Home / Rumah Tangga / Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin / Bab 47 : Ada Apa Dengan Barra?

Share

Bab 47 : Ada Apa Dengan Barra?

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-03-29 18:42:00
Yasmin bisa merasakan embusan napas hangat Barra menerpa pipinya yang kini memanas. Bahkan tubuh mereka benar-benar hanya terpaut beberapa senti saja.

Spontan, kedua tangan Yasmin terangkat, mendorong dada pria itu supaya tidak makin dekat. Namun, sentuhan telapak tangannya pada otot dada keras Barra justru membuat dia tambah gugup.

"P—pak ...," ucap Yasmin pelan, suaranya bergetar.

Mata wanita itu melirik ke samping, mencari apa pun yang bisa digunakan sebagai pelindung jika pria di hadapannya benar-benar mendekat lebih jauh.

Akan tetapi, bukannya melakukan sesuatu yang mengancam, Barra justru menjauh. Ekspresi pria itu masih sama—dingin dan sulit ditebak. Dengan gerakan cepat, dia meraih jas hitamnya yang tadi tersampir di sandaran kursi belakang Yasmin, lalu menyerahkannya pada wanita itu.

"Pakai ini. Bajumu terlalu tipis dan ketat!" ucap Barra tegas.

Yasmin terdiam sesaat. Hanya suara detak jantungnya sendiri yang terdengar begitu jelas di telinga. Perlahan, dia meraih jas itu. Nam
NACL

Hmmmm, gemana reaksi Sarah kalau tahu Yasmin tinggal sama Barra? Selamat berbuka puasa Kakak-Kakak ^^

| 5
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mama Nur
Cleo anaknya Yasmin ya
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Puasa sunah sawal Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 48 : Ibu Untuk Anak-anak

    “Dasar Airin. Masa cuma kirim 100 juta?!” geram Sarah, yang saat ini duduk di tepi ranjang dengan wajah kusut. Jemari wanita itu mencengkeram ponsel erat-erat, layarnya menampilkan mutasi rekening. Sarah berdecak lantas menghubungi seseorang yang dirasa perlu menurutnya. Pada dering kedua kedua panggilan suara tersambung. "Airin, kirim aku uang lagi! Aku butuh uang sekarang!" Suara Sarah terdengar tajam, penuh tekanan. Di seberang sana, Airin menghela napas, suaranya terdengar lelah. "Aku sudah kirim 100 juta, Jeng. Bulan depan aku kirim lagi." Sarah mendesis, satu tangannya terkepal dan matanya melirik ke arah pintu, takut kalau-kalau Bram masuk. "Kirim sekarang atau aku datang ke rumah menantumu dan membongkar kejahatanmu!" bentak Sarah, matanya dipenuhi kilat amarah. "Dengar Sarah, kalau kamu melakukannya, kupastikan kamu menyesal!" desis Airin. Wajah Sarah memerah. Dia menggigit bibir bawahnya, menahan emosi yang mendidih. "Jeng Airin salah mengancamku. Aku tidak t

    Last Updated : 2025-03-30
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 49 : Aku Ingin Kamu Tetap Di Sini

    “Apa maksud, Bapak?” Alis Yasmin mengerut dalam, iris hitamnya menatap lekat pada Barra.Sudut bibir Barra berkedut samar, pria itu lantas memutar tubuh dan bersandar pada lemari yang dipenuhi buku tebal. Membuat pandangan Yasmin mengikuti pria itu.“Tetaplah di sini sampai mereka besar,” sahut Barra pada akhirnya.Akan tetapi, ucapan itu sangat ambigu bagi Yasmin. Dia tidak lantas menjawab, melainkan terdiam sejenak untuk mencerna kata-kata itu.Melihat keterdiaman Yasmin, Barra memundurkan tubuh dan membuka laci, lalu mengeluarkan map cokelat. Dia menggoyangkan benda itu di hadapan Yasmin.“Perbarui kontrak ibu susu.” Barra menyerahkan map itu pada Yasmin.Ucapan itu menciptakan suasana tegang di antara mereka begitu nyata. Yasmin menatap Bara dengan perasaan bercampur aduk. Kata-kata pria itu masih terngiang di telinganya, membuat dadanya sesak."Apa maksud Bapak dengan … mengubah kontrak ini?" Yasmin akhirnya membuka suara.Bara menatap wanita itu dalam, seolah tengah merangkai ka

    Last Updated : 2025-03-30
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 50 : Sikap Ambigu Barra

    Pagi ini, Yasmin terbangun lebih awal dari biasanya. Udara masih sejuk, embusan angin menyelusup dari celah jendela, membuatnya merapatkan kedua lengan di tubuh.Dikeluarkannya gaun menyusui biru muda yang pernah dibelikan oleh Barra, lalu mengenakannya dengan rapi. Rambut panjangnya ia sanggul sederhana. Hari ini, dia ingin mempersiapkan sesuatu yang istimewa.“Ayunya, kamu, Nduk,” puji Mbok Inah menatap Yasmin. “Rotinya dibawa sekarang, aja. Sebentar lagi Bapak turun.”Yasmin tersenyum lembut.Di dapur, aroma srikaya yang manis berpadu dengan wangi teh melati yang baru saja diseduh. Yasmin membantu Mbok Inah memasak, kali ini, tangannya sendiri yang meracik hidangan spesial—roti bakar resep peninggalan ibunya. Jemarinya sedikit gemetar, bukan hanya karena udara pagi yang masih dingin, tetapi juga karena hatinya berdegup kencang. Hari ini, ia akan memberi jawaban pada Barra.Saat Yasmin melangkah ke ruang makan, Barra sudah duduk di sana. Pandangan pria itu segera tertuju padanya, m

    Last Updated : 2025-03-31
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 51 : Kamu Menikmati Ini Bukan?

    Yasmin menghentikan langkahnya begitu melihat sosok wanita cantik yang menggendong Cleo. Hatinya mencelos saat keakraban kedua bayi itu dengan orang lain.Dengan suara tercekat, Yasmin bertanya, "Pak Barra, siapa—"Ucapan Yasmin terhenti karena Barra hanya menoleh sekilas padanya, dan pria itu berjalan dengan tegap menuju wanita yang duduk anggun di sofa. Yasmin menelan ludah, menatap punggung pria itu, lalu mengalihkan pandangan pada tamu yang tidak dikenalnya.Wanita itu tampak begitu cantik, dengan gaun biru tua yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Wajahnya bersih, senyumnya lembut, tetapi Yasmin harus merasa waspada.Dia melangkah maju, mendekat, dan merasakan suasan hening serta tegang ruangan ini."Kapan Mami datang ke sini?" tanya Barra dengan nada datar.‘Mami?’ batin Yasmin. Dia mengerjap, sangat terkejut ketika melihat Barra membungkuk sedikit dan mengecup tangan wanita itu dengan takzim.Wanita itu tersenyum, mengusap pipi Barra lembut. "Baru saja. Seharusnya Mami member

    Last Updated : 2025-03-31
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 52 : Harus Berduaan Lagi?

    Yasmin berdiri tegak di depan Barra, meskipun dalam hatinya, dia merasakan ketidaknyamanan yang teramat sangat. Sorot mata pria itu tajam, mutlak menuntut jawaban. Namun, kali ini Yasmin tidak berniat menghindar. Kendati ada luka di matanya, tetapi dia tak akan mundur."Apa gaji sebagai ibu susu dan ibu anak-anak ini tidak cukup?" Barra menyeringai, "Sekarang kamu mau mendekati Mami juga? Untuk apa? Supaya dapat lebih banyak keuntungan?"Dada Yasmin bergemuruh dan tangannya mengepal di sisi tubuh. "Saya memang butuh uang, Pak." Suaranya bergetar. "Tapi saya bukan penjilat. Bapak salah menilai saya. Dan terus terang saja, saya sudah capek. Terserah Bapak mau berpikir apa, karena apapun yang saya jelaskan, tetap saja salah di mata Bapak!”Untuk sejenak Barra terdiam. Mata cokelat pria itu menelusuri wajah Yasmin, mencari celah untuk membantah. Namun, kali ini, dia tidak menemukan apa pun. Lengannya sedikit melemah.Melihat kesempatan itu, Yasmin segera mendorong pria itu menjauh, lalu b

    Last Updated : 2025-04-01
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 53 : Caranya Menatapku Berbeda?

    Yasmin mendorong dua kereta bayi menuju mobil, berhati-hati agar tidak mengguncang Boy dan Cleo yang baru saja tertidur. Baru beberapa langkah lagi, tiba-tiba sebuah tangan besar mengambil alih kedua pegangan kereta."Biar aku saja. Kamu terlalu lambat," ujar Barra dengan nada datar.Yasmin merengut mendengar komentar itu, tetapi memilih untuk tidak membalas. Tidak ada gunanya berdebat dengan pria yang bahkan lebih dingin daripada Kutub Selatan itu.Saat Boy sudah terbaring nyaman di car seat, Yasmin berusaha menggendong Cleo. Namun, tepat ketika tangannya menyentuh tubuh bayi itu, punggung tangannya bersentuhan dengan jemari Barra.Keduanya sama-sama terdiam. Mata mereka bertemu sejenak, ada sesuatu yang tersirat di antara mereka. Yasmin buru-buru menarik tangannya, sementara Barra dengan tenang meletakkan Cleo di samping Boy.Yasmin berniat duduk di belakang bersama si kembar, tetapi dengan cepat tangan Barra mencengkeram pergelangan tangannya, membuat wanita itu tersentak."Duduk di

    Last Updated : 2025-04-02
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 54 : Tempat Spesial

    Benar, mungkin itu hanya perasaan Yasmin saja. Dia tidak boleh terjerat, karena semua pria sama saja. Lihatlah, sekarang pria itu memotong-motong iga bakar dalam diam, dan tidak memesankan Yasmin makanan yang lain.“Pak, saya maunya iga bakar,” ucap Yasmin pelan.Barra tetap diam, tetapi detik berikutnya dia menuangkan sayuran dan saus ke piring."Ini makanlah, kalau pesan yang baru, terlalu lama," perintah pria itu tegas. Lalu mendorong perlahan piring ke hadapan Yasmin.Yasmin menunduk, merasa aneh dengan perasaan hangat yang mengalir di dadanya. Dia mengangguk pelan dan mulai menyantap makanannya."Boy, sayang, diam dulu, ya, Bunda mau makan," bisik Yasmin, mencoba menenangkan bayi aktif itu.Di seberangnya, Barra memperhatikan tanpa banyak bicara. Sesekali pria itu mengulurkan tangan, mencoba mengambil alih Boy, tetapi bayi itu justru makin merengek. Yasmin akhirnya makan menggunakan satu tangan.Saat dia kesulitan mer

    Last Updated : 2025-04-02
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 55 : Jangan Takut

    "Bu ... Sarah ..." bisik Yasmin lirih. Dia membeku di tempat dengan napas tersengal saat melihat sosok di haadapannya. Tangan wanita itu mencengkeram erat pegangan kereta bayi, dan iris hitamnya mencari-cari keberadaan Barra di sekitar. Namun, pria itu tak terlihat.Sarah melangkah mendekat dengan sorot mata tajam, penuh kebencian. "Kamu benar-benar nggak tahu malu, Yasmin! Masih berani berkeliaran di Jakarta setelah semua yang kamu lakukan!"Yasmin menelan ludah dengan susah payah. Kakinya terasa berat untuk melangkah."Aku ... tapi aku tidak melakukan apa-apa, Bu," sahut Yasmin, intonasinya terdengar sangat pelan."Heh, wanita kampung, jangan pura-pura bodoh!" Sarah mendesis, "dasar sok polos. Jelas-jelas kamu bersaksi dan bocorin hubunganmu dengan Bram. Dapat uang berapa dari jual cerita itu, hah?"Yasmin menggeleng lemah, matanya sudah berkaca-kaca membuat penglihatannya memburam."Jangan pikir kamu bisa lolos gitu saja!" lanjut Sarah dengan nada penuh ancaman. "Aku pasikan kamu

    Last Updated : 2025-04-03

Latest chapter

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 115 : Mr. Barra Bear

    Mata bulat Yasmin masih membesar mendengar ucapan pria itu. Dia sungguh tidak tahu harus merespons apa. Pandangannya beralih ke arah kanan, melihat yang lainnya mulai berjalan ke tempat sama. Ah, dia akan sekamar saja dengan Mbok Inah. Aman. Yasmin pun mengangguk mantap, pura-pura kalem padahal gugupnya merambat ke ubun-ubun.“Kenapa?” tanya Barra serius, tetapi sudut bibirnya yang terangkat membuat Yasmin menatap curiga.“Saya mau kasbon, Mas,” ucap Yasmin akhirnya, setengah menunduk. Barra menaikkan satu alis, menunggu penjelasan. Yasmin pun menambahkan, “Umm … itu, untuk sewa kamar di sini. Masa saya harus sekamar sama Mas?”Tawa Barra meledak seketika. Pria itu langsung merangkul bahu Yasmin secara impulsif, membuat wanita itu kaget bukan main. Dia mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.Terdengar bunyi ‘beep’ saat kartu menyentuh sensor, diikuti garis hijau pada handle pintu. Pintu terbuka lebar. Tanpa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 114 : Satu Kamar Denganku

    Mata Cindy mengerjap, tetapi kelopak itu berat untuk terbuka. Samar-samar, dia teringat Bram menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Namun, telinga wanita itu menangkap suara ketikan keyboard dan hiruk-pikuk yang asing. Apa ini mimpi?“Bram sialan!” geramnya pelan.Dia sontak terkejut—karena bisa bicara. Cindy memaksa membuka mata. Cahaya ruangan menyilaukan, suasana ini jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Sebelum sempat bangkit, seorang polwan mendekat dan membuka ikatan di tangan Cindy.“Jaga sikap!” hardik Polwan itu, “Pelapor masih berbaik hati mengantarmu ke sini. Bukan main hakim sendiri.”“Hah? Pelapor?” Cindy menyeringai sinis. “Bram? Baik hati?”Yang benar saja. Pria itu jelas-jelas mempermainkannya hingga dia pingsan karena ketakutan. Suntikan itu … ternyata hanya berisi air bening biasa. Permainan kotor!Duduk di kursi seberang, Bram menatap tajam. Dengan satu isyarat tangan, dia menegaskan bahwa Cindy tidak bisa lari ke mana pun.Belum sempat Cindy membalas tatapan itu, petug

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 113 : Monster Betina vs Jantan

    Cindy tahu pasti Sarah menerima informasi entah dari Bram, atau mungkin … Barra yang menghasut. Namun, dia bangkit sambil memegangi pipinya yang masih mati rasa.“Tante, dengar dulu penjelasan aku,” elaknya, tidak menyerah.“Aku memang benci sama si Yasmin, tapi nggak sangka kawan sendiri jadi lawan. Jahat kamu!” seru Sarah, tangannya menunjuk-nunjuk wajah Cindy.Cindy tertawa miris. “Tan, pengadilan aja belum kasih keputusan. Jadi … semua info yang Tante dengar bisa aja palsu,” katanya, mencoba terdengar tenang. Meskipun debar jantungnya bergejolak hebat.“Ah … banyak omong!” Sarah kembali mendorong Cindy dengan keras. Emosi wanita paruh baya itu meledak. Dia menarik rambut dan mencakar kulit mulus Cindy. Lorong rumah sakit seketika berubah jadi ‘ring’ pertarungan.“Beraninya kamu membunuh anakku!”Cindy berontak. Dia bahkan menarik tubuh Sarah hingga keduanya jatuh dan bergumul di lantai. Teriakan dan cacian membahana, membuat lorong rumah sakit jadi tontonan public. Para perawat pu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 112 : Kenapa Jadi Seperti Ini?

    “Mas Bram …,” bisik Yasmin dengan tangan menutup mulut dan mata yang berkaca-kaca.Barra melirik Yasmin, lalu berkata, “Ya. Dia bersaksi untuk kamu.”Yasmin tidak kuasa menahan air mata. Pria itu ... ternyata masih hidup pascapenikaman oleh Cindy. Bahkan masih bersedia membantunya.Wajah Bram tampak pucat. Pandangannya tajam, tenang, dan tanpa ragu. Kini dia duduk di kursi saksi dan mulai bicara. Pria itu menjelaskan semua, dari kejadian beberapa hari sebelumnya hingga upaya Cindy untuk membunuhnya.Kondisi ruangan makin riuh. Mereka semua saling berbisik dan bertanya-tanya, tidak menyangka mendengar kesaksian Bram.Jaksa sempat menoleh ke arah bangku penonton, lalu menggeram pelan. Tangannya mengetuk-ngetuk pulpen di meja dengan ritme tak sabar. Matanya menyipit tajam menatap Bram, lalu ke arah hakim. “Kami ... akan meninjau ulang seluruh keterangan saksi dan bukti,” gumamnya, denagn nada yang mulai terdengar goyah.Dari barisan kursi khusus kuasa hukum, seorang pria bertubuh tegap t

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 111 : Bersiap Untuk Pertunjukkan

    Cindy menyeringai kecil. Sudut bibirnya naik pelan, seolah menahan gelak puas. Matanya menyapu tubuh Bram yang terbaring diam. Jemari wanita itu menggenggam suntikan berisi cairan bening.Dengan gerakan cepat, dia menyuntikkan cairan itu ke saluran infus. Lalu menunggu beberapa detik.Akan tetapi, detik demi detik berlalu, Bram masih terdiam. Tidak ada kejang, atau napas memburu."Kenapa nggak kejang-kejang juga, sih? Apa obatnya kurang?" gumam Cindy lirih, keningnya berkerut.Suara langkah membuat wanita itu menoleh. Seorang perawat masuk dengan senyum ramah."Maaf, Bu. Waktu besuknya sudah habis."Cindy mengubah raut wajahnya dalam sekejap. Dia berdiri tenang, menyimpan suntikan ke tas, dan berjalan keluar dengan anggun.Di luar, Airin tengah duduk di samping Sarah yang tertidur. Cindy menghampiri sambil tersenyum lebar."Gimana? Berhasil ‘kan? Mami nggak sabar datang ke kuburan si B—"Cindy buru-buru menempelkan jari telunjuk ke bibir diiringi sorot mata yang tajam."Beres, Mam. T

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 110 : Licik

    Barra mengetuk-ngetukkan jemari di atas layar tabletnya. Napas pria itu memburu, sesak oleh tekanan pikiran. Dia melonggarkan dasi yang menjerat leher, membuka dua kancing teratas kemeja putih yang sudah kusut. Jemarinya terangkat, memijat pelipis perlahan, seakan berharap beban di kepala dapat menguap bersama rasa nyeri yang menyelip."Pak, kita langsung ke kantor atau Anda ingin pulang dulu?" tanya Bahtiar yang duduk di samping sopir.Barra tidak menjawab. Pandangannya kosong, tenggelam dalam pusaran pikirannya sendiri."Pak?" Bahtiar kembali menoleh ke belakang, kali ini lebih khawatir. "Anda baik-baik saja?"Barra mengangguk samar, lalu akhirnya bersuara. "Minta data seluruh rekam medis Mami Airin, Cindy, Berliana ... dan mendiang Papi Ben. Aku membutuhkannya.""Baik, Pak. Sekarang kita ke—""Pulang. Aku ingin melihat anak-anak," potong Barra. Dia menyerahkan tabletnya kembali pada Bahtiar, lalu menyandarkan kepala dan memejamkan mata. Entah tidur, atau hanya menghindar dari dunia

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 109 : Ketakutan vs Ancaman

    "Mas Barra ke mana, Pak? Kenapa tidak ke sini?" tanya Yasmin pada Bono. Manik hitam wanita itu menyapu ke arah ruangan besuk, menatap pintu. Dia sungguh berharap petugas membukanya dan menampakkan sosok Barra di sana.Akan tetapi, setelah menanti selama lima menit, tidak ada pergerakan apa pun. BAhkan ketika pintu terbuka, justru pengunjung lain yang datang. Harapan Yasmin perlahan sirna.Sudah beberapa hari ini dia tidak mendapat kunjungan dari Barra, dan kini justru Bono yang datang.Pengacara magang itu melengkungkan senyum tipis. Dia menyodorkan mangkuk tertutup dari meja makan, disertai sebotol vitamin khusus ibu menyusui."Pak Barra titip ini untuk kamu. Sup iga dan vitaminnya," jelas Bono dengan suara pelan."Terima kasih, Pak Bono." Yasmin menerimanya. Aroma sup hangat itu menyeruak ke hidungnya, memunculkan rasa haru yang perlahan menyusup. Tangannya menggenggam erat botol vitamin yang biasa dia konsumsi. Rupanya, Barra tetap mengingat ucapan darinya.Pada pertemuan terakhir m

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 108 : Mulai Luluh

    Barra makin menunduk, mendekatkan jarak di antara mereka. Ibu jarinya membelai bibir penuh mengilap itu, seolah memastikan sesuatu. Cindy yang merasa menang, tersenyum lebar. Dia sungguh tidak sabar mengikat pria itu selamanya, demi membalaskan rasa sakit dan dendam yang membara di hati. “Yasmin …,” lirih Barra, tepat di depan bibir Cindy. Akan tetapi, saat hampir menempel, Barra tersentak. Ada sesuatu yang berbeda. Indera penciumannya diserang aroma asing, menusuk dan aneh. Bukan wangi alami sabun segar, khas Yasmin yang menenangkan. Seketika Barra mendorong kuat tubuh Cindy hingga terjatuh. Tatapannya membeku dingin, suaranya membelah udara di malam hari. “Aku tidak bodoh!” “Aw, sakit! Pria macam apa kamu, hah!” gerutu Cindy, meringis sambil memegangi bokongnya yang ngilu. “Berengsek! Aku nggak akan biarin kamu lolos!” Barra tak peduli. Dia membalikkan badan, meninggalkan kelab malam itu tanpa sepatah kata pun. Sementara Cindy merintih kesal, masih berusaha bangkit. “Argh! Ken

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 107 : Ingin Bersamamu Malam Ini

    Ponsel Cindy bergetar di tangannya, menampilkan nama Airin di layar. Wanita itu mengepalkan jemarinya, menahan kemarahan dan dendam yang membakar. Malam ini, dia tidak akan kalah. Dia harus mendapatkan Barra, bagaimanapun caranya! Dengan mata yang masih berkilat, Cindy menekan tombol sambungkan, sambil menatap Barra yang sudah masuk ke dalam mobil. Dia segera mengikuti, mengendarai mobilnya sendiri. "Mam, aku mau pakai rencana Mami," ujar Cindy dengan suara berat. "Oke, kamu di mana sekarang? Bilang sama Mami, biar Mami yang urus," balas Airin begitu antusias. "Lokasi pastinya aku kirim belakangan, Mam. Aku masih di jalan," tukas Cindy sebelum memutus sambungan telepon itu. Rubicon putih yang dikendarai Barra berbelok memasuki area parkir VIP kelab malam. Barra turun dengan langkah cepat, memasuki bangunan itu tanpa menoleh. Cindy mengikutinya dari belakang, dengan dada berdebar. Tangannya sempat berkeringat saat menggenggam ponsel. Dia segera mengirimkan lokasinya pada Airin,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status