"Ngapain kamu ke sini?" Elitta terbiasa mendengar ucapan sinis sang ayah. Belum lagi, tatapan mata pria itu juga selalu dingin. Tetapi, entah mengapa— dia tak bisa tidak peduli padanya.Dia mendekati ranjang tempat pria itu terbaring, lalu menaruh nampan berisi botol obat dan segelas air. "Papa udah jangan tanya begituan terus. Kata dokter hipertensi Papa kambuh, jadi tolong ini diminum, terus tidur. Elitta udah minta koki buat masakin papa makanan khusus nanti malam.""Jawab pertanyaan Papa tadi!“"Elitta diminta istri papa buat ke sini, ngerawat papa.""Nggak usah bohong, ngapain juga Vivi minta kamu ngerawat Papa.""Dia nggak mau ngerawat Papa, dia bilang lagi liburan.""Kamu jangan fitnah dia. Berapa kali papa bilang, dia itu istri papa sekarang, mama tiri kamu—hormati dia.”"Pa, Elitta nggak tahu kenapa, tapi sekarang Papa makin dingin. Apa ini suruhan Vivian?“"Bukan, dari dulu papa emang nggak suka sama kamu.”Jawaban menyakitkan hati itu sudah terlalu sering didengar Elitta.
Setelah sadar mendapatkan pesan dari sang istri yang mengatakan pergi ke rumah Pak Derry, Vito memutuskan untuk pulang lebih cepat.Elitta pulang selang lima menit kemudian. Dia langsung disambut oleh suaminya yang berdiri di ambang pintu rumah. Raut wajah pria itu kelihatan cemas sekaligus tak suka."Kamu kok udah pulang?" tanya Elitta memperhatikan penampilan Vito yang masih menggunakan setelan jas. Dia bertanya, "udah selesai urusannya sama Om Tonny?""Aku yang harusnya tanya— kamu kemana saja? Ini hampir sore.""Aku 'kan udah kirim pesan ke kamu, aku ke rumah Papa, Papa lagi sakit.“"Terus pergi sendirian?”"Iya, barusan naik taksi."Vito agak trauma kalau Elitta pergi sendirian. Mengingat, sebelum ini— wanita itu minggat ke rumah temannya tanpa kabar. Dia merasa tak boleh membiarkannya sendirian. Kalau pergi lagi bagaimana?Dia mengomel, "ada sopir di sini, tapi kamu malah pergi sendirian? Ada tiga pembantu buat kamu, ajak salah satunya. Aku bayar mereka buat bantuin sama nemenin
Tak terasa sudah sebulan bekerja sebagai sekretaris Vito. Elitta merasa sangat capek bukan main. Bekerja untuk suaminya jauh lebih berat ketimbang bekerja untuk sang ayah. Iya, tapi itu wajar— jaringan bisnis Vito sangat banyak.Setiap hari, dia juga menyiapkan vitamin untuk dirinya sendiri sekaligus sang suami. Dengan begitu, kesehatan mereka tetap terjaga walaupun hampir setiap hari berada di luar rumah.Jadwal Vito lebih banyak bertemu dengan bagian pemasaran beberapa Minggu belakangan. Itu karena supermarket yang baru dibuka butuh pengenalan ke publik.Apalagi, tempatnya juga pinggiran kota. Warga biasanya merasa harga barang di supermarket mahal, dan memilih berbelanja di pasar atau minimarket.Tetapi, berkat memakan camilan buatan sang istri, Vito mendapatkan banyak sekali ide. Dia menyarankan agar membuka banyak stand makanan juga di luar ataupun dalam supermarket. Jadi, pengendara bermotor bisa singgah sejenak untuk mampir makan dan minum.Di saat Vito membaca berkas tentang ra
Diculik?Vivian diculik?Itu hal yang tidak masuk akal. Elitta yakin kalau wanita itu pasti sedang bersam mantan tunangannya, Leon. Mereka selalu membuat drama, tak peduli walaupun orang lain mengkhawatirkan mereka.Elitta sangat sedih karena sang ayah masih saja mengira kalau Vito yang menyembunyikan Vivian, adahal itu 'kan tidak mungkin. Selama beberapa minggu belakangan, dia selalu bersama sang suami. Mana sempat pria itu berbuat hal bodoh begitu? Lagipula, untuk apa?Pak Derry kembali mencengkram kerah baju Vito. Dia berkata, "Ayo kita ke apartemen kamu. Kamu kira saya nggak tahu kalau kamu berusaha membawa istri saya ke apartemen kamu?""Apartemen?" Elitta penasaran.Dia baru tahu kalau Vito memiliki apartemen. Akan tetapi, dia tidak terlalu kaget— justru aneh kalau pria itu tidak memiliki apartemen.Pak Derry menoleh ke Elitta lagi. "Iya, suami kamu ini punya banyak apartemen, kamu nggak tahu 'kan, Elitta? Dia menyembunyikan banyak hal darimu. Playboy ternyata suami kamu ini— d
Bertemu Leon adalah hal terakhir yang ingin dilakukan oleh Elitta. Dia tidak mau bertemu dengan prianitu sejujurnya. Tetapi, memang ada pilihan lain?Ini satu-satunya pilihan untuk membuktikan kalau suaminya tak bersalah. Vito tidak mungkin menculik Vivian.Yang paling masuk akal adalah wanita gila itu pasti sedang bersama Leon. Mereka sudah berselingkuh sejak dahulu.Mengingat masa lalu hanya akan membuat hati Elitta terluka. Dia tahu itu. Tak terasa air matanya mau jatuh saat sampai di rumah Leon.Dahulu— dia bermimpi untuk pulang ke rumah Leon yang megah. Dia bahagia bisa menjadi menantu keluarga itu.Namun, semuanya hancur. Dia tidak menyesali hal itu, malahan bahagia bisa lepas dari pria gila. Hanya saja, dia sangat marah, kenapa bisa buang-buang waktu bersama pria seperti itu?Andai dia bertemu dengan Vito lebih dulu, maka jalin asmrahnya dengan Leon tak perlu terjadi.Dia menguatkan diri kala mengetuk pintu rumah. Entah apa yang akan terjadi, tapi dia berharap Vivian bersembun
Elitta sayang dengan Nyonya Reffa. Dahulu— saat terjatuh, hanya temannya, Rena dan nenek itu yang setia mendukung.Mau tidak mau, dia harus mempercayai Leon untuk mencari Vivian, sedangkan dia berbicara dengan nenek tersebut.Mereka berada di ruang tengah. Reno menemani mereka dengan berdiri tak jauh dari Nyonya Reffa. Pria itu kelihatan sedikit tidak nyaman, dia tahu kalau hubungan Elitta dengan Leon sudah berakhir. Tetapi, untuk sementara demi kesehatan jantung majikannya, mereka semua harus tetap diam."Lihat— ini wedding organizer yang paling top," kata Nyony Reffa menunjukkan dokumen tentang WO yang paling dia rekomendasikan.Elitta pura-pura semangat. Dia melihat seluruh dokumen, termasuk jenis paket perayaan pernikahan, dari yang termurah hingga termahal. Semua konsep juga ada di situ.Nyonya Reffa kembali bicara, "Misal kamu nggak suka semua konsep dari WO-nya, kita bisa konsultasi langsung sama mereka. Kamu bisa minta sendiri mau konsep yang kaya gimana— dekorasi seperti apa
Hari sudah mulai sore, tapi Elitta tak dibiarkan pulang oleh nenek Leon. Sebenarnya, dia sangat berat berada di rumah mantan tunangannya ini— akan tetapi, kondisi sang nenek sangat buruk.Bahkan, Reno sampai memohon agar Elitta tetap berada di samping Nyonya Reffa. Mau tidak mau, Elitta menginap di sini, dan tak bisa menjenguk suaminya di kantor polisi.Nomor ponsel Vito tak bisa dihubungi. Jadinya, dia menelpon orang rumah untuk memeriksa perkembangan kasus sang suami.Setelah itu, dia menyiapkan makan malam bersama para pelayan di rumah itu. Nyonya Reffa tersenyum bangga terhadap Elitta yang dia kira sungguhan sudah menikah dengan sang cucu.Raut wajah dipenuhi perasaan lega pula— memiliki menantu baik di keluarganya akan membawa angin segar. Selama ini, dia dibuat sedih karena tingkah laku Leon yang sangat buruk, boros, kasar dan tidak sopan.Dia percaya ... dengan berumahtangga bersama Elitta, maka kepribadian jelek cucunya akan menghilang. Cinta tulus Elitta akan meluluhkan hati
Hari sudah malam, tapi istri gak bisa dihubungi, tak jelas ada di mana. Vito sangat resah sekaligus khawatir. Dia meminta sopir mobilnya untuk cepat menuju ke rumah Rena, satu-satunya teman dekat Elitta.Begitu sampai di sana, dia melihat jam tangan— ternyata sudah pukul tujuh malam. Perutnya sudah mulai lapar, tetapi mustahil makan kalau belum tahu keberadaan Elitta.Dia turun dari mobil, kemudian pergi ke rumah Rena. Diketuklah pintu rumahnya beberapa kali.Sekali, dua kali, tiga kali, empat kali— ketukannya tidak ditanggapi siapapun seolah memang tidak ada orang di dalam."Rena? Ren— ini aku, Vito, suaminya Elitta. Kamu di rumah 'kan?“ Vito mengintip sedikit ke balik kaca jendela. Sayangnya, tidak kelihatan apapun karena tertutup tirai coklat yang tebal.Penasaran, dia berjalan mengintai rumah sambil terus memanggil nama wanita itu. Aksi Vito mengundang perhatian salah satu tetangga samping rumah itu. Seorang ibu-ibu berdaster biru. Dia datang menghampiri.Dia menegur, "Mas, nyar