Share

18. Tanda Merah

“Bang, ada apa?” tegur Huri saat melihat suaminya menggeleng kepala dengan keras di depan nasi yang baru dua suapan masuk ke dalam mulutnya. Bayangan iatri pertama yang tiba-tiba memergokinya di rumah Huri membuat nafsu makannya menhilang.

“Eh … ini … sepertinya saya sarapan di rumah saja. Pasti Kiya menunggu saya untuk sarapan,” ujar Elang sambil beranjak dari kursinya. Raut wajah Huri pun berubah sendu, tetapi ia mencoba untuk tetap tersenyum.

“Kalau begitu dibawa saja nasinya sekalian untuk Teh Kiya,” ujar Huri seraya ikut berdiri hendak berjalan ke dapur untuk mengambil wadah.

“Tidak usah, Ri, nanti Kiya malah curiga. Saya langsung balik saja ya, Ma, Bu. Ayo Ibu, mau ikut pulang gak? Biar sekalian saya antar.” Bu Latifah memandang besannya dengan tidak enak hati. Tampak sekali Elang ketakutan dengan Kiya, sehingga lelaki itu benar-benar tidak mau s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status