Zoe menghentikan mobil yang dibawanya, lalu memarkirnya dengan rapi, Sedikit jauh dari tempat tujuannya, tapi memang sengaja. Mobil yang dipakainya terlalu mencolok. Terlalu bagus, karena milik Wolf. Saat mengatakan pada Stefan ia akan pergi tanpa diantar, mobil itu yang diberikan untuknya. Mobil sport sedan berwarna hitam, yang Zoe yakin harganya bisa dipakai untuk menyewa apartemen selama sepuluh tahun. Mobil tua miliknya akan lebih tidak mencolok saat dipakai, tapi Zoe meninggalkannya di parkiran-club milik Tiana. Ia mungkin akan mengambilnya nanti. Memakai mobil Wolf membuatnya keren tapi sekaligus menakutkan. Zoe takut ia membuat goresan pada body, yang perbaikannya akan setara dengan uang sewa apartemen setahun. Zoe menggendong tas ransel miliknya, lalu menaikkan hoody ke atas kepalanya. Ia harus menyembunyikan wajahnya tentu. Untung saja sekarang masih musim dingin. Meski tidak lagi bersalju, tapi penampilannya yang rapat tidak akan mengundang curiga. Tempat yang dituju Z
Begitu sampai di rumah, Zoe langsung berlari menuju kamarnya. Yang tentu saja kosong. Setahu Zoe, Wolf tidak akan pulang sampai beberapa hari ke depan.Kali ini Zoe sudah memastikan pada Stefan kalau berita itu benar. Sudah sekitar tiga hari yang lalu Wolf pergi. Jadwalnya ia akan berada di luar New York selama seminggu.Zoe menyambar laptop butut miliknya, lalu duduk di atas sofa. Menyalakan laptop itu, menunggu dengan tidak sabar karena proses booting yang lambat, lalu dengan cepat mengetikkan alamat web di halaman browser.Yang dituju Zoe adalah halaman di mana biasa penggemar artis bertemu dan saling memberi pendapat tentang selebriti favoritnya. Semacam web bagi penggemar untuk membagi apapun tentang selebriti. Mulai dari aktor, aktris, selebgram dan tentu saja penyanyi.Dengan cepat Zoe bisa menemukan halaman penggemar Iris. Terlihat jumlah trafik yang cukup ramai, karena memang Iris adalah penyanyi yang terkenal saat ini. Penggemarnya masih sangat bersemangat.Zoe membuat ID d
Wolf mengetukkan tangannya ke meja dengan tidak sabar. Orang yang ditunggunya belum juga datang. Ia paling benci orang yang suka terlambat.Wolf melirik ke arah ponsel dan melihat nama Clay melayang di permukaan. Lumayan untuk mengisi waktu dari pada mood-nya semakin memburuk.“Ada apa?” tanya Wolf, sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja. “Kau yang ada apa! Kau yang melupakan janji dengan dokter itu. Katanya kau sudah membuat janji dan kau tidak menjawab saat ada orang yang menghubungimu untuk mengingatkannya! Dia menghubungi istriku untuk bertanya tadi!” Clay mengomel.Wolf sejenak memeriksa notifikasi, dan memang ada beberapa panggilan tidak terjawab dari nomor yang tidak dikenalnya. Tentu saja panggilan itu diabaikan oleh Wolf. Tapi rupanya nomor itu penting. Ia akan menyimpannya nanti.“Aku lupa sama sekali. Bisa tolong sampaikan permintaan maafku padanya? Aku akan membuat janji di lain hari,” ujar Wolf.“Oke, tapi ada apa? Ttidak biasanya kau melupakan janji,” tanya Clay h
Tapi Wolf tidak mungkin melakukannya. “Sekarang lebih baik kau segera keluar dan buat apaan permintaan maaf yang memperlihatkan kau benar-benar menyesal.”Wolf mengatakan semuanya dengan nada rendah, yang mana bisa sangat berbahaya karena juga berarti ancaman. “Aku tidak peduli dengan sikapmu yang manja itu. Kalau sekali lagi kau membuat kebodohan seperti ini, jangan harap aku bisa mengubur kebusukanmu itu. Katakan saja hasil kerja kerasmu akan menjadi percuma.”Iris tampak pucat, tapi ia mengangguk dan keluar.Wolf tentu berharap ia bisa benar-benar mengatur kalimatnya nanti—memilih kalimat menyayat. Akan ada yang membantu tapi tentu hasilnya tergantung akting Iris. Wolf berharap permintaan maaf akan membuat keadaan lebih tenang.Wolf melambai ke arah Becca, menyuruhnya mendekat, lalu menepuk pahanya.Becca tersenyum riang, kemudian duduk di pangkuan Wolf dengan kedua tangan otomatis melingkar di lehernya.“Kau perlu menyalurkan stress?” tanya Becca. Menggeliat menggoda, sementara
Zoe tertawa tanpa suara saat melihat tayangan Iris meminta maaf sambil terisak. Tangisannya sangat meyakinkan, belum lagi wajahnya tampak menyesal. Banyak orang yang tentu saja percaya dengan permintaan maaf itu.Mereka percaya saat Iris mengatakan ia saat itu sangat lelah, dan tubuhnya lemah saat terkena terpaan udara dingin. Alasan yang tepat diikuti permintaan maaf yang bertubi-tubi bersama air mata adalah sangat ampuh.Banyak penggemar di forum yang kemarin dipakainya untuk mengunggah video telah memposting permintaan maaf itu dan memujinya karena telah berani mengakui kesalahan, memaklumi keluhannya saat itu dan meminta semua orang untuk tidak lagi menghujatnya, lalu juga permintaan agar tidak lagi menyebarkan potongan video yang diunggahnya.Zoe tentu sudah menghapus thread miliknya, bahkan menghapus akun yang dipakainya untuk memposting video itu. Orang lain yang mendownload video itu dan menyebarkannya sudah bukan lagi dirinya. Zoe tidak perlu bersusah payah untuk menyebarkan,
Zoe mengetik cukup lama, bukan karena panjang, tapi karena ia beberapa kali menghapusnya lagi. Tidak mudah menceritakan hal yang sudah lama tidak dipikirkannya itu, karena memang ingin melupakannya.“Aku tidak tahu karena tidak pernah mendengar dokter mendiagnosanya dengan baik. Aku lari dari rumah sakit sebelum mereka bisa memberikan diagnosa.” Zoe memberikan jawaban pendek karena melihat Wolf sudah mencondongkan diri ke depan. Tidak sabar membaca jawaban Zoe.“Lari Bagaimana?” Wolf menyipitkan mata kebingungan. tentu seharusnya sebagai pasien harus patuh pada dokter yang tidak mungkin akan membiarkannya pergi sebelum memberi diagnosa.“Aku tidak punya uang untuk membayar biaya perawatan. Aku koma selama tujuh bulan setelah kecelakaan itu. Aku tidak punya asuransi kesehatan. Aku tidak mungkin terus berada di rumah sakit saat tagihan itu semakin membengkak jadi aku pergi sebelum perawatan ku tuntas.”Zoe menjelaskan lebih panjang, dengan durasi pengetikan lebih lama dari yang seharu
Zoe menunduk dan memastikan wajahnya tidak terlihat dengan hoodie yang sudah menutupi kepala. Ia lebih berhati-hati karena kemungkinan orang mengenalinya akan lebih besar. Ia tengah berada di lingkungan yang tidak asing untuknya. Tempat yang seharusnya tidak didatanginya, karena bisa membuatnya masuk penjara. Tapi Zoe tidak punya pilihan. Ia tidak ingin diam selama masa tunggu penyerangan kepada Iris.Pilihan lainnya tentu saja memulai pembalasan kepada Max. Zoe kurang lebih akan melakukan hal yang sama kepada Max—mencari bukti dan menyebarkannya, tapi untuk melakukan itu ia harus bekerja lebih keras dan lebih berbahaya karena akses informasi Zoe tentang kegiatan Max terbatas. Max bukan artis milik Wolf.Tapi bukan berarti Zoe akan membabi buta juga. Ia punya beberapa informasi tentang Max yang didapatnya dari Becca. Tentu saja dengan permintaan yang tidak mengacu pada Max saja.Ia meminta pada Becca nama-nama penyanyi dari Wolf—dan jadwalnya, tapi dengan filter penyanyi yang bekerja
Zoe berusaha untuk bangun, tapi pria yang menerjangnya itu dengan cepat mendidih punggungnya, dan menarik kedua tangannya ke belakang.Zoe tentu tak bisa berseru meminta apapun, ia hanya bisa menggeram sambil meronta.“DIAM!”Pria itu membentak lalu menarik Zoe berdiri dengan tangan di belakang punggung. Terlihat tiga atau empat bodyguard sudah menyusul.“Siapa dia?” Salah satu dari mereka bertanya “Dia… Ah.. benar! Dia gadis sinting yang tergila-gila pada Max! Mr. Dacosta pernah menunjukkan fotonya padaku!! Untung saja ada yang mengenalinya tadi.”Pria yang menahan tangannya, membuka tudung kepala Zoe. Membuat seluruh wajahnya terlihat jelas.“Ah, iya. Mr. Dacosta mengatakan kita harus memanggil polisi kalau dia muncul.” Pria yang lain akhirnya mengenali Zoe. Dacosta adalah Billy, dan Zoe mendidih saat mendengar nama itu. Billy rupanya belum puas hanya dengan membuat tuduhan keji itu, tapi juga memastikan Zoe tidak mengganggu pundi uangnya.“Aku sudah memanggil polisi. Bawa dia ke