"Duduklah, diam dan jangan banyak protes." kata dari Enzo membuat Kinara pasrah. Ia tidak bisa pergi dari ruangan ini, dengan penuh kebencian Kinara duduk di sofa. Ia menatap ke arah jendela besar yang ada dibelakang Enzo, tatapan nya jauh sekali.
Enzo menghela napas berat nya, ia duduk di kursi kerja nya sambil memerhatikan Kinara yang sudah diam tidak melakukan hal apapun lagi."Jika lapar, ambil makanan di lemari itu." Ucap Enzo, Kinara mengangguk saja.Kinara memerhatikan ruangan kerja milik Enzo, ia bangkit untuk melihat lebih dekat lagi. Kinara melihat ada foto Enzo dengan mendiang ibu nya, Kinara ingat dengan kata dari Relga."Ibu Enzo meninggal karena kecelakaan bersama dengan Enzo, disaat kecelakaan itu nyawa nya hilang."Kinara menjadi kasihan, ia tahu rasanya kehilangan orang yang tersayang. Rasa sakit yang teramat saat ia kehilangan ayah nya, Kinara melihat senyum yang lebar terbit diwajah menggemaskan itu.Kinara tidak menyangka jika Enzo bisa tersenyum lebar seperti itu, ia menatap sebentar kearah Enzo yang sibuk dengan keyboard laptop. Tangan nya lihai bergerak diatas sana, Kinara balik melihat foto keluarga kecil yang bahagia itu."Aku lapar.." perut Kinara sudah berbunyi, ia melihat lemari yang dikatakan oleh Enzo. Kinara membuka nya dan melihat banyak nya stok makanan, ada roti yang mungkin akan mengisi perut nya yang kosong.Kinara makan dalam diam, roti itu memenuhi mulutnya. Tiba-tiba ia tersedak, Kinara batuk-batuk membuat Enzo langsung berlari kearah nya."Ada apa?" Enzo panik sekali, ia mengambil minum di meja kerjanya."Minumlah." dengan cepat Kinara menerima botol minum itu, menenggak nya hingga tersisa sedikit saja di botol itu. Barulah Kinara merasa lega, ia terengah-engah.Enzo tersenyum tipis, ia merasa lucu dengan tingkah Kinara. "Hanya bocah yang tersedak saat makan, dan itu kau." ejek nya, tangan nya menarik gemas hidung mancung adik nya.Kinara sebenarnya terkejut melihat apa yang dilakukan kakak nya, ia memalingkan wajah nya kearah lain karna mata tajam yang seperti elang itu terus saja menatap nya. "Dengar, kau cantik sekali."pujian itu membuat Kinara merasa malu, tapi ia mencoba menalarkan pikiran nya. Cukup Enzo yang gila, dirinya jangan. Mereka adalah kakak adik, sekalipun tiri tetap saja kakak adik.Enzo benar-benar tidak bisa menahan semua nya lagi, ia begitu tergoda melihat Kinara. Padahal saat bersama dengan Bella, Enzo tidak pernah merasakan hal ini. Sekalipun Bella pernah bertelanjang dada didepan nya, tapi Enzo bisa menahan hasrat nya.Enzo menarik tangan Kinara dan mengubah posisi hingga Kinara ada di pangkuan nya. Tentunya Kinara terkejut, tapi Enzo malah menarik tengkuk nya dan melakukan tautan bibir untuk yang kedua kali.Kinara ingin memberontak, "Diam dan patuh, atau aku akan melakukan hal yang lebih lagi." bisik Enzo mengancam Kinara. Membuat tubuh mungil itu membeku, ia mengeluarkan suara yang sangat dibenci kala merasakan gigitan di leher jenjang nya.Kinara hanya diam membiarkan Enzo, ia tahu kekuasaan kakak tirinya itu. Yang membuat Kinara takut jika Enzo mengatakan semua nya tentang hubungan mereka, ia tidak mau itu terjadi."Aku belum siap melihat tatapan kecewa dari ibu, dan belum siap melihat kekecewaan di mata ayah Relga.." Gumam Kinara didalam hati."Ahh"Tiba-tiba Kinara merasakan ada jari yang mengaduk milik nya, ia merintih mengeluarkan suara memalukan itu. Wajah Kinara memerah karna betapa nikmatnya perlakuan Enzo, sedikit berbeda dengan kemarin malam.Kinara berteriak kencang kala merasakan pelepasan nya, ia terengah-engah di pangkuan Enzo."Nikmat sekali kah?" tanya nya, Kinara enggan menjawab. Pelepasan nya tadi sangat dahsyat sampai ia merasakan milik nya yang sangat basah.Enzo menjilat jari nya yang tadi mengaduk milik Kinara, tanpa jijik sedikitpun. Kinara melihat wajah Enzo yang menikmati cairan nya yang mungkin menempel pada jari Enzo, kakak nya itu tersenyum smirk.Kinara memalingkan wajah nya kesamping, ia tidak menyangka ternyata Enzo adalah pria yang sangat mesum. "Kak, ingatlah. Kita adalah keluarga, cukup jangan lakukan hal ini lagi, kak." Pinta Kinara dengan sangat serius."Tapi, aku adalah suami mu. Sah dimata hukum dan agama, aku bebas melakukan apapun." Ucapan simple itu membuat Kinara terdiam.Karena Kinara hanya diam, Enzo ingin melanjutkan aksi nya. Tapi, suara ponsel berdering menghentikan aktivitas. Dengan malas Enzo mengangkat panggilan itu, tanpa membaca siapa yang menelpon dirinya."Halo""Enzo, katanya Bi Surti kamu ribut sama adik, apa itu benar?"Enzo langsung menurunkan Kinara, ia bangkit dan memberi kode kepada Kinara untuk diam."Tidak ada, ayah. aku tidak ada ribut dengan Nara, pasti Bi Surti salah paham."perkataan Enzo membuat Kinara membeku, ia takut kalau Bi Surti sudah mengatakan hal lebih."Benarkah?""Iya ayah, tanyakan saja pada Nara.""Ayah sudah menghubungi nya, tapi tidak bisa. Kau tahu, adik mu sangat jarang bermain ponsel nya.""Mungkin, aku tidak terlalu memerhatikan nya."Enzo berbicara dengan ayah nya sambil menatap Kinara yang sedang memerhatikan nya, ia tahu arti kecemasan wajah itu.Setelah panggilan berakhir, Enzo menghela napas berat. Ia kembali ke kursi kerja nya, untuk melanjutkan pekerjaan nya yang tertunda."Ayah tidak curiga kan, Kak?" tanya Kinara, ia takut sekali."Tidak, aku sudah meyakinkan nya. Soal Bi Surti aku yang mengurus nya nanti, jangan pikirkan apapun." Ucapan Enzo membuat Kinara sedikit lega, sekalipun ada kekhawatiran sedikit."Kak, sebaiknya kita akhiri saja semua ini. Soal kau yang telah merebut mahkota ku.. aku janji tidak akan mempermasalahkan nya." Kata Kinara, ia menatap intens wajah tampan yang juga menatap nya."Kita bercerai, dan melupakan kejadian itu. Bahkan kejadian hari ini, semua nya kak. Aku tidak mau menghancurkan kebahagiaan kedua orang tua kita, dan juga kebahagiaan mu, kak.""Kenapa kau menatap ku hanya kala membahas perpisahan?" pertanyaan dari Enzo membuat mata Kinara membulat sempurna. Dari semua perkataan nya, Enzo malah mengambil kesimpulan itu.Menurut Kinara Enzo sangat ngawur, jika memanggil nya sayang didepan orang tua pasti akan terjadi masalah besar. Dan Nara tidak mau itu terjadi, ia masih ingin hidup. “Jangan aneh-aneh deh, Kak. Manggil sayang didepan ibu dan ayah..”“Siapa yang mengatakan kalau manggil sayang nya didepan mereka, hmm?” Tanya Enzo dengan kedua alis naik turun, ia gemas sekali melihat Nara yang salah tanggap itu. “Ah atau kau mau segera aku panggil sayang didepan umum, begitu?” Tanya Enzo lagi, kali ini sambil menarik gemas hidung mancung Nara. “Ihhh apaan si?! Ngeselin amat!”Nara memukul lengan Enzo, membuat pria itu tertawa. Bahkan Enzo tertawa kencang, baru kali ini Nara melihat nya. Ternyata Enzo sangat tampan kala tertawa, Nara baru menyadari itu. Tangan Enzo meraih tangan Nara untuk duduk dipangkuan nya, kali ini Nara mode pasrah saja. Mood Enzo yang marah-marah tadi telah hilang, dan Nara tidak mau memancing nya lagi. Enzo memeluk Nara erat, mencium aroma Nara yang membuat nya tenang. “Kak
Nara langsung menyingkirkan tangan Enzo dari wajahnya, ia benci sekali dengan pria yang telah berani menguasai hidupnya. “Aku benci pada mu!” Teriak Nara, ia menatap nyalang Enzo yang hanya tersenyum saja dengan cacian nya. Malah Enzo menarik tengkuk Nara, melakukan lumatan bibir ya sekalipun Nara tidak mau membuka bibirnya sedikitpun. Enzo menggigit bibir bagian bawah Nara, hingga terbukalah bibir itu. Enzo mengesap bibir Nara bagaikan mesin penyedot debu, dihisap terus menerus hingga suara pintu terdengar terbuka. Barulah Enzo menyudahi kelakuan nya, ia tersenyum saja kala melihat Nara yang meneteskan air mata sambil menatap nya. “Sayang, maaf ya lama..” Ucap Bella, ia tidak menyadari apapun yang baru saja terjadi. Didalam kediaman nya, Nara menatap Enzo yang hanya diam mendengar kan celotehan Bella. Ia tahu, pria itu hanya menjadikan nya budak nafsu saja. Tapi, bahkan Nara tidak tahu harus melakukan apa sekarang. ~~Diperjalanan pulang, Nara hanya diam menatap jalanan yang me
Masih di posisi yang sama, bahkan tangan Enzo kini sudah berlalih menuju perut Nara. mengelus nya dengan lembut, membuat Nara langsung menatap nya tajam. "Kak, hentikan.." Nara menjauhkan tangan Enzo dari perut nya. "Malu tahu, nanti ada orang lihat!"Enzo tertawa saja, ia memerhatikan sekeliling nya, semua pada sibuk dengan kekasih mereka. Bahkan ada yang sedang berciuman, Enzo harus melakukan hal yang sama bukan? iya dong! Enzo mendekatkan diri kepada Nara, menatap Nara intens dan penuh kekaguman. Mata bulat itu yang selalu saja berkilau kala menatap nya, Enzo benar-benar mengagumi nya. Perlahan-lahan bibir Enzo mendekat pada bibir Nara, bukannya marah atau apa.. Nara hanya pasrah saja. Ia malah memejamkan mata seolah tahu hal apa yang akan terjadi sebentar lagi. Enzo melakukan lumatan bibir dengan gerakan lembut membuat Nara merasa kan kenikmatan dalam ciuman itu. Terus bertukar saliva dan menikmati serangan bibir satu sama lain, kali ini Nara sudah lihai membalasnya. Karna Enz
Bukannya panik atau apa, Enzo kelihatan tenang dan tidak berekspresi apapun. Terkadang Nara bingung, kenapa Enzo mudah sekali bersikap seperti itu. "Kebetulan tadi bertemu dengan Nara dijalan, Ayah. Apa salah nya kami jalan bersama, hemat waktu." Jelas Enzo. Relga mengangguk saja mendengar nya, ia tidak curiga sedikitpun. Nara melirik kearah Enzo yang berjalan terlebih dahulu bersama dengan Relga, dari bekalang seperti ini.. mereka benar-benar sangat mirip. Nara mengikuti mereka dari belakang, bahkan Relga baru menyadari satu hal. Ia menghentikan langkah nya, berbalik arah untuk melihat Nara. "Sayang, kemarilah.." panggil nya, Nara menatap Enzo yang juga menatap nya dengan datar. Nara berjalan menghampiri Relga, mereka berjalan bersama-sama dengan Nara ditengah di antara Enzo dan Relga. Enzo mendengar kan saja cerita Nara pada ayah nya, ia tersenyum tipis kala Nara menceritakan hal yang lucu. Hingga mereka sampai di ruangan VVIP, ruangan yang telah di reservasi oleh Relga sedari
Enzo menarik tangan Nara hingga kini berdiri berhadapan dengannya, tanpa banyak berkata lagi.. Enzo menggendong Nara bagaikan karung beras. Membawa Nara menuju ruang istirahat yang ada di ruang kerja nya, hanya orang tertentu yang tahu tempat itu. Nara memberontak, dalam posisi itu ia terus memukul punggung Enzo sekuat tenaga. Berharap agar pria itu kesakitan, karna Nara tidak mau hal itu terjadi lagi. Tapi, Enzo tidak merasakan sakit sedikitpun. Ia malah merebahkan Nara di atas kasur. Menatap Nara dengan tatapan yang penuh kabut gairah, dengan susah payah Nara melindungi dirinya dari tatapan itu. Enzo merangkak naik keatas kasur, Nara berusaha menghindar. Ia terus mundur kala Enzo ingin mendekati nya, hingga mentok dikepala ranjang. "Mau kemana, hmm?" Suara deep voice itu membuat Nara semakin gugup. "Kak, jangan lakukan ini lagi.""Kenapa? apa salah seorang suami meminta itu dengan istri nya?" Pertanyaan Enzo membuat Nara kebingungan harus menjawab apa. Memang secara logika merek
"Kenapa kau tidak menjaga dengan baik milikku ini, hmm?" Perkataan itu membuat Nara mengerjap pelan, semua hal yang ada dalam dirinya selalu dikatakan milik pria itu. Nara semakin membenarkan satu hal, bahwa Enzo adalah pria yang paling egois yang pernah ia temui. "Apa kakak tidak lihat kemesraan orang tua kita tadi?" Tanya Nara, siapa tahu Enzo akan sadar. Tapi, Enzo malah menjawab nya dengan senyuman manis nya. "Lihat, hanya saja itu tidak urusan ku. Kita ya kita, mereka ya mereka. " Penjelasan yang sangat logis, tapi tidak masuk akal untuk Nara. Lengan kekar Enzo masih memenjarakan Nara, ia terus menatap bibir Nara yang masih menggigit bibir nya sendiri. Tangan Enzo menyentuh pipi Nara yang tirus, lalu beralih menarik tengkuknya hingga sangat dekat dengan Enzo. Enzo melakukan pergulatan bibir yang lembut, bahkan Nara sampai terbuai dengan lumatan bibir itu. Enzo menghisap bibir nya selayak nya vacum cleaner, Nara kewalahan membalas nya. Tok.. Tok.. TokSeketika Nara langsung
Kinara tidak semangat sama sekali dengan kelas nya di pagi ini, tentunya membuat Reni heran. Biasanya sahabat nya itu selalu bersemangat untuk belajar, kenapa kali ini tidak? "Nara, kau kenapa?" Muncul juga pertanyaan yang sadari tadi ditahan Reni. "Aku? kenapa?" Ayolah, Nara malah bertanya balik. Nara dalam posisi kepala tertidur di meja. Ia langsung bangkit, tangannya menopang wajah cantik nya yang sedang cemberut. Reni tidak sengaja melihat sesuatu, ada bekas percintaan di leher Nara. "Eh, apa ini?" Reni menunjuk kearah bekas itu, membuat Kinara menjadi geli. "Apa?""Hahaha, aku tidak menyangka jika Fero dan dirimu bisa melakukan hal seperti ini." Ejek Reni, yang ia pikirkan selama ini jika Nara dan Fero pacaran sehat tidak seperti para remaja pada umum nya. "Apa si?"Karna Nara tidak kunjung mengerti, Reni memberikan cermin kecil nya yang selalu saja ia simpan di tas selempang nya. Nara melihat ada bekas kebiruan di leher nya, seketika ia langsung terkejut. "Astaga!""Seper
Kinara berusaha melepaskan tangan Enzo dari atas paha nya, ia takut dilihat oleh Relga atau Arumi nanti. Enzo tetap bersikukuh memegang paha nya, mengelus nya dengan gerakan perlahan yang membuat Nara merasa geli. "Cepat selesai kan makan mu, Nara. Teman mu sudah menunggu, tidak baik seperti itu." Ucap Arumi, kebetulan juga makanan Nara sudah habis tidak tersisa lagi. Nara mengangguk mantap, ia berlalu pergi meninggalkan Enzo yang menatap nya tajam. Setelah bayangan Nara tidak terlihat lagi, Enzo menyudahi makannya. Ia memerhatikan Relga yang tertawa dengan Arumi, membicarakan hal yang tidak Enzo mengerti. Arumi berlalu pergi membantu Bi Surti membereskan sisa pekerjaan yang ada, tinggallah Enzo dan Relga di meja makan. "Kenapa tatapan mu sangat dingin dengan Ibu Arumi, Nak?" Tanya Relga, ia tahu pasti putra nya tidak akan mudah menerima keluarga barunya. "Biasa aja, Ayah. Tidak ada yang beda, dan aku tidak bisa semudah itu menerima orang asing." Jawaban ketus ala Enzo hanya men
"Ma-maaf Tuan.." Suara itu membuat Enzo menghentikan aktivitas nya, ia dan Kinara saling tatap satu sama lain. Apa lagi Kinara yang melotot sempurna kearah Enzo, ia mengenali suara itu. Kinara mendorong tubuh Enzo yang berada diatas nya, hingga terlihat lah Bi Surti yang masih terdiam berdiri didepan pintu. "Ada apa, Bi?" Tanya Enzo dengan ekspresi wajah yang tenang, hal itu mengejutkan Nara. Bi Surti susah payah menelan saliva nya, ia tahu seperti apa Enzo dalam bersikap. "Saya ingin memberi tahu, kalau Tuan besar akan pulang besok." Ucap Bi Surti, dari tatapan Enzo ia sudah mengerti hal apa yang harus ia lakukan. "Sepertinya bukan itu yang membuat mu, mengikuti kami.. atau mengintip aktivitas kami bukan?" Pertanyaan Enzo membuat Bi Surti semakin takut, kedua mata nya mengerjap pelan. "Maafkan saya, Tuan muda. Saya telah lancang ikut campur dengan urusan, Tuan..""Berjanjilah untuk merahasiakan apa yang kau lihat dan apa yang sudah kau ketahui, jika tidak.." Enzo bangkit dari t