku sangat susah hilang. Karena ada saja kesempatan untukku bisa berduaan dengan mas Dika.Dengan jarak sedekat ini, aku bisa saja melayangkan ciumanku pada mas Dika. Abang ipar aku itu benar - benar menggoda. Aku yakin, siapapun dalam kondisi ini tidak akan bisa bertahan untuk segera melumat bibir indah milik mas Dika itu."Mas Dika benar - benar sempurna!" Pujiku dalam hati. Seketika aku kembali tersadar kalau aku tidak boleh terbawa godaan. Namun setan dalam hatiku terus berbisik untuk segera mencumbu mas Dika yang sedang konsentrasi itu. Imanku seakan naik turun secara drastis."El! Sekarang kamu ngerti kan?" Tanya mas Dika yang seketika lamunanku jadi buyar."Eh iya Mas! A ha!" Jawabku tiba - tiba."Apanya yang ita El?" Tanya mas Dika kembali."Itu... A...
Aku memutuskan menerima bantuan mas Dika untuk menyelesaikan tugas fisika yang membuat otakku buntu itu. Tapi aku masih berusaha untuk menahan diri agar tidak terlalu dekat dengan mas Dika. Karena kalau sampai aku dekat - dekat dengannya, aku pasti akan tergoda lagi. Apalagi pesona mas Dika sudah meracuni pikiranku."Ayo geser sini! Ngapain jauh - jauhan begitu duduknya? Mas susah untuk menjelaskan sama kamu! Sudah dekat saja otakmu masih susah menerima penjelasan dari Mas! Apalagi kalau jauh begitu duduknya!" Ucap mas Dika yang memintaku untuk mendekat duduknya dengan dirinya."Iya iya!" Ucapku judes. "Makin dekat duduknya makin nggak bisa otakku menerima pelajaran darimu Mas!" Ucapku dalam hati. Aku kemudian menggeser dudukku dekat mas Dika. Kemudian mas Dika mengambil buku ku dan mempelajarinya terlebih dahulu lalu mengajarkan kembali padaku."Sini bukunya! Mas pelajari dulu sebentar!" Ucap mas Dika yang langsung mengambil bukuku dari tanganku. Aku membiarkan mas Dika mempelajari s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments