Menyandang status baru sebagai menantu dari keluarga Prayoga bukanlah hal yang mudah, butuh beberapa waktu untuk Riana beradaptasi dengan keluarga barunya itu terlebih karena dia belum lama mengenal keluarga barunya dan hanya sekedar tau.
Pada saat ini Riana dan Andreas sedang berada disalah satu kamar apartemen yang sudah dibeli secara langsung oleh kedua orang tua mereka, sebagai kado dari pernikahan mereka sekaligus untuk bisa menikmati malam pertama mereka sebagai pasangan pengantin.“Kita tidur sekamar atau….” Tanya Andreas dengan ragu, dia berusaha untuk menghargai keputusan Riana jika untuk saat ini dia ingin tidur terpisah, “kalau kamu tidak mau, saya tidak keberatan.”Riana pun terlihat memikirkan sesuatu yang telah dikatakan oleh Andreas lalu tak lama kemudian dia manggukkan kepalanya. “Kita tidur dalam satu ranjang,” jawab Riana, “tapi saya belum siap untuk melakukan semuanya tugas saya sebagai istri pak!”“Saya sudah tau itu. Tapi izinkan saya untuk memelukmu ketika tidur,” jawab Andreas, “oh iya, jangan panggil saya bapak ketika saya dan kamu sedang menjalankan status sebagai suami istri!”“Lalu saya harus panggil apa?” tanya Riana sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Panggil saya sayang, cinta, mas. Saya memang lebih tua dari kamu, tapi saya tidak serenta itu sampai kamu di rumah pun masih tetap memanggil saya bapak.” Jawab Andreas, dia hanya berusaha membuat Riana nyaman berada didekatnya, walaupun harus dia yang menjadi bahan candaan.Riana berusaha untuk menahan tawanya namun gagal, dia tidak menyangka dosen kiler yang berada di depannya ini bisa bercanda juga. “Ternyata bisa bercanda juga yah, saya kira bapak kaku,” ucap Riana.“Bapak lagi.. panggil saya sayang, cinta atau mas!” kata Andreas sambil tertawa.“Hahaha, baik pak eh mas.”Andreas begitu senang melihat Riana yang tertawa lepas bersamanya, setidaknya ini adalah awal yang baik untuknya dan untuk Riana bagaimanapun juga dia harus bisa membuat Riana jatuh cinta padanya, walaupun sekarang dia melupakan seseorang yang terus menunggu kabar darinya.∞∞∞∞Disisi lain Kirana yang berada didalam kamarnya, sudah beberapa hari ini dia tidak mendapatkan satu kabar pun dari Andreas, dia sudah berusaha untuk menghubungi dan memberikan pesan pada pacarnya itu, namun tak kunjung di balas.“Kamu kemana sih, Dre?” tanya Riana, dia sangat kebingungan dengan sikap Andreas belakangan ini yang tiba-tiba sering menghilang begitu saja. “Udah beberapa hari ini kamu gak ada kabar sama sekali, Riana juga gak tau kemana. Kenapa kalian barengan sih ilangnya.”Kirana sudah tidak tahan lagi, dia memutuskan untuk menemui Andreas di rumahnya. Kirana membawa mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi, rasa penasaran dan cemas yang luar biasa membuatnya tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Sesampainya disana, dia tidak menemukan satu orang pun di rumah itu. Rumah yang begitu megah dan indah sekarang kosong tanpa berpenghuni. “Kemana semua orang yang ada disini?”Kirana tidak mau menyerah, dia terus-menerus menghubungi Andreas. “Dre, kamu dimana sih?” tanya Kirana sambil berlinang air mata, “jangan buat aku cemas seperti ini, Dre.” Lirih Kirana.∞∞∞∞Handphone Andreas sedaritadi berbunyi membuat Riana tahu siapa yang daritadi menelfon Andreas tanpa henti, dia tidak berani untuk mengangkatnya karena dia tidak punya ha katas itu. Sedangkan Andreas sedang berada di kamar mandi. Tak lama kemudian Andreas pun keluar dengan hanya memakai handuk dan memperlihatkan badannnya yang seksi. Melihat hal itu membuat Riana gugup, ini kali pertama dia melihat badan seksi milik Andreas.“Sudah puas melihat badan saya yang seksi ini?” tanya Andreas menggoda Riana.“Saya hanya tidak terbiasa melihatnya saja.” Kemudian Riana memalingkan wajahnya berusaha untuk menahan malu.Andreas terkekeh melihat kegugupan Riana yang menurutnya sangat lucu. “Nanti juga kamu akan terbiasa.” Setelah mengucapkan hal itu, Andreas mendengar handphonenya yang berbunyi.“Angkat aja, mas. Bagaimanapun Kirana masih menjadi pacarmu,” ucap Kirana yang sudah tau kalau Kirana pasti sangat khawatir Andreas belum mengabarinya karena dia sibuk mengurusi acara pernikahan mereka.“Baiklah, kalau itu mau kamu.” Andreas pun menjawab telepon itu, Riana dapat dengan jelas sekali kalau memang Kirana yang menghubungi Andreas dan suaranya pun terdengar seperti seseorang yang sudah menangis.“Akhirnya kamu jawab telepon dari aku, Dre.” Ujar Kirana ketika teleponnya sudah diangkat oleh Andreas. “Kamu kemana aja, Dre? Akhir-akhir ini kamu sering menghilang, itu membuat aku khawatir sama kamu. Jawab aku, kamu kemana?” tanya Kirana bertubi-tubi.“Sabar dong, Na, satu-satu dong. Aku bingung harus jawab yang mana dulu,” jawab Andre.“Jawab semuanya!”“Baiklah, beberapa hari ini aku mengikuti semua kegiatan ayahku, kamu tau kalau dia adalah pemilik dari kampus kamu? Sebentar lagi dia akan pensiun. Lalu ayahku akan memberikan semuanya pekerjaan yang dia lakukan kepadaku, tapi aku tetap menjadi dosen dikampus kamu,” jelas Andreas sedikit berbohong walaupun tidak semuanya. Memang benar Aldi menjanjikan kalau dia akan mengangkat Andreas sebagai pemilik dari kampus itu. “Kenapa harus mendadak sekali sih?”“Tidak mendadak, hanya saja aku lupa mengabari kamu karena kesibukanku saat di Bengkulu. Maaf sudah membuatmu khawatir,” jawab Andreas sedikit merasa menyesal.Kirana membuang nafasnya dengan lega. “Tidak apa-apa, setidaknya aku sudah mendapatkan kabar dari kamu. Tadi aku ke rumah kamu dan disana tidak ada siapa-siapa, ternyata kamu ada di Bengkulu,” Andreas tidak begitu kaget dengan penjelasan dari Kirana tersebut karena dia sudah menebak hal ini akan terjadi.“Yasudah, aku tutup teleponnya dulu. Aku sangat capek hari ini, nanti akan aku kabarin kamu lagi kalau aku sudah di Jakarta.” Kata Andreas yang mendapatkan persetujuan dari Kirana lalu menutup teleponnya itu. “Sudah puas?” tanya Andreas kepada Riana yang sedaritadi duduk di samping ranjang sambil mendengarkan percakapannya dengan Kirana.Riana termenung sesaat lalu kemudian menatap Andreas, “Semua ini salah mas!” ucap Riana, “Pernikahan ini seharusnya tidak terjadi, dengan begitu Kirana tidak akan tersakiti dan kamu akan terus bersama dengan Kirana,”“Tidak ada yang salah dengan pernikahan kita,” bantah Andreas yang sedikit kesal dengan yang diucapkan oleh Riana.“Apa kita akhiri saja pernikahan ini?” tanya Riana. “Aku belum mencintaimu, dan aku tidak mau Kirana tersakiti.”Andreas menggelengkan kepalanya. “Aku tidak akan pernah mengakhiri semua ini!” ucapnya dengan tegas. Kemudian Andreas membaringkan badannya lalu menarik Riana untuk tidur disebelahnya. “Sekarang kamu tidur, besok kamu akan kembali kuliah lagi!” perintah Andreas.Riana berusaha untuk melepaskan pelukan dari Andreas, namun sayang tenaganya kalah dengan tenaga Andreas yang begitu kuat. “Tapi, mas..."“Tidur, Riana!” ucap Andreas.Dengan sangat perlahan Andreas memangku anaknya itu, dia tersenyum tipis melihat anaknya yang sudah lahir ini. Lalu Andreas mengalihkan pandangannya pada Riana, “Jadi gimana? Janji kamu bakalan kamu tepatin?” tanya Andreas.Riana terkekeh, “Kamu ngebet banget pengen nikah sama aku?” ledek Riana.Andreas berdecih saat Riana meledeknya, mau gimana lagi Andreas memang ingin buru-buru memiliki Riana kembali, apalagi sekarang ditambah dengan ada anaknya. “Tinggal jawab aja kamu nempatin janji kamu atau enggak, gitu aja susah ngomongnya!”Riana membenarkan posisinya, lalu dia mendekat pada Andreas yang masih menggendong anaknya yang sedang tertidur. “Aku udah janji sama kamu kan mas tidak mungkin aku ingkarin, tapi masa kamu mau nikah sekarang kan gak mungkin.”“Ya gak gitu juga, aku niatnya bakalan nikah sama kamu pada saat anak kita berumur 40 hari,” usul Andreas.Riana menganggukkan kepalanya, “Ya bagus kalau gitu!” kemudian Riana mengambil handphonenya dan memilih untuk bermain game. Me
Andreas baru saja keluar dari ruangan rapatnya, selama hampir tiga jam dia duduk didalam hanya untuk membahas pelaksanaan acara kampus saja. Hal itu membuat dirinya sangat pegal karena dia duduk selama rapat itu, walaupun Andreas adalah pemilik kampus, namun dalam hal ini dia tidak terlalu banyak ikut campur karena dia bukanlah rektor melainkan seorang dosen.Andreas merogoh ponselnya. Dia sangat terkejut ketika melihat beberapa panggilan dari mamah Riana. Andreas menggerutuki dirinya sendiri karena dia lupa tidak kalau handphonenya di silent. Andreas hendak menelepon mamah Riana kembali, namun Ranti kembali meneleponnya. Andreas segera mengangkat telepon dari Ranti karena dia takut terjadi apa-apa dengan Riana.[Assalamualaikum mah, ada apa? Apa terjadi sesuatu sama Riana?] tanya Andreas.[Dre, cepat sekarang kamu ke rumah sakit! Riana melahirkan!]Andreas sangat terkejut, dengan cepat dia menuju mobil dengan berlari. Dia tidak memperdulikan tatapan mahasiswanya yang menatapnya aneh
“Aku akan bersedia menikah dengan kamu kembali saat anak yang ada didalam perut aku lahir, apa kamu sanggup?”Andreas terdiam sebentar, dia menatap Riana dengan sangat serius. “Kenapa?” tanya Andreas. Sejujurnya Andreas sangat ingin untuk segera menikahi Riana kembali, dia tidak ingin menunda-nunda waktu.“Apa kata orang kalau kamu menikahi aku lagi dengan keadaan hamil seperti ini?” tanya Riana, “Lebih baik menikah saat aku sudah melahirkan anak kita saja, karena hal itu tidak akan menimbulkan omongan buruk dari orang lain, kamu tidak setuju yah?”Andreas menggelengkan kepalanya, “Aku bukannya tidak setuju, tapi kenapa kamu harus memikirkan omongan orang lain sih?”Riana tersenyum samar, “Aku bukan hanya memikirkan omongan orang lain yang pasti akan berdampak pada keluarga kita juga, tapi dalam agama pun tidak memperbolehkan seseorang menikah dalam keadaan hamil,”Andreas terdiam, dia lupa kalau agama pun melarang untuk menikah dalam keadaan hamil. Andreas menghela nafasnya sejenak
“Riana, maukah kamu menikah kembali denganku?” tanya Andreas.Riana termenung, seumur-umur dia tidak pernah membayangkan kejadian seperti ini akan terjadi padanya. Pada saat ini ditengah orang-orang yang sedang menikmati hidangan mereka, dia dilamar oleh Andreas yang notabenenya adalah mantan suami dan mantan dosennya sendiri. Karena hal yang Andreas lakukan membuat semua orang menatapnya. “Kamu mau yah kembali lagi bersamaku, dan melanjutkan pernikahan kita yang sempat terputus?” bujuk Andreas.“Ngah?” siapa yang tidak kaget dengan semuanya yang terjadi begitu cepat dan mendadak seperti ini. Hati Riana tiba-tiba berdegub sangat kencang sulit untuk dia atur kembali bahkan bibirnya pun terasa sangat sulit untuk berbicara. “Please, menikahlah denganku!” Bahkan sekarang para tamu undangan pun menyuruhnya untuk menerima lamaran Andreas. Riana sedikit melirik kearah pengantin yang ikut mengatakan hal yang sama. Seketika acara pernikahan Gibran dan Kirana berubah menjadi acara lamaran dada
Andreas yang melihat hal itu tepat didepan matanya, lalu berlari menghampiri Riana yang sudah tergeletak dijalanan.“Riana!” teriak Andreas.“Mas Andreas?” ucap Riana sambil melambai-lambaikan tangannya dihadapan wajah Andreas. Riana mengguncangkan bahu Andreas, “Mas kok ngelamun sih?”Andreas tersadar dari lamunannya, dia menghembuskan nafasnya lega karena itu suma khayalannya saja bukan kenyataan. “Riana?” untung saja itu cuma khayalan, kalau itu benar terjadi mungkin saat ini Andreas sudah menangisi Riana.“Kamu ngelamunin apa sih mas? Jadi gak nih periksa kandungannya?” tanya Riana.Andreas melebarkan senyumannya, “Tentu saja jadi, gak mungkin juga enggak sayang!”Riana mengerutkan keningnya, “Lagian kamu ngelamunin apa sih?” tanya Riana penasaran.“Ah enggak kok!” lalu Andreas segera membukakan pintu untuk Riana masuk ke dalam mobilnya. “Ayo masuk!”Riana pun masuk ke dalam mobil. Sebenarnya dia sangat penasaran apa yang membuat Andreas melamun, karena tidak biasanya lelaki itu s
Riana hari ini hanya menghabiskan waktunya di kamar dan memikirkan apa yang terjadi belakangan ini. Dia berfikir kalau hidupnya ternyata bisa dikatakan seperti sinetron dimana dia dijodohkan dengan pacar sahabatnya lalu sahabatnya balas dendam padanya dan berakhir dengan kepergian Eligo beberapa hari yang lalu. Kepergian Eligo membuat Riana sadar bahwa tidak semuanya dia harus miliki, termasuk dengan Eligo walaupun awalnya niat dia terkesan jahat namun lama kelamaan dia terjebak sendiri lalu dia memutuskan untuk pergi karena dia sadar kalau Riana tidak pernah memberikan hatinya untuk Eligo. Riana tentu saja sangat sedih ketika harus berpisah dengan salah satu teman yang selalu menemaninya itu, namun Riana tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu adalah keputusan dari Eligo yang tidak bisa Riana ganggu, yang terpenting hubungannya dengan Eligo dan Kirana kini semakin membaik walaupun harus dengan jarak yang sangat jauh.Tadi pagi, Eligo sempat melakukan video call dengannya, hanya sekeda