MasukJohan, seorang mahasiswa Psikologi semester akhir, baru saja pindah ke rumah kos yang dikelola oleh Meri, wanita paruh baya yang memesona dan penuh misteri. Sikapnya yang ramah namun menggoda membuat Johan sering kehilangan fokus, terjebak dalam tatapan tajam dan sentuhan halus yang sulit diabaikan. Semakin lama, batas di antara mereka semakin kabur. Di balik kegenitannya, Meri menyimpan luka dan kesepian yang mendalam. Johan pun dihadapkan pada dilema besar, menyerah pada godaan atau menarik diri sebelum segalanya menjadi lebih rumit. Ibu Kos Genit adalah kisah penuh gairah, ketegangan, dan dilema moral yang menguji batas keinginan serta konsekuensi dari setiap pilihan. Sejauh mana Johan berani melangkah sebelum segalanya tak bisa kembali?
Lihat lebih banyakBeberapa hari telah berlalu, namun bayang-bayang kehadiran Andre masih menghantui Meri. Wanita itu semakin sering merenung, membiarkan pikirannya tenggelam dalam kenangan yang tak diinginkannya. Johan menyadari perubahan itu, namun ia memilih untuk tidak mengganggu. Meri tampak tak ingin diganggu siapapun. Ia lebih sering duduk di teras rumah kos, menatap kosong ke arah langit.Senja mulai turun ketika akhirnya Meri memanggil Johan. Mahasiswa itu yang sedari tadi memperhatikannya, segera menghampiri. Wajah Meri terlihat letih, namun ada sesuatu di matanya yang membuat Johan terdiam. Kesedihan yang mendalam.Meri mulai bercerita, suara lirihnya mengalir seperti angin yang menyapu dedaunan. Ia berbicara tentang Andre, tentang carut-marut hubungan mereka."Aku tak pernah benar-benar bahagia bersamanya, Johan," ucapnya dengan mata menerawang. "Aku menikah dengannya bukan karena cinta, tapi karena perjodohan. Orang tuaku yang memilihnya untukku."Johan terdiam. Ia mencoba memahami situasi
Johan tenggelam dalam lautan buku, berusaha keras membenamkan ingatan tentang Maya dan Meri. Ujian semester sudah di depan mata, dan ia harus fokus. Namun, konsentrasinya buyar oleh bayang-bayang masa lalu dan bisikan-bisikan godaan yang terus menghantuinya.Tiba-tiba, suara ketukan pintu yang menggelegar memecah keheningan kamar kos. Johan terlonjak kaget, jantungnya berdebar kencang. Ia melirik jam dinding, menunjukkan pukul lima sore. Meri sedang keluar berbelanja, jadi siapa yang mengetuk pintu sekeras itu?Dengan ragu, Johan melangkah menuju pintu dan membukanya. Seorang pria berbadan besar dengan wajah merah padam berdiri di hadapannya. Matanya menyala marah, dan rahangnya mengeras."Mana Meri?" bentaknya, suaranya menggelegar seperti guntur.Johan terkejut, tidak menyangka akan menghadapi orang yang begitu kasar. "Meri sedang keluar," jawabnya, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang.Pria itu mendengus, lalu mendorong Johan hingga terhuyung ke belakang. "Jangan bohong!
Meri pulang dengan wajah letih, namun senyumnya merekah saat melihat Johan di ruang tamu. "Terima kasih, Johan, sudah menemaniku," ucapnya tulus. "Aku tidak tahu apa jadinya jika tidak ada kamu."Johan tersenyum tipis, merasa bersalah karena telah mengkhianati kepercayaan Meri."Sama-sama, Meri. Aku senang bisa membantu."Maya, yang juga ikut mengantar Meri, menatap Johan dengan senyum menggoda. "Aku juga senang bisa membantu," ujarnya, suaranya sarat makna.Meri tidak menyadari ketegangan yang terjadi di antara Johan dan Maya. Ia terlalu lelah dan sedih untuk memperhatikan hal-hal kecil. "Aku akan istirahat sebentar," katanya, berjalan menuju kamarnya. "Kalian mengobrol saja dulu."Setelah Meri masuk ke kamar, Maya menoleh pada Johan dengan tatapan penuh minat. "Jadi, bagaimana malammu?" tanyanya, suaranya berbisik.Johan mengalihkan pandangannya, merasa tidak nyaman dengan pertanyaan itu. "Seperti biasa," jawabnya singkat.Maya terkekeh pelan. "Benarkah? Aku yakin malammu sangat
Johan terperangkap dalam labirin rasa bersalah. Bayang-bayang malam bersama Maya terus menghantuinya, menggerogoti ketenangan yang tersisa. Setiap sudut rumah kos kini terasa asing, dipenuhi bisikan-bisikan godaan yang memecah konsentrasinya. Maya, dengan intuisi tajamnya, seolah menikmati kegelisahan Johan. Ia bermain-main dengan batas kesopanan, menyentuh, berbisik, dan menatap dengan cara yang membuat Johan merasa seperti mangsa yang diincar.Senja itu, langit Jakarta memerah, menandakan akhir dari hari yang panjang. Johan duduk di ruang tamu, berusaha menenggelamkan diri dalam lembaran buku, namun pikirannya melayang, terganggu oleh kehadiran Maya yang terasa semakin dekat. Langkah kaki ringannya terdengar, dan aroma parfumnya yang manis memenuhi udara."Johan," panggil Maya, suaranya lembut seperti beludru. Ia berdiri di ambang pintu, siluet tubuhnya yang menggoda terlihat jelas di balik cahaya senja. Ia mengenakan gaun tipis yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, seolah sengaja






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.