Share

Camping

Penulis: AgilRizkiani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-30 21:34:47

Setelah hujan reda, suasana di sekitar air terjun berubah menjadi lebih hidup. Semua orang yang sebelumnya hanya berdiam di dalam tenda kini berbondong-bondong keluar untuk membuat api unggun. Beberapa pendaki ternyata sudah mempersiapkan kayu kering khusus sejak awal perjalanan, jadi api pun cepat menyala meskipun udara masih terasa lembap.

Tak butuh waktu lama, lingkaran tenda pun berubah menjadi lingkaran pertemanan dadakan. Walaupun awalnya tak saling mengenal, mereka akhirnya duduk bersama, saling bercerita, dan berbagi makanan. Suara tawa dan percakapan pelan berpadu dengan gemuruh air terjun, menciptakan suasana malam yang hangat meski udara tetap dingin.

Kania mengeluarkan body lotion anti nyamuk dari tasnya. Ia meraih tangan Rafasya-yang sejak tadi tampak asyik memperhatikan api-dan mulai mengoleskan lotion ke tangan, kaki, bahkan sampai telinga lelaki itu. "Biar nggak digigit nyamuk," katanya singkat.

Rafasya hanya tertawa kecil. "Raksasa sampai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Istana Yang Ternoda   Camping

    Setelah hujan reda, suasana di sekitar air terjun berubah menjadi lebih hidup. Semua orang yang sebelumnya hanya berdiam di dalam tenda kini berbondong-bondong keluar untuk membuat api unggun. Beberapa pendaki ternyata sudah mempersiapkan kayu kering khusus sejak awal perjalanan, jadi api pun cepat menyala meskipun udara masih terasa lembap.Tak butuh waktu lama, lingkaran tenda pun berubah menjadi lingkaran pertemanan dadakan. Walaupun awalnya tak saling mengenal, mereka akhirnya duduk bersama, saling bercerita, dan berbagi makanan. Suara tawa dan percakapan pelan berpadu dengan gemuruh air terjun, menciptakan suasana malam yang hangat meski udara tetap dingin.Kania mengeluarkan body lotion anti nyamuk dari tasnya. Ia meraih tangan Rafasya-yang sejak tadi tampak asyik memperhatikan api-dan mulai mengoleskan lotion ke tangan, kaki, bahkan sampai telinga lelaki itu. "Biar nggak digigit nyamuk," katanya singkat.Rafasya hanya tertawa kecil. "Raksasa sampai

  • Istana Yang Ternoda   Anak Tunggal Kaya Raya

    Setelah suasana sedikit tenang, Rafasya menoleh ke arah Kania, Nadira, dan Adrian.“Bagaimana kalau sekarang kita langsung belanja keperluan pendakian?” usulnya dengan semangat.Ia lalu menambahkan, “Kebetulan aku tahu ada toko perlengkapan outdoor yang bagus, lengkap, dan barangnya juga berkualitas.”Nadira dan Adrian sempat saling pandang. “Sekarang?” tanya Nadira, sedikit terkejut.“Ya, kenapa nggak?” Rafasya tersenyum. “Lagipula, biar nggak mendadak nanti. Dan tenang kalian berdua ambil saja semua yang dibutuhkan. Aku yang bayar.”Nadira dan Adrian spontan menggeleng. “Nggak usah, Raf, nggak enak…” ujar Adrian cepat.Namun Rafasya terkekeh kecil, nada suaranya santai dan sedikit menggoda. “Ah, sudah, nggak usah sungkan. Aku ini anak tunggal keluarga kaya raya sesekali traktir temen-temen istriku nggak apa-apa, kan? Bebas-bebas aja,” candanya sambil mengangkat bahu.Kania hanya diam mendengarkan, matanya menatap Rafas

  • Istana Yang Ternoda   Bohong Lagi

    Setelah kejadian itu, Rafasya mengantarkan Kania ke rumah sakit tempatnya bekerja sebelum ia sendiri kembali ke kantor.Sesampainya di parkiran, Rafasya menahan langkah Kania dengan lembut. Ia menggenggam tangan Kania, lalu mengecup kening istrinya.“Semangat kerjanya, istriku,” bisiknya pelan.Kania hanya diam. Sorot matanya tetap dingin, tak berubah sedikit pun. Ia melepas tangan Rafasya pelan tanpa berkata apa-apa, kemudian turun dari mobil dan berjalan masuk.Saat menyusuri lorong rumah sakit, tiba-tiba saja suara familiar memanggilnya.“Dokter Kania, sebentar,” ujar Dokter Bagas, salah satu dokter rehabilitasi saraf yang menangani Rafasya sejak kecelakaan.Kania menoleh. “Iya, Dok. Ada apa?”Dokter Bagas menatap Kania dengan raut sedikit khawatir. “Bagaimana keadaan suamimu? Sepertinya dia sudah lebih stabil, ya?”“Iya, kelihatan begitu,” jawab Kania singkat.“Tapi, Kania, Rafasya sudah dua kali mangkir dari

  • Istana Yang Ternoda   Bukti

    Tanpa membuang waktu, Rafasya segera pergi. Ia tahu tak bisa hanya diam. Ia harus mencari bukti soal Siska. Ia tak mau rumah tangganya dengan Kania hancur karena fitnah.Sampai di kantor, ia melihat ayahnya, Pak Hengky, sedang berdiri di dekat meja kerjanya. Begitu melihat wajah Rafasya yang kusut, Pak Hengky langsung menegur.“Kenapa wajahmu masam begitu? Apa kamu baru saja bertengkar dengan Kania?” tanyanya.Rafasya menghela napas panjang. Ia pun menceritakan semuanya: tentang tuduhan Baskoro, tentang Siska yang mengaku hamil, juga tentang niatnya mencari bukti bahwa itu bukan anaknya.Pak Hengky terdiam beberapa saat, memerhatikan anaknya dengan tatapan dalam. “Kenapa kamu begitu yakin kalau Siska tidak mengandung anakmu, Rafa?”Rafasya menoleh, sorot matanya tajam. “Apa menurut Papa seleraku serendah itu? Melihat wajah Siska saja aku sudah tahu dia perempuan seperti apa!”Pak Hengky terkejut. Ia tahu persis, dulu Rafasya pern

  • Istana Yang Ternoda   Anak Siapa?

    Keesokan paginya, Kania bangun lebih awal meski hari itu ia tak ada jadwal praktek.Ia duduk di balkon apartemen, memandangi langit pagi yang perlahan berubah warna. Memiliki tempat tinggal sendiri, jauh dari caci maki dan tekanan, sejujurnya adalah impiannya sejak lama.Namun sikapnya masih tetap dingin. Hatinya belum siap untuk langsung berubah. Bahkan sebagai seorang istri, hari itu Kania tak melakukan apa pun—tak menyiapkan sarapan, tak menyiapkan baju untuk suaminya. Tapi Rafasya sama sekali tak mengeluh.Sebaliknya, Rafasya justru sibuk sendiri: membereskan rumah, menyapu, dan bahkan memasak sarapan sederhana. Suara sendok dan piring beradu terdengar dari dapur. Sesekali, Kania melirik ke arahnya, diam-diam menahan gejolak aneh di dadanya.Tak lama kemudian, Rafasya menghampiri balkon sambil membawa dua cangkir teh hangat.Ia duduk di samping Kania, lalu berkata dengan nada pelan, “Apa kita sewa asisten rumah tangga saja?”Kania meno

  • Istana Yang Ternoda   Bu Ria

    Setelah acara selesai, Rafasya dan Kania berjalan menghampiri Pak Hengky dan Bu Ria.Pak Hengky menepuk bahu Rafasya sambil tersenyum bangga. "Selamat, Nak. Tahun ini kamu benar-benar membuktikan kerja kerasmu. Papa bangga.""Terima kasih, Pa," jawab Rafasya sambil menunduk hormat.Tak lama, Siska dan ibunya, yang tak lain adalah ibu kandung Kania sendiri, juga ikut mendekat. Wajah mereka menyiratkan senyum yang sulit ditebak-antara pura-pura ramah dan penuh perhitungan."Selamat, Rafa," ucapnya, suaranya terdengar manis tapi dingin. "Acara malam ini bagus sekali meski ada satu yang agak berlebihan."Rafasya mengerutkan kening. "Apa maksud Ibu?"Bu Tari langsung menoleh ke arah Kania, lalu menatapnya dengan sinis. "Memuji Kania sampai seperti itu bisa-bisa dia jadi besar kepala dan lupa diri. Seharusnya kamu lebih hati-hati, Rafasya."Kania hanya terdiam, menahan perih di dadanya. Namun sebelum ia sempat berkata apa pun, Rafa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status