Share

Bab 31

Author: Catatan Riska
last update Huling Na-update: 2025-07-28 02:00:31

Perjalanan menuju tempat bulan madu mereka dimulai tepat setelah makan malam.

Langit Kanada semakin gelap, namun lampu-lampu kota memancarkan kehangatan di balik udara yang mulai menggigit.

Alicia duduk di dalam mobil hitam elegan yang membawa mereka menuju lokasi yang belum diberitahu oleh River.

Ia sesekali melirik ke arah suaminya yang duduk diam di samping, tampak sibuk dengan ponselnya. Namun di sela-sela kesibukannya, River masih sempat menggenggam tangan Alicia.

“Berapa lama lagi kita sampai?” tanya Alicia penasaran.

River menoleh dan tersenyum samar. “Sedikit lagi. Bersabarlah.”

Alicia hanya bisa mengangguk. Dalam hatinya, ia setengah gugup, setengah bersemangat.

Ada bagian dalam dirinya yang ingin percaya ini akan menjadi malam yang berbeda dari malam-malam sebelumnya.

Malam di mana River mungkin akan lebih terbuka. Malam di mana jarak mereka perlahan mencair.

Sekitar tiga puluh menit kem

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 33

    Waktu sudah menunjuk angka delapan pagi.Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui tirai kamar hotel yang mewah.Alicia terbangun dengan tubuh yang masih dibalut sisa-sisa kelelahan malam sebelumnya.Ketika matanya terbuka perlahan, ia mendapati River sudah duduk di pinggir ranjang, mengenakan kemeja linen putih yang sedikit terbuka di bagian dada.Rambutnya yang acak-acakan justru membuat pria itu tampak semakin menggoda."Bangun, kitten. Kita punya banyak yang harus dibeli hari ini," bisik River sambil mengelus lembut pipinya.Alicia menggeliat pelan dan tersenyum mengantuk. “Belanja? Pagi-pagi begini?”River menyeringai. "Kita butuh perlengkapan. Baju baru untukmu. Dan... beberapa barang khusus."Mata Alicia sedikit membelalak. Tapi ia tidak bertanya lebih lanjut. Ada sesuatu dalam nada suara River yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Setelah mandi dan bersiap, mereka turun k

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 32

    Waktu sudah menunjuk angka delapan pagi.Udara pagi di Pegunungan Rocky terasa menusuk tulang, tapi kabin mewah mereka tetap hangat.Dari jendela besar yang menghadap pegunungan bersalju, sinar matahari menyelinap pelan dan menyapa wajah Alicia yang masih tertidur di dada telanjang River.Lelaki itu sudah terjaga lebih dulu, matanya menatap istrinya dengan intensitas yang tenang namun dalam.Rambut Alicia berantakan dengan cara yang membuatnya terlihat semakin memesona.Di balik selimut bulu angsa itu, tubuh mereka masih telanjang, saling menyatu sejak semalam, tak terpisahkan oleh apapun.River mencium pelipis Alicia dengan lembut. “Pagi, Mrs. Louis,” bisiknya dengan suara serak penuh sisa gairah.Alicia menggumam kecil, lalu mengangkat wajahnya. Bibirnya memerah dan basah, mata cokelatnya masih setengah mengantuk. “Mmm ... pagi. Apa tadi malam nyata? Tubuhku … benar-benar seperti baru saja ditimpa oleh batu

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 31

    Perjalanan menuju tempat bulan madu mereka dimulai tepat setelah makan malam.Langit Kanada semakin gelap, namun lampu-lampu kota memancarkan kehangatan di balik udara yang mulai menggigit.Alicia duduk di dalam mobil hitam elegan yang membawa mereka menuju lokasi yang belum diberitahu oleh River.Ia sesekali melirik ke arah suaminya yang duduk diam di samping, tampak sibuk dengan ponselnya. Namun di sela-sela kesibukannya, River masih sempat menggenggam tangan Alicia.“Berapa lama lagi kita sampai?” tanya Alicia penasaran.River menoleh dan tersenyum samar. “Sedikit lagi. Bersabarlah.”Alicia hanya bisa mengangguk. Dalam hatinya, ia setengah gugup, setengah bersemangat.Ada bagian dalam dirinya yang ingin percaya ini akan menjadi malam yang berbeda dari malam-malam sebelumnya.Malam di mana River mungkin akan lebih terbuka. Malam di mana jarak mereka perlahan mencair.Sekitar tiga puluh menit kem

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 30

    Pagi itu, udara Kanada masih menyisakan kesejukan. Salju tipis yang mencair di sepanjang jalan terlihat berkilau tertimpa cahaya matahari.Alicia bangun lebih awal dari biasanya. Ia berdiri di depan cermin, mengenakan gaun krem elegan tanpa lengan yang jatuh rapi hingga mata kaki.Rambutnya digulung rapi ke atas, menyisakan beberapa helai lembut yang menggantung di sisi pipinya. Ia terlihat menawan—dan kali ini, ia benar-benar menyadarinya.River hanya menatapnya sebentar dari balik koran yang dibacanya sambil duduk di sofa.Senyum tipis menghiasi wajahnya. “Kau semakin mirip istri CEO sekarang,” komentarnya.Alicia menoleh dengan alis terangkat. “Jangan-jangan kau baru sadar aku memang istrimu?”River terkekeh pelan. “Oh, aku sadar. Hanya saja baru sekarang kau terlihat seperti akan menggantikan posisi CEO.”“Berlebihan.”“Sedikit.”Mereka berangkat menuju kantor cabang baru River yang berada di jantung kota, tepat di gedung pencakar langit yang menghadap Danau Ontario.Hari ini adal

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 29

    Langit Kanada menjuntai cerah dengan bias matahari yang lembut memantul di atas hamparan salju yang mulai mencair.Perjalanan dari London ke Toronto berlangsung cukup tenang, dan kali ini Alicia tampak lebih tenang daripada sebelumnya.Ia mencoba menghibur dirinya sendiri. Senyum tipis sering menghiasi wajahnya meski hatinya belum sepenuhnya pulih dari pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab.River yang duduk di sampingnya sesekali melirik ke arah Alicia. Ia menyadari bahwa istrinya tengah berusaha keras untuk menyesuaikan diri.Dan meskipun hatinya ingin berkata banyak, ia tetap memilih diam. Mungkin karena kebiasaan. Mungkin karena takut jika penjelasan justru membuka luka baru.Setibanya di Kanada, mereka disambut oleh udara sejuk dan langit biru jernih.River yang biasanya kaku, untuk pertama kalinya mengajak Alicia berjalan santai di pusat kota, berkeliling di kawasan tua Quebec dengan bangunan-bangunan Eropa yang megah dan jalanan berb

  • Istri Kecil Sang Pewaris   Bab 28

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Langit London berwarna kelabu, nyaris tanpa cahaya matahari.Embun masih menempel di kaca jendela suite hotel saat Alicia terbangun lebih dulu. Ia menoleh ke sisi tempat tidur, mendapati River sudah tidak ada di sana. Hanya sisa kehangatan di ranjang yang menandakan sang suami baru saja pergi.Ia duduk perlahan, menarik selimut hingga ke dada, memandangi ruang kosong yang sunyi.Tidak ada secangkir teh di meja nakas, tidak ada jejak kebersamaan yang tersisa dari semalam. Hanya hening. Dingin. Dan jarak yang rasanya makin membesar, tak terlihat, tapi menyakitkan.Sesaat kemudian, pintu kamar terbuka. River masuk dengan tablet di tangan, masih mengenakan kemeja putih yang belum sepenuhnya dikancing. Wajahnya serius, seperti sedang memikirkan banyak hal.“Kau sudah bangun?” tanyanya singkat bahkan tanpa senyum di bibirnya.Alicia mengangguk pelan. “Kau baru saja keluar?” tanyanya kemudian.“Ya. Meme

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status