Home / Romansa / Istri Kecil Om Dingin / Bab 3. Perjanjian

Share

Bab 3. Perjanjian

Author: Saraswati_5
last update Huling Na-update: 2023-10-19 00:59:20

Axel keluar dari ruang kerja Tuan Del Piero dengan wajah merah padam. Dia sungguh tidak habis pikir dengan Opa-nya itu.

Waktu itu, Opa-nya meminta dia untuk segera menikah. Setelah dia menikah, sekarang Opa-nya meminta dia untuk segera memberi Opa-nya cucu.

Sungguh ... Axel menyesal sudah kembali ke Indonesia jika seperti ini. Seharusnya, dia tinggal di Meksiko saja. Mengurus semua bisnis yang ada di sana, tanpa ada orang yang mengganggu dirinya.

"Ada apa, Tuan Muda?" tanya Maxime ketika masuk ke dalam ruang kerja milik Axel dan melihat raut wajah Axel yang sudah merah padam.

"Opa mulai berulah lagi!" jawab Axel sambil menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kerjanya dengan mata tertutup.

Maxime menautkan alisnya. "Maksud, Tuan Muda?"

Axel menghela napas kasar. "Opa meminta cucu."

"Ukhuk! Ukhuk! Ukhuk!" Maxime terbatuk ketika mendengar apa yang diucapkan bosnya.

Axel langsung membuka matanya dan menatap Maxime kesal. "Ukhuk! M-maaf, Tuan Muda," ucap Maxime sambil menunduk.

Axel mendengkus. Setelah itu, dia memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Axel sangat pusing dengan permintaan Opa-nya. Bahkan pusingnya saat ini melebihi pusingnya ketika dia harus menangani masalah bisnis.

"Apa kamu ada solusi agar aku cepat punya anak?"

Maxime menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Solusinya hanya satu, Tuan Muda."

"Apa?" tanya Axel sambil menatap Maxime.

"Ekhem." Maxime berdeham untuk menetralkan suaranya. "Anda harus tidur dengan Nona Muda dan membuat dia hamil, Tuan Muda."

Axel menyugar rambutnya. "Bagaimana aku bisa tidur dengan dia, sementara aku ...." Axel tidak melanjutkan kalimatnya.

"Sudahlah Maxime, lebih baik sekarang kamu pergi. Aku ingin istirahat," ucap Axel mengalihkan pembicaraan.

"Baik, Tuan Muda," jawab Maxime yang kemudian langsung pergi dari ruangan bosnya itu.

***

Emily keluar dari ruang kerja Tuan Del Piero dengan wajah muram. Di tangannya ada sebuah paper bag yang di dalamnya ada sebuah baju pemberian Tuan Del Piero.

Emily masuk ke dalam kamarnya dan kamar Axel. Dia mengembuskan napas panjang sambil menaruh paper bag itu di atas tempat tidur. Setelah itu, Emily mengambil baju yang ada di dalam paper bag.

"Astaghfirullah hal'adzim, baju apaan ini?" tanya Emily pada dirinya sendiri ketika melihat baju yang ada di tangannya sangat tipis dan kekurangan bahan itu.

"Ini sih baju renang anak SD, tapi untuk berenang saja ini tidak pantas," gumam Emily sambil membolak-balikan baju pemberian Tuan Del Piero.

"Sebenarnya apa tujuan Opa memberikan baju seperti ini sama aku?" tanya Emily sambil terus menatap baju itu dan memikirkan kata-kata Tuan Del Piero tadi yang mengatakan jika Axel akan menyukai baju itu. "Kok aku ragu ya?"

"Sudahlah, lebih baik aku simpan saja baju ini. Aku tidak mau memakai baju seperti ini. Dan lagi, jika sampai Om Axel melihat ini. Dia pasti akan mengira jika aku ingin menggoda dia."

Emily menyimpan baju itu. Setelah itu, dia masuk ke dalam kamar mandi dan membiarkan kamarnya tidak terkunci.

Sementara Axel yang sangat frustasi memikirkan permintaan Opa-nya, memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Dia ingin membicarakan sesuatu dengan gadis yang saat ini sudah sah menjadi istrinya.

Ceklek ...

Axel membuka pintu kamarnya dan berjalan masuk. Dia menoleh ke penjuru kamar dan tidak menemukan gadis kecil yang sudah sah menjadi istrinya.

"Ke mana dia?" tanya Axel pada dirinya sendiri. Namun, pertanyaannya terjawab ketika dia mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi.

Lelaki berumur tiga puluh delapan tahun itu bisa menebak jika Emily sedang mandi. Dia kemudian menduduk dirinya di sofa sambil menyibukkan diri dengan benda pipih di tangannya. Akan tetapi, aktifitasnya terganggu ketika dia merasakan dirinya telah menduduki sesuatu.

Dengan cepat Axel berdiri dan menatap benda yang tadi dia duduki. "Apa ini?" tanya Axel pada dirinya sendiri sambil menatap benda itu dengan seksama.

Hingga beberapa detik kemudian, kedua mata Axel melotot ketika mengingat benda apa itu. "Kenapa dia ceroboh sekali menaruh benda seperti ini di sini!" ucap Axel kesal.

Setelah itu, Axel berjalan menuju tempat tidur dan memutuskan untuk duduk di sana. Menyibukkan dirinya kembali dengan ponsel di tangannya. Menatap setiap laporan yang dikirim oleh orang kepercayaannya di Meksiko.

Ceklek ...

Pintu kamar mandi terbuka. Emily yang belum menyadari keberadaan Axel di dalam kamar berjalan dengan santai, hanya dengan handuk yang ia lilitkan di tubuhnya. Dia berjalan menuju sofa, di mana dia menaruh bajunya tadi.

Sebenarnya Emily biasa membawa bajunya ke dalam kamar mandi. Akan tetapi, karena tadi banyak yang dia pikirkan, dia menjadi lupa dan meninggalkan baju gantinya di atas sofa.

Emily baru saja akan memakai dalamannya. Namun, tindakannya terhenti ketika dia mendengar suara dehaman seseorang.

Ekhem ...

Dengan takut, Emily menoleh ke sumber suara dan melihat siapa yang ada di sana. Ya, walaupun Emily bisa menembak siapa orang yang ada di belakangnya. Akan tetapi, dia tetap memastikannya.

Kedua mata Emily melebar ketika melihat siapa yang sedang duduk di atas tempat tidur.

Gluk!

Emily menelan salivanya dengan kasar. Dia sangat takut dengan keberadaan Axel di sana. Apalagi, saat ini Emily hanya memakai handuk.

Sementara Axel segera menyimpan ponselnya ketika Emily sudah keluar dari dalam kamar mandi. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Emily.

Emily semakin takut. Detak jantungnya mulai berdetak tidak karuan ketika Axel semakin dekat dengannya.

"Apa kamu sengaja melakukan ini?" tanya Axel dengan raut wajah dan nada bicara yang sangat dingin.

"Maksudnya?" tanya Emily tidak paham.

Axel menatap Emily dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Sudah tahu maksud saya?"

Emily menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil mengangguk. "Aku tidak bermaksud serpeti ini, Om," jawab Emily dengan suara tercekat.

Axel mendengkus mendengar panggilan Emily untuk dirinya. Dia menatap tajam Emily. Setelah itu, dia berbalik dan berkata, "cepat pakai baju kamu, ada hal yang harus kita bicarakan!"

"Ba-baik, Om."

Dengan cepat Emily memakai baju tepat di belakang Axel. Ingin rasanya dia masuk ke dalam kamar mandi tetapi dia tidak ingin Axel marah kepada dia. "Saya sudah selesai, Om."

Axel berbalik dan menatap Emily dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dia mengambil sebuah kertas yang ada di saku kemejanya. Setelah itu, dia memberikan kertas itu kepada Emily dan setelahnya dia duduk di sofa sambil mengangkat satu kakinya dan menaruh kakinya di atas kaki yang lain.

"Maksud Om apa?" tanya Emily tidak paham ketika melihat kertas di tangannya.

"Itu surat perjanjian."

Emily menautkan alisnya. "Sesuai apa yang tertulis di kertas itu. Pernikahan kita akan berjalan sampai kamu memberikan saya seorang anak. Jika nanti kamu sudah memberikan saya seorang anak, maka saya akan membebaskan kamu dari pernikahan ini. Saya juga akan memberikan sepertiga harta kekayaan saya untuk kamu dengan catatan kamu harus melahirkan anak laki-laki."

"Tetapi perlu kamu ketahui, jika saya tidak mudah berhubungan dengan sembarang wanita. Jika kamu ingin saya menyentuh kamu, maka kamu harus membuat saya tergoda dengan kamu," ucap Axel sambil menatap tubuh Emily dengan tatapan mencemooh.

Hati Emily sangat sakit ketika mendengar ucapan Axel. Apalagi dengan tatapan Axel, dia seakan sedang direndahkan secara tidak langsung oleh Axel. "Seberapa banyak apapun, Tuan memberi saya uang, saya tidak akan menerimanya. Saya melakukan semua ini hanya demi Opa."

"Cih!" Axel berdecih. Setelah itu, dia langsung pergi keluar dari kamar entah akan ke mana.

Emily menatap pintu kamar yang sudah tertutup rapat. "Aku berjanji demi Opa, aku akan buat kamu jatuh cinta sama aku."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (16)
goodnovel comment avatar
Ya Lee
tenang Em, sekarang Axel dingin. Entar bukan bucin lagi, posesif
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
Nah kan, ayuk Emily kursus kilat sama Zetha, bikin Axel klepek2 ga bisa jauh dari kamu. setiap saat pengen ciumin aroma ketekmu #ech haha
goodnovel comment avatar
Halimah Ema
Awas aja Axel ya, jatuh cinta saja baru tahu rasa
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 144. Terima Kasih

    Bab 144. Terima Kasih—oOo—Emily merasa seperti sedang berada di dalam mimpi saat melihat Raihan berdiri di tengah-tengah pesta yang diadakan oleh Axel. Pria itu tampak begitu tampan dengan jas yang dipakainya, menunjukkan postur tubuh yang atletis.Selama lima tahun ini, Raihan telah menjadi teman yang setia bagi Emily, selalu ada di sisinya baik dalam suka maupun duka. Walaupun sering kali Emily menolak perasaan Raihan karena Emily hanya menganggap Raihan sebagai seorang sahabat, tetapi pria itu tidak marah dan pergi meninggalkannya. Emily teringat saat mereka berdua merawat Devan, anaknya bersama Axel. Ketika dia sedih dan hampir putus asa karena menduga Axel berselingkuh dengan Chelsea. Raihan selalu ada untuk menghiburnya dan mendukungnya, membuatnya merasa tidak sendirian. "Raihan ...," gumam Emily pelan, tak mampu menyembunyikan perasaan terharu dan takjubnya. Emily menatap Raihan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.Perlahan, Emily turun dari panggung dan berjalan menuju Rai

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 143. Emily Valerie, Istri Saya.

    Bab 143. Emily Valerie, Istri Saya. —oOo—Emily menatap gedung megah di depannya, tempat acara pesta yang akan mereka datangi bersama Axel. Hatinya tiba-tiba tidak karuan, dia merasa akan ada sesuatu yang terjadi di dalam pesta tersebut. Namun, dia juga tidak tahu apa itu. "Ayo," ajak Axel sambil tersenyum. Dia mengulurkan tangannya untuk digandeng oleh Emily. Emily menghela napas. Dia kemudian melingkarkan tangannya di lengan kiri Axel, sementara tangan kanan Axel, dia gunakan untuk menggendong DevanSedangkan Devan yang berada di gendongan Axel terlihat begitu bahagia bisa diajak Axel ke acara ini.Begitu memasuki gedung, seketika semua mata tertuju pada Axel yang tampil gagah bersama Emily dan Devan. Para tamu yang hadir, terutama para wanita, tidak bisa menahan rasa penasaran mereka. Mereka saling bertanya-tanya di antara bisikan, "Siapa gerangan wanita bercadar yang bersama Axel? Dan siapa anak kecil yang digendongnya?" tanya salah satu tamu undangan. "Entahlah, aku juga baru p

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 142. Kembali Ke Mansion

    Bab 142. Kembali Ke Mansion—oOo—Sudah dua hari Emily dan Axel berada di villa. Mereka semua menikmati kebersamaan mereka. Seperti saat ini, Emily dan Chrisa tengah menatap Devan yang tengah membakar ikan yang mereka pancing bersama Axel dan Maxime. Kebetulan kesehatan Tuan Del Piero sudah lebih baik, jadi mereka bisa di villa hingga beberapa hari. Senyum terpancar di bibir Emily kala melihat Devan yang terlihat bahagia bersama Axel. Devan terlihat sangat menikmati kebersamaannya dengan Papanya. "Mama!" Devan melambaikan tangannya pada Emily. Emily tersenyum lalu membalas lambaian tangan putranya. "Devan terlihat sangat bahagia ya?" ucap Chrisa yang terus menatap ke arah Devan. "Iya.""Setelah ini rencana kamu apa? Apa kamu dan Devan akan kembali ke Singapura?" tanya Chrisa menoleh dan menatap Emily. Emily mengembuskan napas berat. "Aku juga tidak tahu, Kak."Chrisa yang melihat Emily mengembuskan napas mengusap baju Emily. "Aku tahu lima tahun lalu kamu kecewa dengan Tuan Muda.

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 141. Bikin Anak

    Bab 141. Bikin Anak—oOo—"Bagaimana?" tanya Axel pada bodyguard yang membukakan pintu mobil untuknya. "Semuanya aman, Tuan Muda.""Bagus." Axel kemudian memberi kode pada bodyguard itu untuk pergi dari sana. Sementara Emily yang melihat Axel dengan bodyguard tadi menautkan alisnya dan betanya di dalam hati. "Apa yang Om Axel bicarakan pada bodyguard tadi? Kenapa bisik-bisik," gumam Emily pelan. Axel berbalik, menatap Emily. Dengan segera Axel bejalan mendekat ke arah istri kecilnya. "Ayo," ajak Axel sambil menggandeng tangan Annisa. "Tadi Om bicara apa sama dia?" Emily memberanikan diri untuk bertanya. Ya, lebih baik dia bertanya bukan? Daripada dia penasaran. "Bukan hal penting, sebaiknya sekarang kita ke sana.""Jika itu bukan hal penting, kenapa Mas bicara dengan dia. Bukannya bisa bicara sama Kak Maxime saja, ya?" Emily tidak mau kalah. Axel mengembuskan napa panjang. "Karena itu—""MAMA!!" Axel bernapas lega saat mendengar teriakan Devan. Karena teriakan itu, dia tidak per

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 140. Menyusul Devan

    Bab 140. Menyusul Devan —oOo— "Jadi gimana?" tanya Axel sambil menatap istri kecilnya. "Om denger sendiri tadi," jawab Emily membuat Axel memicingkan matanya. "Kamu bilang apa tadi?" Emily menutup mulutnya, menyadari akan kesalahannya tadi. Dia kemudian langsung mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas dan membentuk dua jarinya itu menyerupai huruf 'v'. "Maaf, Mas." Axel mendengkus. Ingin marah, tetapi dia tidak tega dan pada akhirnya membuat Axel memalingkan wajahnya ke arah lain. "Jadi sekarang kita mau makan di mana?" tanya Axel. "Terserah Mas aja, aku udah nggak berselera," ucap Emily sedih, pasalnya dia tidak bisa makan siang bersama Devan. Bukan karena Devan tidak ingin makan siang bersama dia, tetapi Emily yang tidak tega jika harus membuat Devan menunggu sekitar dua jam agar mereka bisa makan bersama, mengingat saat ini Devan berada di Villa yang berada di Puncak Bogor. Alhasil Emily menyuruh Devan untuk makan siang bersama Chrissa dan Maxime saja. Axel m

  • Istri Kecil Om Dingin   Bab 139. Kegilaan Axel

    Bab 139. Kegilaan Axel —oOo— Emily menatap Axel yang kini tengah mengemudikan mobilnya. Dia menatap Axel tidak percaya, tidak percaya dengan apa yang telah Axel lakukan. Dia mengingat kejadian beberapa saat yang lalu, di mana dia tengah menatap Marcel yang berada di taman. "Kenapa Om lakukan itu sama Kak Marcel?" tanya Emily saat sudah duduk di dalam mobil. Axel berbalik, memposisikan dirinya untuk berhadapan dengan Emily. Detik selanjutnya dia menatap manik mata Emily dengan lekat. "Karena ...." "Karena apa?" "Karena dia sudah berani ingin menyentuh sesuatu yang sudah menjadi milikku." Emily mengerutkan dahinya, dia merasa tidak paham dengan apa yang baru saja Axel katakan. Maksudnya apa coba? Menyentuh sesuatu yang sudah menjadi miliknya? "Maksud, Om, apa?" Axel menyentuh pipi Emily yang terhalang niqab dan mengusap lembut pipi istri kecilnya. "Dia sudah berani menyentuh kamu satu hari sebelum kamu ke mansion." Emily melebarkan kedua matanya, dia tidak menyangka jika Axel

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status