Share

ISTRI PILIHAN MERTUAKU
ISTRI PILIHAN MERTUAKU
Penulis: Mommy JS

Bab 1 Rambut Siapa? 

"Mas, nanti makan malam di rumah?" tanya Yasmine sambil memberikan tas kerja milik suaminya. 

"Makan malam di rumah, dek. Masakin ayam kecap yang pedes ya. Aku lagi kepengen," jawab Yakub sambil mengecup kening istrinya. Sebuah kebiasaan sebelum dia berangkat bekerja adalah mengecup kening, pipi, dan bibir istrinya. 

"Oke siap. Mau pake sayur?"

"Tumis sawi aja, dek. Sama kerupuk ya, dek."

"Iya-iya. Nanti aku ke pasar deh."

"Ajak sopir aja ya, Dek."

"Iya."

"Jangan naik sepeda motor sendiri."

"Iya-iya, Mas. Udah sana berangkat dulu. Nanti telat."

"Heem. Aku berangkat dulu."

"Heem, Mas. Ati-ati ya di jalan."

"Iya."

Yakub melangkah keluar rumah diikuti oleh Yasmine. Yasmine melihat suaminya masuk ke dalam mobil hingga mobil yang membawa suaminya pergi menjauh. 

Yasmine segera masuk ke dalam rumah, berganti baju lalu pergi ke pasar diantar sopir. Pulang dari pasar, Yasmine sudah sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk nanti malam. 

Yasmine juga sedang belajar untuk membuat kue, hanya untuk mengisi waktu luang. Semenjak menikah, Yasmine diminta untuk berhenti bekerja oleh Yakub. Yasmine dengan sukarela keluar dari pekerjaannya yang telah ditekuninya sejak lulus kuliah. Sebenarnya sayang karena Yasmine baru saja diangkat menjadi manager di salah satu Bank besar di Indonesia. Tapi apa mau dikata, Yakub yang meminta Yasmine berhenti bekerja bahkan sebelum mereka resmi menikah, Yakub sudah mengutarakan keinginannya bahwa Yakub ingin Yasmine murni menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengurus suami dan anak-anak. 

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, Yasmine tengah duduk di teras menanti suaminya datang. 

"Nyonya, enggak nunggu di dalam? Anginnya kencang, awannya gelap dan mulai petir."

"Iya, Bi. Tapi Mas Yakub belum pulang. Bentar lagi deh, Bi," jawab Yasmine sambil melirik arloji di tangannya. Sudah terlambat setengah jam dari jam Yakub pulang kantor. 

"Lagi macet mungkin, Nyonya."

"Iya mungkin, Bi. Bibi masuk aja. Masakannya udah disiapin kan?"

"Udah, Nyonya."

Duaaar

Kilat petir disusul dengan suara guntur yang begitu keras dan cepat terdengar memekakkan telinga. 

"Aaa!" teriak Yasmine dan Bibi bersamaan karena terkejut. 

"Nyonya, masuk aja. Bahaya di luar."

Dengan berat hati Yasmine masuk ke dalam rumah. Yasmine duduk di ruang keluarga sambil terus melihat ponselnya. Sudah satu jam Yakub belum pulang. 

"Apa aku telepon aja ya?" pikir Yasmine. Yasmine memang jarang menelpon suaminya jika tidak sangat genting. Memulai chat pun jarang sekali karena Yasmine takut mengganggu suaminya bekerja. Kecuali jika Yakub yang menghubunginya lebih dulu. 

Yasmine menghubungi Yakub melalui aplikasi hijau tapi hanya memanggil tidak berdering. Akhirnya Yasmine menghubungi dengan panggilan seluler. Tiga kali Yasmine menelepon tapi tidak diangkat. 

"Masih kerja kah atau sedang dijalan? Kenapa tidak diangkat?" tanya Yasmine pada dirinya sendiri. Ada rasa panik dan khawatir yang mulai menyerang dirinya apalagi hujan lebat, angin kencang dan ditambah guntur bersahut-sahutan menambah beban pikiran Yasmine akan suaminya. Yasmine terlihat mondar-mandir di ruang keluarga sambil terus menghubungi ponsel suaminya. 

"Apa Mas Yakub masih ada rapat ya?"

Kemudian Yasmine teringat bahwa dia pernah menyimpan nomor sekertaris pribadi suaminya. 

"Akh semoga nomornya Mas Bram masih ada." 

Yasmine mencari di kontak ponselnya dan menemukan nomor Bram, sekretaris Yakub di kantor. Yasmine memberanikan diri menghubungi Bram. Di dering kedua panggilan diangkat. 

"Halo."

"Halo, Bu. Ada yang bisa Bram bantu?"

"Ehm maaf, Mas Bram, saya ganggu waktunya. Saya mau tanya, apa Mas Yakub masih di kantor?"

"Bapak? Bapak sudah pulang dari jam tiga sore bu."

"Jam tiga?"

"Iya. Jam tiga Bapak ijin pulang dulu katanya mau pulang lebih awal karena ada urusan dirumah."

'Urusan dirumah? Kenapa sampai jam enam belum sampai rumah? Rumah mana?' 

Yasmine bertanya-tanya dalam hati. 

"Halo, Bu?"

"Ehm bapak bilang tidak mau ke rumah mana?"

"Maaf, Bu. Bram kurang tahu. Tadi Bapak hanya bilang begitu."

"Oh gitu ya."

"Kenapa, Bu? Mungkin Bram bisa bantu?"

"Oh gak apa-apa, Mas Bram. Mungkin kejebak banjir dan macet di jalan karena sampe sekarang Mas Bram belum sampai rumah."

"Sudah telepon ke Bapak?"

"Sudah tapi tidak diangkat. Apa Bapak ada janji temu dengan klien ya di luar?"

"Setahu saya tidak ada, Bu. Semua pekerjaan Bapak sudah diselesaikan hari ini karena memang Bapak bilang ada urusan di rumah."

"Oh gitu. Berarti enggak mungkin ketemu klien mendadak ya, Mas Bram?"

"Kayaknya ya enggak, Bu. Kalaupun ketemu Klien Bapak kan selalu sama saya, Bu."

Yasmine terdiam sebentar. 

"Ehm ya sudah kalau begitu, Mas. Saya coba telpon lagi deh."

"Mau saya yang teleponkan, Bu?"

"Ehm boleh kalau Mas Bram tidak repot."

"Oh enggak kok, Bu. Saya lagi santai."

"Minta tolong ya, Mas. Nanti tolong kabari saya ya."

"Iya, Bu. Saya tutup dulu telponnya ya, Bu."

"Ya, Mas. Makasih ya, Mas."

"Ya sama-sama, Bu."

Yasmine menutup panggilan teleponnya bersamaan dengan pintu ruang tamu yang terbuka. 

Sosok yang Yasmine tunggu muncul dari pintu ruang tamu yang terbuka. Yasmine buru-buru berlari dan memeluk tubuh suaminya. Kaki Yasmine melingkar erat di pinggang Yakub. 

"Mas, dari mana aja? Aku khawatir banget," lirih Yasmine di pelukan suaminya. 

Yakub tersenyum tipis. Dia membalas pelukan Yasmine dengan sebelah tangan karena tangan satunya sedang membawa tas kerja. 

"Maaf ya aku pulang telat. Jalanan macet banget karena banjir."

"Mas dari mana?" desak Yasmine masih sambil bergelayut di tubuh Yakub. 

"Dari kantor lah, Sayang. Memangnya dari mana lagi?"

"Kantor? Tadi Bram bilang kalau Mas Yakub pulang duluan?" tanya Yasmine seraya turun dari gendongan suaminya. Yasmine menatap mata Yakub yang sesaat tampak terkejut lalu kembali terlihat normal kembali. 

"Aku emang pulang duluan. Niatnya mau bikin kejutan sama kamu tapi mendadak ada klien minta ketemuan, aku jadi balik lagi ke kantor tapi Bramnya lagi gak di kantor. Aku tadi emang nyuruh Bram untuk keluar kantor sekalian kasih dokumen."

'Klien? Tapi tadi Bram bilang enggak ada janji temu sama klien?' 

Yasmine bertanya-tanya lagi dalam hatinya. 

'Akh udahlah. Mungkin emang Bram gak tau kalo ada klien yang mendadak bikin janji temu.' 

Yasmine akhirnya membuang pikiran negatifnya jauh-jauh. Dia kembali tersenyum ke arah suaminya yang sedang menatapnya. 

Tatapan yang sedikit aneh tapi lagi-lagi Yasmine tak mau berpikiran negatif tentang suaminya. Mungkin memang suaminya sedang sangat lelah. 

"Ya udah yuk, mandi dulu. Terus kita makan. Aku udah masakin sesuai sama requestnya Mas Yakub," ujar Yasmine dengan riang. Dia mengambil jas kerja serta tas Yakub lalu membawanya ke kamar mereka. Yakub berjalan mengikuti langkah Yasmine menuju kamar mereka. Saat Yasmine akan menggantungkan jas milik suaminya, Yasmine melihat sehelai rambut. Yasmine mengambilnya. 

Ini bukan rambut miliknya, lalu milik siapa? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status