Share

PEMAKAMAN PALSU

Ella menatap kertas putih di tangannya sebuah lokasi pemakaman, yang di dapat dari seorang pria berumur sekitar 50 tahun. Pria tersebut bernama pak Amri.

Penduduk setempat mengatakan, pak Amrilah yang telah banyak membantu di saat terjadinya kecelakaan di waktu yang lalu.

Dan dari pak Amri pula, Ella dapat mengetahui letak lokasi pemakaman bayinya, Chintya.

"Terima kasih pak, atas bantuannya." kata Ella perlahan. Pria yang bernama pak Amri hanya mengangguk, pandangan matanya bergerak kekiri kekanan, seperti ada sesuatu yang meresahkannya.

Ella menghela napas panjang, padahal banyak hal yang ingin di tanyakan pada beliau.

tetapi melihat sikap pak Amri yang acuh dan rada pendiam, membuat Ella mengurung niatnya.

Ella berjalan perlahan di jalan setapak menuju area pemakaman tersebut. Perjalanan yang memakan waktu sekitar 10 menit.

Angin bertiup ke arahnya sepanjang jalan, terasa begitu dingin bagaikan pisau menusuk ke dalam tulang.

Hingga sampailah di tempat yang di tuju, sebuah pemakaman umum.

Perasaan Ella bercampur aduk begitu mendapati sebuah gundukan kecil di bawah pohon kamboja. Ella berjongkok di depan makam, yang masih basah itu.

Mungkinkah bayi kecilnya yang berada di bawah sana?, sebuah kenyataan pahit, yang harus di terimanya.

"Sayang, ibu datang nak," Ella tidak dapat menahan rasa sedihnya. "Maafkan ibu yang tidak bisa melindungimu. Seharusnya ibu tidak membawamu ketempat itu. Seharusnya ibu membawamu ketempat bermain." Ella menangis pilu.

"Sayang, seharusnya ibu tidak memaksa ayahmu, untuk mengakui kita. Seharusnya kita hidup berdua saja. Karena kita tidak perlu orang lain untuk membuat hidup kita bahagia. Tetapi lihatlah, apa yang telah ibu lakukan." air mata penyesalan terus mengalir dari pipi Ella.

"Ini semua karena kebodohan ibu, ibu yang salah. Maafkan ibu, maafkan ibu." Ella menelungkupkan wajahnya sambil terisak memeluk makam itu. "Ibu sangat merindukanmu, nak."

Setelah beberapa menit kemudian, Ella menghapuskan air matanya.

Setelah membaca do'a, kemudian Ella melangkahkan kakinya, meninggalkan pemakaman tersebut.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, sepasang mata dingin memandang segala tingkah lakunya. Ada senyuman sinis di sana..

Setelah jarak Ella berada jauh dari lokasi pemakaman itu, barulah orang tersebut keluar dari tempat persembunyiannya.

"Itu adalah hukuman untukmu, Ella. Hukuman atas beraninya kamu berselingkuh dariku." guman Dion sambil membuka penutup wajahnya.

"Semua perintah tuan muda sudah saya laksanakan." kata pak Amri yang tiba-tiba muncul dari balik pepohonan.

Ternyata kehadiran Dion di tempat pemakaman itu selain untuk melihat Ella , rupanya ada kaitannya dengan pak Amri juga.

"Bagus." sahut pria dingin itu. Kemudian Dion mengeluarkan selembar cek, di sana tertulis nominal yang sangat fantastik.

"Ini untuk bapak." kata Dion lagi. Pak Amri menelan salivanya, yang tiba-tiba terasa manis. Seumur-umur, baru kali ini dia memegang uang sebanyak itu.

"Terima kasih tuan muda," sahut pak Amri gemetar menerima cek tersebut, sambil membungkukkan badannya.

"Pergilah kemana saja, asal jauh dari tempat ini. Bawalah keluargamu dan anak itu untuk pindah, dan jangan pernah kembali!," Pak Amri mengangguk sambil menundukkan kepalanya.

"Tetapi ingat!!, tidak ada yang boleh tahu tentang hal ini!," tegas Dion kembali, dengan tatapan tajam ke arah pak Amri.

"Ba... baik tuan muda, saya mengerti." sahut pak Amri bergidik takut, karena dia tahu betul, bagaimana pria yang di hadapannya itu jika sedang marah. Lebih baik tidak mencari masalah dengannya.

"Satu hal lagi, tolong bapak jaga anak itu baik-baik. Aku tidak ingin dia tersakiti, atau kekurangan apa pun."

"Baik tuan,"

"Walaupun aku tidak menginginkan kehadirannya. Tetapi segala kebutuhannya, beritahu aku secepatnya."

Kemudian, Dion berjalan dengan cepat tanpa menoleh kebelakang lagi, menuju mobil yang telah menunggunya dan berlalu dari hadapan lelaki setengah baya itu. Pak Amri menghela napas panjang.

Sebenarnya Dion adalah pria yang baik dan ramah, pak Amri mengenal Dion sudah lama, semenjak almarhum tuan Hutama, ayah Dion masih ada. Dulu pak Amri bekerja sebagai sopir pribadi tuan Hutama.

Ketika tuan Hutama meninggal dunia, pak Amri mengundurkan diri karena ingin pulang kampung.

Dan di saat Dion menikah dengan Ella, pak Amri juga tidak datang karena anaknya sedang sakit.

Karena itu, Ella tidak mengenal pak Amri.

Hingga suatu hari, tiba-tiba Dion datang dan meminta bantuan pak Amri dengan sebuah ancaman, membuat pria paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa.

Dion yang sekarang sudah berubah, menjadi kejam dan tidak berperasaan.

Entah apa yang membuatnya berubah, pak Amri tidak berani menanyakannya lebih lanjut, karena yang dikatakan oleh Dion, Ella sang istri berrselingkuh dan bayi itu bukan anak Dion, melainkan anak dari selingkuhan Ella.

Kini Dion ingin membalas rasa sakit hatinya, dengan memisahkan bayi itu dari Ella.

Argh.....

Ternyata Dion telah menciptakan kecelakaan tersebut, dan tentu saja sebelum mobil itu di tabrak, bayi tersebut sudah dipindahkan terlebih dahulu.

Dan Ella hanya boleh tahu, bahwa bayinya sudah tiada.

Pak Amri mengelus dada memikirkan hal ini, sampai pak Amri tidak sadar telah sampai kedepan pintu rumahnya.

Tampak seorang wanita setengah baya, sedang sibuk menenangkan bayi mungil itu. Bayi itu terus menangis, menolak susu botol yang diberikan bi Asih, istri pak Amri.

"Bagaimana ini, pak, bayinya menangis terus." keluh bi Asih putus asa.

Dari pertama datang, bayi tersebut terus menangis, seakan-akan tahu dia dan ibunya telah terpisah.

Pak Amri tampak termenung. Sebenarnya dia kasihan pada bayi itu. Karena perselisihan kedua orang tuanya, bayi itu menjadi korban.

"Mau bagaimana lagi, bu. Kita harus merawat anak itu. Kalau tidak, ibu tau sendiri tuan muda Dion. Dia tidak suka perintahnya ditolak." keluh pak Amri.

Bi Asih terus berusaha agar bayi mungil itu berhenti menangis. Tidak lama kemudian, bayi yang ada di dekapannya tertidur, mungkin kelelahan menangis.

"Apa mungkin ya nona Ella berselingkuh?." guman bi Asih ragu.

"Entahlah bu, kata tuan muda, dia sudah melakukan test DNA ternyata hasilnya negatif." kata pak Amri seperti memikirkan sesuatu, dia merasa sesuatu yang aneh, tetapi cepat-cepat di tepis pikiran itu.

"Yang terpenting kita rawat anak ini baik-baik. Kita didik dia seperti putri kita sendiri. Mungkin suatu hari, ada titik terang dalam rumah tangga tuan muda Dion dan nona Ella." kata pak Amri lagi.

"Aamiin, semoga ya pak. Kasihan bayinya pasti merindukan ibunya." sahut bi Asih sedih sambil mengusap kepala bayi cantik itu dengan lembut.

Pak Amri menghela napas lagi, "Sekarang kita harus bersiap-siap. Kita harus pindah dari sini dengan segera." Bi Asih tampak terkejut.

"Memangnya harus pindah sekarang pak. Apa tidak menunggu Surti selesai ujian dulu." kata bi Asih.

Surti adalah anak semata wayang pak Amri dan bi Asih. Yang masih bersekolah di Sekolah Menengah Pertama.

"Tidak bisa bu, nnt kita bicarakan sama gurunya, agar Surti bisa segera dipindahkan. Bapak tidak mau, tuan muda marah. Lagi pula kita membutuhkan dana untuk menyekolahkan Surti."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status