Share

Istri Penguasa Untuk 90 Hari
Istri Penguasa Untuk 90 Hari
Penulis: Esi Apresia

Pertemuan Pertama

Jakarta, 1980.

“Biarkan aku menikmatinya. Dia sangat cantik! Ah … kau memang luar biasa.”

“Ibu …”

Bayangan itu selalu hadir. Sebuah bayangan yang membuat seorang gadis harus menahan ambisinya yang meluap.

“Aku selalu mengingatnya. Dia … tidak akan aku biarkan lolos,” ucapnya dengan amarah yang masih harus tertahan.

“Aku tahu. Sekarang, lebih baik kau mempersiapkan dirimu,” balas seorang lelaki. Tubuhnya dipenuhi tato naga.

“Aku ingin keluar. Sudah lama kau mengurungku. Aku ingin bersenang-senang. Hari ini ada pesta lampion.”

“Tidak mungkin. Kau akan keluar jika saatnya tiba. Aku tidak bisa membiarkanmu.”

Gadis itu berjalan cepat, mendekati lelaki yang segera memalingkan wajahnya. Dia segera menghindar untuk mencegah keinginan sang gadis yang bernama Zulaika.

Zulaika adalah gadis yang sangat cantik jelita. Perawakannya hampir sempurna. Dia sangat tinggi dan berkulit putih. Rambutnya yang hitam tebal, membuat dia terlihat sangat menawan. Apalagi, lesung pipinya. Membuat senyuman indah menyempurnakan wajah bagaikan dewi kayangan itu.

“Tolonglah, izinkan aku melakukannya. Aku hanya berjalan-jalan. Tidak ada hal lain.”

Kedua mata lelaki yang bertubuh kekar dengan rambutnya yang gondrong, akhirnya menatap Zulaika dengan tersenyum. Dia memeluk gadis itu, kemudian menganggukkan kepala. Tidak ada yang bisa menolak keinginan Zulaika jika memasang senyuman indah di wajahnya.

“Baiklah. Tapi ....”

Lelaki itu menghentikan ucapannya. Dia melerai pelukan yang semula masih erat, dan berjalan menuju almari di pojok ruangan. Zulaika mengernyit saat melihat dia mengambil jas. Apalagi jas itu disodorkan tepat di wajahnya.

“Keluarlah. Tapi, kau harus menyamar menjadi laki-laki. Kau akan aman jika menutupi identitasmu. Pakailah jas dan kaca mata ini. Sembunyikan rambut panjangmu itu di balik topi.”

Zulaika tersenyum saat dia benar-benar mendapatkan izin. Dalam langkah cepat, dia masuk ke dalam kamar untuk bersiap. Menyamar menjadi laki-laki memang yang terbaik untuknya. Gadis itu tidak bisa keluar dan memperlihatkan diri sebelum waktunya tiba.

Lelaki yang semula bersedekap dengan ekspresi datar, kini menggelengkan kepalanya. Kemudian dia terkekeh pelan saat melihat Zulaika dengan jas yang dipakainya. Jas itu kedodoran. Perlahan dia mendekati Zulaika, membenarkan topi yang sedikit tidak benar.

“Hmm, kau sangat tampan,” ucapnya tersenyum. Dengan perasaan cemas, dia melepas Zulaika yang sudah berlari untuk keluar.

Dalam langkah cepat, Zulaika terus berjalan menuju kota. Tempat tinggalnya terletak di dalam gudang. Sebuah gudang yang sudah disulap menjadi rumah layak huni oleh lelaki yang mengasuhnya. Gudang itu terletak di belakang bangunan kosong yang sama sekali tidak diketahui orang lain.

Lampu lampion yang menerangi jalanan, membuat Zulaika semakin tersenyum. Dia terus menatap angkasa, menikmati semua cahaya indah itu.

“Sangat indah,” ucapnya sambil tersenyum. Dia melepas kaca matanya, dan memasukkan ke dalam saku jas. Zulaika ingin melihat cahaya itu lebih jelas. Dia terus berjalan dengan kepala mendongak ke atas. Hingga dia menabrak seseorang di hadapannya. Namun, Zulaika masih saja terus berjalan sambil menatap angkasa. Tanpa sadar melihat siapa yang sudah bersentuhan dengannya.

Kedua mata tajam bewarna hitam, mengamati sosok yang menabraknya. Pemuda berumur dua puluh lima tahun itu, dengan serius tidak mengalihkan pandangannya sama sekali. Dia membuang putung rokok, lalu membuangnya ke tanah. Sepatu pantofel mahal miliknya, menginjak putung rokok itu hingga apinya padam.

“Kurang ajar. Kenapa dia menabrakku?” ucapnya dengan emosi. Tapi, kedua alisnya mengkerut dalam. Melihat sesuatu yang sangat aneh dengan sosok itu. “Dia laki-laki. Tapi … kenapa terlihat?” batinnya. Kedua matanya terus menatap, membuat dia melangkah untuk mengikuti.

“Tuan Muda Ardian. Anda mau ke mana?” tanya pengawal. Mereka berusaha mencegah Ardian masuk ke dalam kerumunan warga yang masih menikmati lampion. Dia adalah Tuan Muda kedua penguasa Maulana. Keluarga konglomerat terkaya di kota. Perawakannya yang sangat tampan dan rapi, membuat semua orang selalu menyukainya. Namun, dia tidak pernah terlihat bersama wanita sampai saat ini.

“Aku ingin melihat cahaya itu. Biarkan aku sendiri. Apakah aku terlihat seperti anak kecil?” Kedua mata tajam Tuan Muda itu membuat pengawal menundukkan kepala.

Dengan gagah, dia menerabas semua kerumunan warga. Spontan semua menepi, saat Tuan Muda melewati mereka. Tidak ada wanita yang berani mendekatinya. Untuk menjadi pendamping keluarga Maulana, harus memiliki kriteria yang sangat tinggi.

“Kau!” ucapnya dengan keras.

Spontan Zulaika menolehkan pandangan. Dia mengkerutkan kedua alisnya. Gadis itu masih tidak mengerti, kenapa seorang pemuda memanggilnya. Pemuda itu terus menelisik tubuh Zulaika dari atas sampai bawah. “Hmm, dia ternyata ….” Mendadak, dia membuka jasnya dengan cepat. Zulaika hanya diam mengamatinya.

“Kau … tangkap!”

Jas itu dilemparkannya ke arah Zulaika. Dengan sigap gadis itu menangkap.

“Pakailah di depan tubuhmu,” ucap Ardian. Perkataannya semakin membingungkan Zulaika.

Ardian berkacak pinggang, melihat Zulaika tidak segera memakainya.

“Baiklah ….”

Mendadak Ardian mendekati Zulaika dan memasangkan jasnya. Bahkan, dia menutup semua kancing jas itu. Semua mata memandang mereka.

“Lindungi Tuan Muda.” Para pengawal memutari mereka agar warga tidak bisa mendekat.

“Apa yang kau lakukan? Aku ini laki-laki. Sangat aneh jika kedua pria terlihat seperti ini.” Zulaika mengedarkan pandangan ke semua arah. Dia cemas melihat semua orang memandang dirinya. Dia mendorong tubuh Ardian, namun gagal. Tuan Muda menahan tangannya dengan tersenyum. Mereka sejenak saling memandang.

“Ikuti aku.”

Spontan Ardian menarik Zulaika dan mengajaknya berlari hingga masuk ke kebun tebu. Gadis itu berusaha melepaskan cengkeraman Tuan Muda.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Zulaika menghentikan langkahnya.

“Kau … lupa mengancingnya. Yah, kancing ketiga itu lupa kau tutup. Renda di balik jas itu terlihat. Hmm, sangat aneh melihat pria, namun ….”

Tangan kuat Ardian menarik tubuh Zulaika. Topi yang menutup rambutnya pun terlepas. Ardian membuka dengan tersenyum dan melemparnya ke tanah. Kedua mata bulat hitam pekat itu tidak berhenti menatap Zulaika yang sangat cantik.

“Ternyata dugaanku benar. Kau, menyamar? Untuk apa, Cantik?” bisik Ardian dengan tersenyum.

“Bukan urusanmu. Aku, adalah laki-laki,” balas Zulaika dengan sorotan tajam.

“Hmm, masih mengelak? Bagaimana jika aku sedikit menyentuhnya.”

Ardian menyentuh aset indah Zulaika yang menggunung. Dengan cepat Zulaika menampisnya. Namun, sekali lagi dia gagal. Tuan Muda lebih kuat darinya. Kini gadis itu malah berada di dalam dekapan Ardian.

“Sangat … cantik,” ucap Ardian. Wajah mereka sangat dekat. Napas keduanya pun saling terasa.

“Kau …,” ucap Zulaika masih berusaha meronta, namun gagal. Ardian semakin mendekap lebih erat dari sebelumnya.

Pandangan keduanya saling bertumbukan. Ardian terhanyut dengan tatapan Zulaika. Tuan Muda merasakan detakan hebat. Hingga, sinar cahaya lampion melewati tepat di atas mereka. Sinar itu menerangi dengan jelas wajah Tuan Muda. Spontan, ingatan Zulaika kembali ke masa lima tahun lalu.

“Wajah itu …,” batin Zulaika. Dengan kuat, dia melepaskan Ardian. Mendadak, Zulaika menamparnya sangat keras.

Plak!

“Jangan menyentuhku!” teriaknya keras. Dia mengambil topi yang berada tepat di sebelah kakinya. Rambut hitam yang terurai panjang, kini digulungnya kembali. Zulaika meninggalkan Ardian setelah dia memakai topinya kembali.

“Siapa dia? Sangat menawan. Aku akan mencarinya,” batin Ardian. Dia tersenyum sambil mengamati Zulaika yang terus berlalu.

Tanpa arah, Zulaika terus berlari. Dia masuk ke dalam hutan. Kakinya berusaha menghindari bebatuan licin yang berada di dekat air sungai. Namun, sepatu pantofel yang sedikit longgar di kakinya, membuat dia tergelincir. Zulaika berteriak saat jatuh ke dalam sungai.

“Argh!”

Dia segera berusaha untuk menuju permukaan. “Hah?” Kedua mata Zulaika tidak percaya, melihat pria dengan telanjang dada ada di hadapannya. Ditambah, mengulurkan pistol tepat di keningnya. Kedua mata Zulaika semakin melotot saat melihat.

Pria itu mengamati Zulaika dengan tajam. Kedua mata bulatnya menelisik semua tubuh Zulaika.

“Hmm, kau wanita? Ckk, sangat aneh. Wanita memakai pakaian laki-laki? Apa yang kau lakukan?”

“Tuan Muda Arman Maulana. Saya akan mengurus lelaki ini!” Beberapa pengawal segera mendekati Tuan Muda pertama Maulana yang sedang menikmati air sungai. Mereka segera mendekat ketika melihat Zulaika tiba-tiba terjebur.

Spontan Arman mengangkat tangannya. Membuat semua pengawal menghentikan langkah.

“Siapa kau?” tanya Arman terus menatap Zulaika.

Zulaika tidak membalasnya. Dia menyiratkan air sungai dengan mendadak, membuat Arman memejam. Dengan cepat Zulaika berlari. Arman menahan semua pengawal yang akan mengejarnya.

“Biarkan saja. Dia … sangat cantik. Besok malam, dia sudah harus berada di dalam kamarku. Carilah dia.”

“Baik, Tuan Muda.”

Zulaika terus berlari kencang. Dia melewati jalan kecil agar tidak tertangkap. Dengan deraian air mata, dia terus berlari hingga sampai di gudang tempat tinggalnya.

“Mereka berdua. Tuan Muda itu ….”

Zulaika datang dalam keadaan sangat berantakan.

“Zulaika! Kenapa?” tanya lelaki yang sedari tadi sangat cemas menunggunya. Dia menarik Zulaika, memegang kedua pundak gadis itu. “Zulaika, katakan!” lanjutnya berteriak.

“Aku … aku bertemu dengan mereka!”

Dalam tegang, dia memeluk Zulaika dengan sangat erat. Dia mencoba menenangkan hati Zulaika. Kini, lelaki yang sudah mengasuh Zulaika selama lima tahun itu menatap dengan tajam.

“Sudah waktunya kau keluar.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Natasha Amelia
saya suka ceritanya bab 1 bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status