Zain menunduk. Wajahnya terlihat tegang. Suaranya sempat tercekat sebelum akhirnya keluar dengan berat."Surat itu berisi pengalihan aset dan tanggung jawab penuh kepada seseorang yang mengklaim sebagai ahli waris Anda."Royal mengerutkan alisnya. Hawa di sekeliling mereka yang semula hangat karena canda tawa berubah dingin seketika. "Ahli waris?" gumam Royal dengan nada dingin.Dia memeluk Jelita lebih erat. "Aku bahkan belum memiliki anak dengan istriku," ucapnya tegas, penuh kemarahan yang ditekan.Jelita hanya mengangguk dalam pelukannya, berusaha memahami situasi. Ia sadar benar bahwa satu-satunya yang pantas menyandang gelar ahli waris adalah anak mereka yang belum lahir. Tidak ada orang lain.Royal mengangkat wajahnya, sorot matanya menusuk. "Siapa orangnya?" tanyanya dingin.Zain terlihat ragu. Tenggorokannya naik-turun, menunjukkan betapa berat nama yang akan ia sebutkan. Namun tak ada ruang untuk keraguan di depan Royal."Victor," jawabnya akhirnya, pelan, hampir tak terdeng
Jelita membulatkan kedua matanya saat mendengar panggilan baru yang meluncur dari bibir suaminya. Panggilan yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Panggilan yang membuat dadanya mendadak sesak oleh emosi yang tak bisa ia kenali."Jelly... Istriku...."Suara Royal terdengar begitu hangat, dalam, dan penuh kelembutan yang menelusup langsung ke jantung Jelita. Pria itu meraih tangan Jelita dengan lembut, lalu mengecup telapak tangannya dengan perlahan, seolah menyematkan janji abadi lewat sentuhan itu.Jelita terdiam, tubuhnya membeku sesaat. Namun rona merah perlahan menjalar dari pipinya hingga ke kedua telinganya. Panggilan itu begitu lembut, manis, dan membuat hatinya bergetar."Jelly... Aku akan memanggilmu begitu mulai sekarang," ucap Royal lagi, kali ini lebih pelan, seperti bisikan yang hanya ingin ia bagikan pada Jelita seorang.Wajah Jelita semakin memerah. Wanita itu menarik tangannya secara refleks dan memalingkan muka ke arah lain, berusaha menyembunyikan kegugupan yang men
Setibanya Victor di rumah besar keluarga Alexander, kabar kecelakaan itu tidak ada yang tahu kecuali sang adik. Luis sama sekali tak mengetahui berita kecelakaan tersebut. Pria tua itu masih tenang-tenang saja kembali pada rutinitasnya. "Apa kamu yakin, Kak?" tanya Regina berbisik pada sang kakak. "Buktinya ada di situ semua," jawab Victor datar sembari menyerahkan ponselnya pada sang adik. Mereka berdua berbicara di taman belakang, di mana tak ada orang yang melihat dan mendengar. Regina segera melihat isi di ponsel sang kakak. Kedua matanya membola saat menonton video. Meski tak terlalu jelas dan bahkan mobil sudah hancur, tapi ada satu ciri khas yang meyakinkannya bahwa benar itu mobil Royal, yaitu robekan gaun yang dipakai Jelita saat pesta ulang tahun kakek mereka. Regina menatap sang kakak. "Kalau Royal benar-benar mati, bukankah warisan itu… tidak berlaku lagi?" Victor memotong dengan nada sinis, "Warisan tetap berlaku. Tapi kita harus merebutnya dulu sebelum Kakek tah
Bunyi decitan rem mendadak dan benturan keras mengguncang jalanan yang sepi. Mobil hitam Royal menyerempet pohon besar di sisi kiri jalan, menimbulkan dentuman logam yang memekakkan telinga. Kaca jendela sebelah kanan pecah menghujani bagian dalam mobil, menyisakan suara kaca berjatuhan dan aroma logam yang tajam menyusup ke udara.Jelita menjerit tertahan, tubuhnya refleks menegang. Namun sebelum ia benar-benar panik, lengan Royal sudah melingkari tubuhnya erat dan melindungi wanita itu dari serpihan kaca. Dada Royal seolah menjadi tameng hangat yang menahan tubuh Jelita agar tak terbentur ke bangku depan. Napas Royal terengah, pundaknya terasa sakit, dan tangannya terluka terkena pecahan kaca."Kamu baik-baik saja?" suaranya parau, bergetar karena emosi yang ditahan.Jelita membuka perlahan kedua matanya yang spontan tertutup karena refleks. Tangannya terangkat, meraba wajah Royal dengan cemas. "Mas... Mas Royal, kamu nggak apa-apa? Apa ada yang luka?" tanya wanita itu panik."Aku b
Sementara itu di dalam ruangan pesta, Regina menggenggam tangan Victor dengan kuat. "Kita tidak bisa membiarkan ini begitu saja, Kak! Royal semakin sombong!" geramnya.Victor memandangi panggung kosong itu dengan tatapan gelap. "Dia memang sudah lupa dari mana dirinya berasal. Lagi pula tidak mungkin dia bisa mendirikan perusahaan raksasa seperti Infinite Corporation tanpa uang dari Kakek.""Apa mungkin dulu Om Rainer mencurinya?" tanya Regina."Entahlah. Yang pasti, dia itu hanyalah anak buangan dari seorang wanita rendahan," sahut Victor."Kakak punya rencana?" tanya Regina pelan.Victor menunduk, matanya menyipit. "Royal mungkin sukses, tapi dia punya satu kelemahan besar."Regina mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?""Jelita," jawab Victor. "Dia satu-satunya kelemahan Royal. Wanita itu buta, tapi Royal menikahinya dan begitu melindunginya."Regina menautkan kedua alisnya. "Jangan bilang kamu tertarik pada si buta itu?"Victor tersenyum miring. "Aku memang tertarik dengan kecantikannya
Saat berbagai hinaan terlontar, Jelita tetap berdiri dengan tenang. Wanita itu menutup mata, menarik napas panjang, dan mengubah lagu menjadi versinya sendiri. Ia tidak mengikuti nada aslinya, tapi menciptakan lagu dari hatinya yang lembut dan menyentuh.Suasana pun tiba-tiba tenang. Hening. Semua orang terdiam. Tak ada tawa, tak ada bisik-bisik. Hanya suara Jelita yang merdu, bergetar penuh cinta, penuh keyakinan. Setidaknya Jelita tahu lagu ini. Lagu yang memiliki nada tinggi dan cukup sulit. Namun, wanita itu berhasil membawakannya dengan lembut dan menyentuh hati.Air mata mengalir di pipi Luis. Royal berdiri mematung, dadanya penuh rasa bangga. Tak menyangka jika istrinya yang buta dan dibuang oleh keluarganya, memiliki suara yang begitu indah seperti dewi cinta.Namun di antara tepuk tangan itu, Victor dan Regina saling menatap. Keduanya tahu, satu hal telah menjadi jelas—Jelita bukan wanita biasa, dan untuk menjatuhkannya, mereka harus membuat rencana yang jauh lebih kejam.Reg