Setelah berbicara dengan Hans. Reynar sibuk dalam pikirannya, semua rencana yang telah diaturnya harus berjalan sesuai keinginannya. Membuat Alana menderita seakan menjadi semangatnya.
“Wildan, bagaimana renovasi Villa Rose?” tanya Reynar.
“Sebentar lagi akan segera selesai,” jawab Wildan.
“Semuanya harus selesai dalam waktu 3 hari!”
“Baik Pak dalam 3 hari semuanya sudah selesai sesuai keinginan Anda.”
Alana tiba di rutan pondok bambu, ia mengikuti semua instruksi sipir penjara dan tata tertib di sana. Ada perasaan asing dan tidak nyaman di tempat yang tidak pernah dibayangkannya. Ingin sekali ia menangis dan berkata tidak kuat lagi menahan semua cobaan yang ada.“Aku harus kuat, aku harus kuat,” gumam Alana menyemangati dirinya sendiri. “Ga boleh nangis, ga boleh cengeng.”“Hei, Lana jangan terlihat lemah nanti bisa ditindas tahanan yang lainnya,” ucap Rini.Mendengar suara wanita yang dikenalnya membuat Alana menoleh ke samping. Ia tak percaya bisa bertemu Rini lagi.
Sementara itu Reynar yang dipenuhi oleh rasa dendam dan amarah sudah menantikan kedatangan Alana di Villa Rose. Ia sudah menyiapkan dan menyusun semua rencana dengan begitu rapinya untuk membalaskan kematian keponakannya, Felicia.Di dalam ruang kerjanya di Villa Rose sudah dipenuhi dengan semua foto Alana. Begitu banyak foto Alana dari berbagai macam gaya dari gadis itu tertawa, tersenyum sampai foto gadis yang memiliki surai hitam panjang menangis. Entah mengapa melihat begitu banyak foto Alana membuatnya bersemangat.Namun, ada perasaan yang aneh di dalam hatinya. Selama sebulan ini kalau setiap pagi tidak menatap foto Alana ada yang kurang dalam hidupnya. Alana berhasil membuatnya menjalani hidup menjadi penuh dendam. Saat
Reynar sibuk dengan rapat untuk membahas tentang proyek properti yang akan dibangun perumahan elit lengkap dengan pusat perbelanjaan di daerah Manado, Sulawesi Utara. Begitu banyak kritikan darinya tentang konsep perumahan dan pusat perbelanjaan. Walau seorang pebisnis handal, tapi ia ingin menciptakan sebuah perumahan yang ramah lingkungan dilengkapi dengan teknologi tinggi sehingga menarik para konsumen. Baginya, bisnis yang baik tidak akan merusak lingkungan akan tetapi mengembangkan sistem eco green yang seimbang dalam pelestarian lingkungan.Wildan yang berada di samping Reynar mendapatkan telepon dari Nina. Ia segera keluar untuk menjawab panggilan tersebut.“Selamat siang, Pak Wildan,” sapa Nina dibalik tele
Alana menatap pria tersebut dengan bingung lalu memberanikan dirinya untuk bertanya, “siapa kamu?”Reynar tidak menjawab pertanyaan Alana hanya diam membisu.“Apa kamu Tuan yang disebutkan Nina?” Alana bertanya lagi pada pria yang ada di hadapannya.“Tu–tuan tolong lepaskan saya. Kenapa Anda mengurung saya di sini? Apa kesalahan saya?” Alana terus bertanya tanpa henti.Reynar menyunggingkan bibirnya, wanita ini berkata
Suara teriakan seorang wanita terdengar begitu keras dan menyayat hati bagi di pagi hari itu di sebuah Villa yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Mereka yang mengetahui apa yang terjadi di Villa tersebut, merasakan pilu saat mendengar suara teriakan kesakitan seorang wanita."Ampuun," teriak Alana histeris saat ia bangun di pagi hari.Nina yang menemani Alana di dalam kamar bergegas menuju tempat tidurnya melihatnya dengan kasihan. Dari kemarin ia tidak sampai hati mendengar suara teriakan Alana yang memohon minta ampun agar tidak disakiti.
Di dalam kehidupan ada yang datang dan pergi. Hidup di dunia tidaklah abadi, tapi kehilangan anak dan orang terkasih pergi untuk selamanya membuat seorang ibu merasakan betapa perihnya begitu perih. Tak ada lagi harapan hidup dan tak ada lagi kebahagiaan. Semua terasa begitu fana dan hampa.Begitulah yang dirasakan Anita. Di saat ia diberitahukan dari pihak lapas Rutan Pondok Bambu tentang kematian Alana yang tragis membuat dunianya seakan hancur dan tak memiliki semangat hidup. Ia terus menangis dalam kesedihan di rumahnya. Meskipun, ia tidak yakin kalau Alana telah meninggal.“Bu, jangan terus menerus bersedih seperti ini,” ucap Tini istri Joko.
5 hari kemudianSelama 5 hari Reynar tidak berada di Jakarta. Ia baru saja kembali dari Jepang setelah melakukan perjalanan bisnis.“Wildan bagaimana laporan properti di Manado?” tanya Reynar.“Pak ada masalah pada masyarakat di sekitar yang meminta biaya ganti rugi melebihi penawaran kita yang kemarin,” ucap Wildan.“Beginilah masyarakat kebanyakan seperti itu. Di saat tanah mereka tidak ada yang mau membelinya malah tidak dipedulikan, tapi giliran ada investor yang ingin mengembangkan malah menaikan
Apapun yang dikatakan Alana seakan tidak didengar oleh Reynar. Lelaki yang sudah dikuasai oleh hawa napsunya terus menciumi bibir Alana dengan sangat bergairah. Akan tetapi, tiba-tiba ia menghentikan ciumannya menatap wajah Alana.Di dalam pikirannya, Reynar menjadi bimbang sendiri dengan apa yang dilakukannya. Napsu memang sudah menguasai dirinya, tapi ia tersadar kalau wanita ini lah pembunuh keponakannya, Felicia. Teringat dengan Felicia membuatnya langsung beranjak dari tempat tidur. Tatapan matanya yang tadi penuh gairah berganti dengan amarah.Dengan mengusap bibirnya kasar ia segera keluar dari kamar dengan marah. Ia sangat kesal pada dirinya sendiri yang begitu bodohnya terlena oleh kecantikan dan kelembutan Alana. Seh