Setelah puas berkeliling menjelajahi pusat perbelanjaan itu aku pulang dengan beberapa barang yang kuperlukan. Dan setibanya di kamar pribadiku, kurebahkan diriku sebelum tenggelam dalam tidurku mengingat tubuh ini mulai kelelahan akibat hasrat yang belum sepenuhnya tersalurkan akibat ulah Roger yang hanya menggodaku tanpa mau bertanggung jawab.Yes, call me munafik atau sebagainya. Aku sudah tidak peduli. Aku yang sudah berusaha menghilangkan pikiranku tentang hal mesum seperti itu kembali mengingat masa di mana tubuh atletis Roger mendominasiku dengan tatapannya yang penuh dengan hasrat. Menghabiskan waktu dengan menyibukkan diri ternyata tidak mampu membuatku melupakan momen menegangkan itu.Aku mengerang kesal dengan diriku sendiri untuk mengeluarkan amarah dan rasa malu yang menumpuk dalam hatiku. Jadi seperti ini rasanya kembali menginginkan seseorang? Bukan mengenai perasaan cintanya melainkan hanya sebagai pemuas hasrat yang sudah lama terpendam.Semua ini karena kau memberikan
"Apa maksud Daddy?" Tanyaku yang berusaha untuk tetap tampil tenang.Apa Rayes sudah mengetahui tentang Roger? Apa dia menyadari kebohonganku barusan? Tapi, mau sampai kapan aku menutupi hal ini dari Rayes? Perlukah aku membuka rahasiaku kalau aku juga mempunyai Sugar Daddy lain selain dirinya?"Apa kamu yakin yang barusan itu bukan pria yang berusaha membuat modus denganmu? Maksud Daddy, kamuka punya kelebihan menarik perhatian lawan jenis. Apa tadi bukan orang iseng?" Tanyanya kembali merapikan anakan rambut di dahiku."Tidak Daddy, orang itu salah kamar. Aku yakin." Jawabku mencoba meyakinkannya."Lalu kemana perginya buket bunga Daddy? Daddy tidak melihatnya di manapun." Tanyanya mengedarkan pandangan ke sekeliling kamarku."I-itu Daddy yang kirim?" Tanyaku berusaha tampil seolah sedang terkejut."Memangnya kamu punya orang lain yang memanggilmu sangat romantis seperti itu?" Tanyanya dengan alis yang terangkat satu."Dearest Anna?" Tanyaku sambil mencoba tersenyum alami."Apa itu t
Rayes dengan sigapnya segera mengangkat tubuhku yang masih belum menggunakan celana tidurku untuk segera naik ke atas tempat tidur. Ia lalu merangkak dan menahan dirinya di atasku. Nafasnya berderu seolah sedang menenangkan bara api yang sedang menumpuk di dalam dadanya. Aku bisa merasakan senjatanya yang sedang mengeras tepat di atas perutku. "Kenapa kau melakukannya? Apa kau sengaja memancingku?" Tanyanya menatap kedua netraku. "Aku hanya melakukan apa yang kau lakukan, Daddy." Jawabku. Rayes menggigit bibirnya dan menutup kedua matanya. "Melihatmu seperti ini dan memanggilku dengan sebutan itu, membuatku kehilangan kendali atas tubuhku sendiri. Baby, kamu harus bertanggung jawab." Ucapnya yang mulai menarik dan melepaskan baju tidurku. "A-apa?! Ta-tapi kenapa??" Bingungku yang mencoba menahan gerakan Rayes yang tengah sibuk melucutiku. "Kamu tidak seharusnya melakukan hal al yang bisa memancing nafsu seorang pria. Itu kesalahanmu, Baby." Jelasnya yang semakin cepat melepaskan
Bau sedapnya makanan membangunkanku dari tidur nyenyakku. Saat kubuka kedua mataku, sosok Rayes sudah menghilang dari sisiku. Aku segera beranjak dan mencari sososknya yang sedang menata makanan yang cukup banyak di meja depan televisi. Ia tampak tersenyum saat melihatku menghampirinya. "Selamat pagi, Baby." Sapanya. "Mornin'. Ada apa ini?" Tanyaku. "Kamu harus sarapan sayang." Balasnya tersenyum lalu mendorongku untuk duduk di sofa. Sayang? "Daddy akan pulang hari ini. Maaf Daddy belum bisa tinggal lebih lama denganmu." Ucapnya mendudukkanku di sofa. "Tidak apa Daddy. Aku mengerti. Lagi pula aku juga akan sibuk hari ini." Balasku. Rayes tersenyum dan duduk di sebelahku. Ia lalu mengambil piring dan menyendokkanku nasi serta lauk pauk yang terlihat sangat menggiurkan. "Here you go. Selamat makan." Ucapnya. Kenapa dia bersikap lebih manis? Apa moodnya sedang sangat bagus hari ini? Tanpa bertanya lebih lanjut aku segera menghabiskan sarapanku ditemani Rayes yang juga ikut meng
Kegiatan pelatihanku berjalan seperti biasa. Tidak ada yang spesial. Meski terkadang aku sangat risih dengan tatapan Mike yang secara tidak langsung bersinggungan dengan tatapanku berkali-kali. Jangan besar kepala Anna. Dia tidak sedang melihatmu. Mungkin dia sedang kesal saja mengingat kau hampir mempermalukannya di depan umum sebanyak 2 kali. Aku hanya perlu menghindari sosoknya semampuku. Aku kembali ke kamar setelah menyelesaikan segala urusan pelatihanku, sampai saat ponselku berdering karena Rayes mengirim sebuah pesan singkat yang menyuruhku untuk bersiap karena ingin membawaku makan malam sebagai permintaan maaf karena tidak bisa menemaniku lebih lama. Sebenarnya tidak masalah karena aku juga tidak menuntutnya harus selalu bersamaku. Tanpa menyia-nyiakan waktu aku segera mempersiapkan diri dengan berpenampilan sebaik dan sesopan mungkin. Tidak pernah tau kemana Sugar Daddy-ku yang satu itu akan membawaku. Aku berharap tidak penampilanku sesuai dengan lokasi yang di tuju oleh
Suasana angin laut yang berhembus semakin kencang membuat Rayes membawaku untuk masuk lebih dalam ke arah ruangan istirahat setelah menikmati hidangan makan malam tadi. Tampaknya ia sudah berusaha untuk mengatur suasana sampai sedemikian rupa hingga tidak ada suara orang lain sedikitpun di sekitar kami berdua. Instingku berkata kalau dia berniat untuk melakukan sesuatu padaku malam ini. "Hm? Daddy?" Tanyaku yang mencoba meyakinkan firsasatku. "Yes Baby?" Ia berpaling saat tengah sibuk menuangkan segelas wine untukku. "Kemana semua orang? Apa cuma kita berdua di dalam kapal ini?" Tanyaku. "Tentu saja tidak sayang, mereka berada di ruang kemudi. Kita akan berlayar sebentar sebelum kita pulang." Jawabnya. Aku menerima segelas wine yang Rayes berikan padaku. "Apa tidak masalah?" Tanyaku menatap gelas wine itu. "Daddy rasa segelas saja tidak masalah." Jawabnya mendentingkan gelasnya pada gelasku. Aku tersenyum menatapnya yang menyesapi gelas wine-nya secara perlahan. Aku ikut melaku
Malampun semakin pekat. Rayes bersama dengan orang kepercayaannya yang menyelamatkanku waktu itu mengantarkanku kembali ke hotel. Awalnya Rayes tidak berniat untuk mengantarkanku pulang seperti ini. Namun setelah kejadian kecil yang terjadi setelah peraduan kami itu, Rayes tampak merasa sangat bersalah padaku. Ia terus melontarkan pertanyaan yang sama, yang aku sendiri tidak tau apa jawabannya. Tangan Rayes tidak pernah lepas memelukku. Ia terus menatapku khawatir karena ulahku yang memilih untuk meneguk beberapa gelas wine untuk menghilangkan rasa penyesalan yang terus mengganggu perasaanku. Apa aku sudah melakukan kesalahan yang kedua? Sama seperti yang kulakukan pada Jerry waktu itu? Kuharap tidak. Karena Rayes terus mengucapkan kata-kata bahwa dia tidak akan meninggalkanku. Sesampainya di hotel, Rayes masih sempat membuatku menatap netranya. "Daddy minta maaf belum bisa menemanimu malam ini, sayang. Tapi janji pada Daddy kalau kamu akan baik-baik saja. Langsung masuk ke kamar da
Roger menemaniku membersihkan diri sebelum membawaku naik ke atas kasur untuk tidur dalam pelukannya. Tidak sedikitpun dia mau membahas apa yang sudah kulalui malam ini. Dia terus memperlakukanku semakin manis dengan segala macam sentuhan dan ucapannya yang membekas dengan sangat baik di hatiku. Tangan Roger terus menepuk-nepuk tubuhku untuk menenangkan pikiranku dan mengantarkanku masuk ke dalam mimpi indahku. Hingga pagi menyapa, Roger membangunkanku dengan segelas teh hangat andalannya di hadapanku. Matahari belum muncul terlalu tinggi dan Roger sudah menyiapkan segala macam menu sarapan hari ini. "Good morning, Sunshine. Bagaimana tidurmu?" Tanya Roger saat tanganku meraih gelas teh yang disodorkannya. "Thank you, Daddy. Maaf sudah banyak merepotkanmu." Ucapku meneguk minumannya. Roger duduk di sampingku dan terus mengelus kepalaku. "Tidak Baby. Sudah menjadi tugas Daddy untuk menjagamu. Jujur Daddy memang kecewa karena tidak bisa terus menjagamu dari nafsu pria lain. Dan Dadd