Share

EP5 Tatap aku!

Tangan Kinara ditarik oleh Enzo, ntah kemana pria itu mau membawa nya. Enzo terus membawa Kinara menuju kamar pribadi nya, tidak perduli dengan para pembantu yang melihat mereka. Kinara berusaha melepaskan tangannya, ia benci kala Enzo benar-benar menganggap nya selayaknya barang.

Enzo menyuruh Kinara untuk duduk di sofa kamar nya, Kinara pun patuh saja. Baru kali dirinya masuk ke kamar kakak nya, kamar nya lebih luas dari kamar nya. Dengan nuansa yang lebih kelihatan manly dan banyak foto kecil Enzo yang menggemaskan.

Kinara memerhatikan sekeliling nya, ia memikirkan Enzo yang sedang apa di ruang ganti pakaian. "Sedang apa dia? apa mau melakukan hal gila lagi?" batin Kinara.

Kinara bangkit, ia tidak tahu kenapa memiliki jiwa yang patuh kepada pria itu. Sekalipun Enzo adalah suaminya, atau lebih tepat kakak nya menurut Kinara tetap lah sama. Tidak seharusnya ia sepatuh ini, perlahan Kinara bangkit dan ingin pergi dari kamar Enzo.

"Mau kemana?" suara berat itu menghentikan langkah nya. Tapi, Kinara seakan tuli ia ingin pergi begitu saja.

"Berhenti Nara!" Perintah itu diabaikan oleh Kinara, ia membuka knop pintu dan langsung berlari menuju lantai bawah. Langkah kaki nya cepat hingga Kinara tidak memerhatikan jalan yang ia lewati, hanya mengikuti naluri hati untuk menjauh dari Enzo.

Enzo berdiri tegap menatap kepergian Kinara, pintu yang terbuka itu ia tetap dengan tajam. "Lagi-lagi dia selalu mengabaikan diriku, Lagi-lagi.."

Kinara berlari menuju Bi Surti yang kebetulan sedang memasak, ia berlindung dibelakang tubuh wanita separuh tua itu. Tentunya Bi Surti bingung, karna melihat Kinara yang terus memerhatikan arah tangga menuju lantai atas.

"Ada apa, Nona?" Tanya Bi Surti, ia melihat banyak keringat yang mengalir di pelipis Kinara.

Kinara menghela napas lega, "Eh tidak papa, Bi. Aku hanya berolahraga tadi, eh malah langsung lapar." Jelas nya yang tentu saja bohong. Bi Surti percaya saja, ia melanjutkan memasaknya.

Kinara membantu, ia mengambil kentang yang sudah dipotong oleh Bi Surti. "Eh ngga usah bantu Bibi, Non. Nanti Tuan besar marah sama Bibi lagi, seperti kemarin.."

Kinara tersenyum mendengar ucapan Bi Surti, ia ingat sekali seperti apa kasih sayang ayah tirinya pada nya. Dan itu sangat berbeda dengan perlakuan Enzo yang malah mencelakai nya, merebut mahkotanya secara paksa.

Mungkin karna terlalu memikirkan tentang Enzo, Kinara sampai tidak mmenyadari jika pisau yang ia pegang mengenai jari nya. Mengeluarkan darah yang banyak, sampai kentang itu terkena darah dari nya.

"Astaga Non, tangannya berdarah." Histeris Bi Surti, seketika Kinara langsung tersadar.

Tiba-tiba ada tangan yang menarik tangan Kinara, memasukkan jari Kinara yang terluka kedalama mulut nya. Mata bulat Kinara yang indah menatap ke orang itu, ia melihat Enzo yang menatap nya dengan khawatir.

Enzo membuat darah itu berhenti mengalir, ia membuang darah yang ia hisap di wastafel. Lalu mengambil plaster yang diberi Bi Surti, memasangkan nya ditangan Kinara. "Sakit.." lirih Kinara.

Enzo menatap nya tajam, "Apa yang kau lakukan? jangan sakiti dirimu seperti itu!" Hardik Enzo, Ia benar-benar marah kali ini. "Jangan pegang pisau sialan itu!" perintah nya, dengan ragu Kinara mengangguk.

Kinara melepaskan tangan nya dari genggaman Enzo, karna Bi Surti terus memerhatikan mereka. Kinara kembali membelakangi Enzo, ia tidak mau melihat wajah tampan itu. Enzo mengepal kan tangannya kala lagi-lagi Kinara selalu saja tidak mau menatap kearah nya.

Enzo memberi kode kepada para pelayan agar pergi saja, karna takut dengan Enzo membuat para pelayan langsung pergi. Bahkan Bi Surti, ia tidak mau bertanya lagi.

Enzo mengangkat tubuh kurus Kinara untuk duduk di Pantry, tentunya Kinara terkejut dengan semua perlakuan Enzo. Ia ingin protes, tapi Enzo sudah membungkam bibir nya dengan tautan bibir yang sedikit penuh menuntut.

Kinara enggan membalas nya, ini juga ciuman kali pertama nya yang telah direbut Enzo kemarin malam.

Enzo mengigit bibir bawah Kinara, hingga wanita itu membuka bibir nya. Sekalipun Kinara tidak membalasnya, Enzo tetap melakukan sesuai naluri hatinya.

Kinara memukul dada Enzo kala merasakan sesak didada nya, pasokan oksigen nya mulai menipis. Barulah Enzo melepaskan tautan bibir nya, ia melihat Kinara yang terengah-engah. Lagi-lagi wajah itu tidak mau menatap nya, bahkan lebih memilih menatap panci yang berisikan sayur sup.

Enzo geram sekali, ia langsung menjatuhkan panci itu tanpa beban sedikitpun. Hingga panci yang berisi sayur sup itu terbuang sia-sia di lantai, Kinara terkejut melihat nya. "Tatap aku! apa panci itu lebih menarik, ha?!"

Mata Kinara langsung terpejam mendengar bentakkan kakak tirinya, air mata nya jatuh seketika. "Untuk apa? untuk apa aku menatap mu?!" Sentak Kinara balik, ia menatap nanar sup yang tidak bersalah itu.

"Kau memang tidak pernah menghargai orang lain, pekerjaan orang lain. kau egois, kau hanya memikirkan tentang dirimu sendiri!" perkataan Kinara membuat tangan Enzo mengepal, ia melihat Kinara yang menangis.

"Simple, kau cukup tatap aku saja. jangan lakukan hal lain, tatap aku kala ada aku disekitar mu." Jelas Enzo, ia tidak mengerti kenapa Kinara sangat sulit melakukan itu.

Kinara perlahan turun dari pantry, ia tidak mendengar perintah gila dari Enzo. Kinara mengambil kain pel, ia mengutip sayur yang terbuang sia-sia itu.

Enzo menarik tangan Kinara untuk jangan lakukan hal kotor lagi, "Jangan lakukan itu." Ucap nya, Tapi Kinara tetap bersikukuh melakukan hal yang seharusnya ia lakukan sedari tadi.

Enzo memijat pelipis nya, sangat sulit membuat Kinara patuh. Ia langsung menarik tangan Kinara lalu menggendong nya bagaikan karung beras, Kinara sampai melotot melihat hal yang dilakukan Kakak nya.

Enzo tidak perduli dengan teriakan dari Kinara, ia terus membawa Kinara menuju ruangan kerja nya.

"Lepas, kak!"

"Diam!" Sentak Enzo balik, Kinara pun terdiam. Ia di turunkan oleh Enzo di ruangan kerja pria itu. Kinara ingin kabur, ia langsung berlari kearah pintu tapi, terlambat sudah. Enzo sudah mengunci pintu secara otomatis dengan remote di tangannya.

Kinara hanya diam berdiri menatap pintu yang besar itu, tangannya mengepal. "Kenapa dia seperti obsesi kepada ku? kenapa?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status