Istri Yang Dicampakkan Menjadi Sultan"Iya, gue mau. Gue udah nahan kesabaran bertahun-tahun buat misahin mereka!" seru Monika.Jodi tersenyum mengejek. "Kubur semua impian lo itu! Sampai kapanpun lo nggak bakalan gue biarin hancurin hubungan mereka!" tutur Jodi.Monika heran dengan lelaki satu ini, tadi Darren mengancam terus mengajak bekerja sama dan sekarang ia kembali lagi memperingati Monika untuk tidak mengusik Jodi dan Alia. Bukankah Darren terlihat memiliki kepribadian ganda? Tidak, lelaki itu hanya bicara semaunya saja. Sudah jelas ia tidak akan membuat siapapun merusak kebahagiaan Jodi dan Alia."Lo gila–akh!" Monika kembali meringis saat rahangnya dicengkeram begitu kuat oleh satu tangan Darren yang kokoh itu."Terakhir gue peringatin, jangan main-main sama ancaman gue! Satu jentikan jari, gue bisa bikin karir yang udah lo bangun susah payah jadi hancur," bisik Darren, suaranya santai tapi menusuk dan membuat Monika ketakutan.Belum sempat Monika buka suara, Darren lebih du
Istri Yang Dicampakkan Menjadi Sultan"Ck! Apa wajahku kelihatan tua?" gumam Darren mendengar celoteh ibu-ibu yang lewat."Bukan tua, tapi sudah cocok jadi ayah, Tuan. Ja–" ujar Kris terhenti saat mendapat lirikan mau dari tuannya itu.Sudut bibir Darren tertarik membentuk senyuman saat menatap Azfer yang juga tersenyum ke arahnya. Semua mata para lelaki bertubuh kekar itu melihat Darren yang tersenyum. Untuk pertama kalinya mereka melihat senyum tulus lelaki kekar yang sangar itu, kesan menyeramkan pada Darren seolah luntur saat lelaki itu berinteraksi dengan makhluk kecil di dalam pelukannya itu.Merasa diperhatikan Darren langsung mendongak. Mereka semua langsung mengalihkan pandangan karena takut terkena teguran."Hen, ambil payung!" titah Darren saat merasakan tiba-tiba matahari menyorot."Baik, Tuan!" Secepat kilat Hendra berlari ke arah mobil untuk mengambil payung.Pukul empat sore masih terlihat cerah, berbeda dengan kemarin yang sudah gerimis dari jam tiga sore. Darren terus
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanAlia tidak berhenti menangis dalam pelukan Bu Mira, mendengar kondisi Jodi saat ini benar-benar membuat Alia rapuh. Ada rasa penasaran dalam hatinya karena Jodi yang tidak terus terang mengenai penyakitnya yang dideritanya.Darren sudah menghubungi Bu Soraya, kini wanita paruh baya itu sedang dalam perjalanan. Ia mengambil penerbangan paling cepat."Allah akan memberikan yang terbaik, doakan saja agar Jodi segera pulih kembali," ujar Bu Mira."Iya, Bu.""Sebaiknya kamu pulang, nggak baik kalau AZ terlalu lama di rumah sakit. Biar bapak jaga di sini, Darren juga ada di sini kok," saran Bu Mira."Tapi, Bu–""Dengarkan ibu, kita pulang ya. Kita doakan dari rumah, bapak pasti akan terus mengabari kondisi Jodi."Alia mengalah, ia juga tidak tega jika membuat anaknya harus berada di rumah sakit. Hendra dan Roy mengantarkan Alia dan Bu Mira, sedangkan Darren dan Pak Darma menunggu di rumah sakit.Darren merasa dirinya lengah, ia bahkan tidak mengetahui j
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanIni sudah hari kelima Jodi terbaring di rumah sakit. Semua keluarga sudah berharap waktu operasi segera tiba, karena kondisi Jodi saat ini semakin memburuk. Alia tidak pernah meninggalkan Jodi terlalu lama, ia hanya akan pulang untuk beberapa jam bertemu dengan Azfer. Setelah itu kembali ke rumah sakit, Alia menolak jika harus berganti menjaga Jodi bersama yang lainnya. Jika bukan Bu Soraya, maka Bu Mira atau Amanda yang menemani Alia.Selain itu, para bodyguard selalu berjaga di luar ruangan. Darren juga selalu memantau meskipun tidak selalu ada di rumah sakit. Jika bisa Darren akan memaksa dokter untuk segera melakukan operasi tapi apa daya, dokter itu memiliki jadwal operasi lain."Makan dulu, Al. Dari tadi malam kamu belum makan," tegur Bu Mira. Bu Soraya baru saja pulang dan berada di rumah bersama Azfer."Aku nggak lapar, Bu," jawab Alia."Inget, Al. Kamu menyusui, Az yang harus kamu ingat. Meskipun nggak lapar, tapi Az butuh asupan nutrisi,
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanMerasakan sentuhan lembut di kepalanya membuat Alia terjaga, ia mengerjapkan matanya mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk menerobos retina. Ia meringis merasakan kepalanya berdenyut, menatap sekeliling ruangan. Hanya melihat sang ibu dengan matanya sembab."Ibu kenapa menangis?" tanya Alia lalu duduk.Bu Mira diam sejenak, tidak kuasa menahan sesak dalam dada. Tanpa kata, wanita paruh baya itu menarik Alia ke dalam pelukannya sambil terisak."Sabar, ya. Ibu percaya kamu kuat, ikhlasan Jodi," bisik Bu Mira.Tubuh Alia langsung menegang, baru mengingat jika dokter tadi mengatakan Jodi tidak bisa lagi bertahan. Alia memang hilang kesadaran saat itu. Semua keluarga langsung berkumpul, saat ini jenazah Jodi sudah ada di rumah dan akan dikebumikan hari ini juga."Ibu ngomong apa sih? Mas Jodi nggak kenapa-napa, Bu. Tadi itu dia pasti cuman iseng doang," ujar Alia terkekeh. Mencoba menepis semua fakta yang ada meskipun sudut hatinya terasa sakit."Jang
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanSatu minggu setelah kepergian Jodi. Alia melakukan aktivitas seperti biasa. Mencoba melapangkan hati dan ikhlas menerima ketentuan Sang Maha Kuasa. Bu Soraya memutuskan untuk tinggal bersama Alia, wanita itu tentu merasa senang dan tidak keberatan. Alia berencana untuk mengurus usahanya, meskipun dari rumah. Bagaimanapun saat ini ia harus bekerja, Alia bukan wanita yang hanya akan duduk diam menikmati harta peninggalan suaminya. Meskipun Alia memang memiliki hak tapi ia lebih memilih untuk menyimpan dan mengelola semuanya untuk masa depan Azfer."Mi, ikut jalan-jalan ke taman yuk," ajak Alia pada mertuanya."Bentar ya, Mami ganti baju dulu," ucap Bu Soraya lalu masuk ke dalam kamarnya.Saat sore seperti ini memang lebih enak jika jalan-jalan ke taman yang tidak terlalu jauh dari rumah. Alia menunggu Bu Soraya di depan rumah, ia menaruh Azfer di stroller bayi. Saat Bu Soraya dan Alia sudah pergi tentu dikawal oleh beberapa bodyguard. Berselang beb
Istri Yang Dicampakkan Menjadi SultanIni hari pertama Alia masuk kuliah, Azfer berada di rumah bersama Bu Mira karena Bu Soraya ada di kantor. Atas perintah Darren, para bodyguard selalu mendampingi Alia tapi wanita itu meminta mereka untuk jaga jarak karena Alia merasa risih saja. Terlihat berlebihan memang tapi Bu Soraya juga tidak akan mengizinkan Alia kuliah jika menolak dikawal bodyguard."Kalian tunggu aja saya di taman atau di kantin, jangan ikutin sampai ke kelas!" pesan Alia."Tapi, Bu–""Aku akan baik-baik, Yessie." Alia memotong ucapan Yessie."Kami tidak bisa kalau terlalu jauh, setidaknya kami akan menunggu di luar kelas," ujar Gita.Alia hanya mengangguk pasrah dan masuk ke dalam kelas, ada empat bodyguard yang menjaganya. Dua orang laki-laki dan dua orang perempuan. Tapi Alia meminta mereka untuk memakai baju biasa agar tidak terlalu mencolok. Karena Alia tidak ingin menjadi bahan tontonan.Memilih duduk di kursi yang berada di dekat jendela, ia mengeluarkan alat tulis
Istri Yang Dicampakkan Menjadi Sultan Alia merasa uring-uringan saat diberikan tugas akuntansi finansial. Ia belum benar-benar mengerti tapi takut menanyakannya langsung pada si dosen killer. Melihat matanya saja membuat Alia ciut apalagi harus bicara langsung. Hari ini Tiara tidak masuk karena sakit, Alia memang sempat bertukar nomor ponsel dengan teman satu kelasnya itu. Selain Alia, Tiara tidak memiliki teman lain karena mereka tahu jika Tiara bukan orang berada. Di kampus yang terkenal elit dan mahal itu memang kebanyakan orang-orang kalangan atas. Tiara bisa masuk pun karena beasiswa. "Hai, Alia. Ke kantin bareng yuk!" Seorang lelaki datang mendekati Alia. "Maaf, tapi saya ada urusan lain. Permisi," balas Alia lalu keluar dari kelas. "Ck! Jual mahal, awas aja lo!" gumam lelaki itu. Alia masih bisa mendengar tapi mengabaikan itu. Hari ini jadwal imunisasi si kecil, Alia akan mengantar Azfer sebelum melanjutkan kelasnya dua jam lagi. Azfer bersama Bu Mira juga sudah datang, s