Home / Rumah Tangga / Jangan Pilih Aku / 04. Bertemu lagi

Share

04. Bertemu lagi

Author: silent-arl
last update Last Updated: 2024-11-27 16:50:06

Ke pindahan yang membawa arah baru bagi Alia dan Ivan sedang di lakukan. Meski mereka harus berpisah dengan Mira, namun mereka berhasil pindah ke kota.

Ibu kembali ke rumah setelah Alia pindah, dengan tegas ibu meminta untuk tidak lagi kembali apa pun yang terjadi.

Meski mustahil, Alia tetap mencoba menurutinya. Sebab, sampai saat ini, Ivan masih dianggap sebagai orang lain yang menyebalkan.

Dari pada sama-sama emosi, Alia tidak akan memaksa sang ibu menerima anaknya. Yang tidak langsung adalah cucunya sendiri.

Bisa jadi Ivan adalah cucu satu-satunya untuk keluarga ini.

“Ivan, nanti Ivan tidur sama ibu ya.” Ucap Alia yang baru saja selesai membongkar koper terakirnya.

Ivan mengangguk sambil celingukan “Bu, kita udah nggak sama tante Mira?”

Alia menggeleng, mencondongkan tubuhnya agar sejajar dengan Ivan yang berdiri di sebelah meja makan “Ivan nggak apa-apa kan tinggal berdua sama ibu?”

Anak kecil itu diam sejenak, menatap ibunya dan seisi rumah yang kosong. Hanya ada satu kamar, kamar mandi dan ruang tamu yang menyambung dengan ruang tv.

“Ivan sayang ibu.” Anak itu memeluk ibunya yang terlihat sedih.

Alia membalas pelukan Ivan dan mengelus rambut lembut anaknya itu “Ibu lebih sayang sama Ivan. Ibu janji akan selalu buat Ivan bahagia.”

Ivan meringgis, dia suka saat Alia memeluknya.

Rencananya, Alia akan mulai bekerja di sebuah perusahaan penerbitan. Sementara Ivan akan masuk TK mumpung umurnya sudah cukup.

Alia sudah mempersiapkan semuanya sebelum pindah, dia bahkan mencari sekolah yang lebih dekat dengan kantornya meski biayanya lumayan mahal.

Untung saja Ivan puas dengan sekolahnya, dan tidak sabar untuk bertemu dengan teman-temannya.

***  

“Ivan, ayo berangkat nak.” Alia meneriaki Ivan yang sedang mengambil tasnya di kamar.

Keduanya sudah siap, Alia tidak membeli kendaraan karena semua sangat dekat. Dia memilih jalan kaki.

Ivan akhirnya keluar memakai seragam putih, merah dari sekolahnya. Ivan terlihat sangat lucu, sampai tanpa sadar Alia meneteskan air mata bangga.

Dia tidak sadar kalau anaknya kini sudah besar.

Alia mengantar Ivan yang langsung di sambut oleh para gurunya. Setelah itu, dia berjalan ke kantornya dengan terburu-buru.

Sebagai pegawai baru, Alia tidak mau kalau sampai citranya hancur karena terlambat.

Dia sedang menunggu lift terbuka dengan kaki yang bergoyang karena panik.

Dari belakangnya, ada seorang pria yang tak sengaja menyenggol Alia.

Sontak Alia menoleh, pria itu menatap Alia dari atas sampai bawah. Sosoknya amat mirip dengan Ivan, atau malah sebaliknya. Ivan yang mirip dengan pria yang ada di belakangnya ini.

“Pak Dimas.” Panggil seseorang yang baru saja datang.

Dunia ini terlalu sempit bagi Alia, bahkan untuk menghindari mantan kekasihnya saja sangat sulit.

Alia membatu di tempatnya berdiri. Seharusnya Dimas ada di Jerman, tapi kenapa dia ada di hadapannya saat ini. Apakah ini Dimas yang lain, tapi kenapa sangat mirip dengan Dimasnya.

Tubuh tegap dengan wajah tampan yang membuat jantung Alia berdebar-debar tak karuan.

Suara lift terbuka menyelamatkan Alia dari kecanggungan ini. Dia membiarkan Dimas dan rekannya masuk terlebih dahulu. Lebih baik dia menunggu lift selanjutnya.

“Nggak masuk?” tanya pria di sebelah Dimas.

Alia menggeleng “Duluan saja, saya bisa tunggu lift lagi.”

“Masuk saja.” Perintah Dimas yang kini menyibukan diri dengan ponselnya.

Mau tak mau Alia masuk, dia berdiri tepat di depan tombol angka yang berjejer vertikal. Dia menghindari kontak mata dengan dua pria yang berdiri di belakangnya.

Dimas menekan angka 8, sementara Alia menekan angka 10. Aman sudah, mereka berbeda lantai.

“Kamu nanti pindahin sekolah anakmu, Dim?” tanya pria sebelah Dimas.

Dimas mengangguk “Kasihan istriku kalau antar kejauhan.”

“Punya tiga anak itu susah bro.” Pria itu meninju lengan Dimas pelan “Jadi gimana soal proyek baru kita?”

Dimas menghela napas panjang dan melotot pada temannya “Bisa di bicarain nanti. Jangan di sini.”

Ketengan Alia tidak selesai sampai situ, di lantai 4 tiba-tiba segerombolan pekerja masuk dan membuat lift penuh sesak. Tubuh Alia terdorong sampai berada di sebelah Dimas.

Napas Alia semakin berat ketika kepalanya tak sengaja mengenai lengan Dimas. Dia terus tertunduk, marah, kecewa dan bingung bercampur menjadi satu.

Mengetahui kalau Dimas sudah memiliki keluarga dengan tiga anak. Rasanya tidak masuk akal kalau Alia mengungkit soal Ivan.

Toh dia sendiri yang ingin melahirkan Ivan saat semua orang menentangnya.

Ini sesuatu yang salah, dia tidak seharusnya merasakan getaran saat bersentuhan dengan Dimas.

Lagi, lagi lift menyelamatkan Alia. Lantai Dimas sudah tiba, pria dengan jas hitam itu keluar terlebih dahulu tanpa mennenggok kebelakang.

Seharusnya memang begitu. Alia lega sekaligus sedih, dia terus berharap kalau itu adalah pertemuan terakhir mereka.

***

“Perkenalkan, saya Alia, penerjemah sekaligus editor baru.” Alia tersenyum saat memperkenalkan dirinya. Sudah lama dia tidak berhadapan dengan orang sebanyak ini.

Manager Alia bangkit dari kursinya dan menjabat tangan Alia singkat “Selamat datang, Alia. Semoga kita bisa jadi tim yang semakin solid ya.”

Alia mengangguk “Baik bu. Saya mohon bimbingannya.”

Akhirnya Alia duduk di sebelah seorang wanita yang sedang fokus pada kerjaanya. Saking terlihat fokusnya, sampai Alia takut untuk menegurnya.

Baru juga hari pertama, Alia sudah mendapat pekerjaan yang setinggi harapan orang tua. Dia melewatkan makan siang agar bisa pulang tepat waktu dan menjemput Ivan.

“Alia, kamu bisa ikut saya rapat?” tanya bu Manager pada Alia.

Wajah Alia terkejut, bibirnya berkedut karena ini adalah hari pertamanya. Dia tidak tahu apa yang harus di bicarkan nanti di rapat itu.

“Santai, ini cuma rapat internal. Kebetulan tim pemasaran ada manager baru.” Lanjut wanita berkacamata itu.

Akhirnya Alia bisa memberikan senyuman “Baik,bu.”

Keduanya duduk di ruang rapat yang masih sepi. Alia sudah siap dengan buku catatan kecil di tangannya.

“Selamat siang semuanya.” Suara yang familiar baru saja masuk ke dalam ruangan rapat.

Sebelum bisa menjawab, Alia mendesah pelan ketika melihat Dimas yang masuk.

“Loh, kok pak Dimas yang datang duluan?” ujar manager Alia panik.

Dimas mengerutkan kening singkat “Bayu masih di bawah.”

Alia terkejut ketika Dimas duduk di kursi yang diperuntukan untuk direktur pemasaran.

Alia semakin menahan diri untuk tidak emosional, meskipun dadanya panas karena pria itu benar-benar baik-baik saja.

“Pak Dimas, kenalkan ini Alia. Dia staff baru di tim saya.”

Dimas hanya mengangguk singkat, membuka laptopnya “Saya sudah lihat tadi.”

Manager Alia meringis menahan malu, melirik Alia yang mengigit bibirnya kesal.

“Al, kamu ambilkan minum pak Dimas dulu.” Bisik manager pelan.

Ketika hendak bangkit, Dimas mengangkat jari telunjuknya “Tidak perlu, saya cuma sebentar.”

Dari sudut matanya, Dimas melirik Alia yang terus bermain dengan pulpennya.

Entah kenapa Dimas merasa ada yang berubah dari Alia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jangan Pilih Aku   END

    Ivan hampir tersedak saat mendengar ibunya memberitahu soal perjodohan dengan salah satu anak kenalannya. Malam itu, Ivan sedang mengajak ibunya makan malam. Awalnya dia menyetujui karena sang ibu yangg memintanya. Tapi sekarang dia menjadi ngeri karena mendengar kata ‘dijodohkan’.Karena sebenarnya jarang sekali Alia mengajak Ivan keluar berdua saja. Biasanya semua adiknya akan ikut, bahkan kalaupun sang Ayah sedang keluar kota.Baru saja dia ingin mencoba mendekati Anya. Tapi sekarang dia harus mendapat ide yang Alia anggap sangat cemerlang ini.“Bu, Ivan boleh menolak saran ibu tadi?” tanya Ivan dengan lembut.Alia menatap anaknya penuh kesedihan “Kenapa, nak? Kamu belum mau pacaran, ya.”Ivan menggeleng dan tersenyum kecut “Ada yang Ivan suka. Dan sekarang Ivan sedang mencoba mendekatinya.”Alia mengedipkan matanya untuk menutupi keterkejutannya “Kalau ibu boleh tahu, siapa cewek itu?”Lelah menutupi, Ivan akhirnya mendengus sambil menjawabnya “Anya.”Alia terdiam sejenak “Lah, An

  • Jangan Pilih Aku   S2. Ivan Story 5

    Hari itu, perasaan senang yang lama dirindukan oleh Ivan akhirnya tiba juga. Dia menghabiskan sisa harinya dengan bercengkrama dengan keluarga dan juga Anya.Semua terasa begitu lengkap, ada ibunya, ayahnya juga wanita yang ia kagumi.Mungkin terdengar berlebihan, namun inilah yang Ivan rasakan. Seperti kembang api meletus dalam dadanya secara serentak. Indah dan mendebarkan.Dia melihat banyak sisi Anya yang tak pernah ia ketahui. Ternyata gadis itu masih berusia 20 tahun. Anya juga tidak memiliki Ibu, maka dari itu, dia senang sekali ketika Alia memperlakukannya dengan baik.Ada hal yang lebih membuat Ivan kaget. Rupanya Anya sangat dewasa. Dia tidak sedang berlibur, melainkan mendapat kesempatan untuk magang. Padahal, papanya adalah pemilik dari perusahaan yang besar.Hidup Anya terjamin, tapi dia malah memilih untuk mencoba berdiri sendiri.Sayangnya, waktu berjalan terlalu cepat. Ivan harus pulang, enggan rasanya berpisah dengan Anya.Ivan berharap momen seperti ini bisa terulang

  • Jangan Pilih Aku   S2. Ivan Story 4

    Anya meminta nomor telepon Ivan karena dia merasa memiliki hutang pada Ivan.Entah kenapa Ivan dengan ikhlas memberikan data pribadinya pada Anya. Bahkan dia tidak merasa terganggu saat Anya melanjutkan kembali mengerjakan tugasnya.Bahkan ketika Anya menanyakan saran pada Ivan, pria itu dengan sadar membantunya.“Aku pulang dulu. Kamu pulang sama siapa?” tanya Ivan yang sedang mengemasi barangnya.“Rumahku di sebelah, deket banget.” Anya yang masih fokus pada laptopnya.Ivan menagangguk “Aku duluan.”*** Keesokan harinya.Ivan terdiam ketika ternyata pekerjaanya bisa selesai lebih cepat dari yang dijadwalkan. Seharusnya dia bahagia, rupanya dia masih ingin berada di kota yang jaraknya sekitar 4 jam dari kotanya.Sayangnya, Ivan tidak memiliki nomor Anya.Ivan pamit kepada Pak Kusuma. Bahkan saat sampai di luar kantor, dia celingukan mencari seseorang yang menggangu hati dan pikirannya.Baru pertama kali ada yang begitu mengusiknya.Namun, dia juga menjadi takut kalau rasa penasaran

  • Jangan Pilih Aku   S2. Ivan Story 3

    Setahun setelah Ivan lulus kuliah, dia yang hampir berusia 23 tahun menjadi sangat mudah emosi ketika berada di kantor. Ivan tidak langsung diangkat menjadi Direktur , melainkan menjadi manager di bawah pengawasan sang ayah langsung.Ivan sangat percaya dengan kalimat ‘percaya pada proses’, maka dari itu Ivan selalu menggerutu tiap bawahnya melakukan kesalahan yang sepele.Meski masih terbilang muda, Ivan sudah sangat diperhitungkan oleh para rekannya.Hari ini, Ivan harus menghadiri rapat di luar kota sendirian. Ivan sangat anti disupuri oleh orang lain. Maka dari itu dia selalu sendiri setiap rapat di luar kota.Kalau naik pesawatpun dia selalu menolak di jemput. Pokoknya Ivan selalu merasa bisa melakukan semuanya sendiri.“Selamat siang, saya Anya senang berkenalan dengan anda.” Ucap wanita yang mengenakan baju super rapi, wanita itu mengulurkan tangannya menunggu Ivan menyambutnya.Ivan menjabat tangan wanita itu “Saya Ivan, senang berkenalan dengan anda.”Anya terkikik melihat be

  • Jangan Pilih Aku   S2. Ivan Story 2

    Ivan tetap diberi ijin kepada Opanya untuuk mengambil kesempatan magang yang Saka berikan. Bagi Opanya, lebih baik Ivan menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu.Toh beberapa bulan lagi dia sudah resmi lulus.Ivan duduk di kamarnya dengan perasaan gusar karena dia terus terusik oleh Diana. Tadi siang gadis itu menelepon Ivan dan mengajak ketemuan besok siang di dekat parkiran. Ada yang ingin dia bicarakan.Tentu saja Ivan tidak langsung menyetujui hal itu. Sambil menatap ponsel, Ivan menggetuk-ngetuk kakinya ke lantai.“Sebenarnya dia mau apa?” gumam pria itu kesal, dia mendongakan kepala menatap langit-langit kamarnya yang remang-remang.Ivan beranjak dari kursinya ketika Omanya mengetuk pintu.“Van, ada yang cariin kamu.” Teriak Oma dari balik pintu.“Ya, Ma.”***Seorang wanita berdiri tidak jauh dari pajangan foto yang menunjukan semua anggota keluarga dari rumah tersebut.Wanita itu menatap Alia dengan hati-hati. Dengan parasnya yang cantik, Diana terhenti ketika melihat Ivan yang

  • Jangan Pilih Aku   S2. Ivan Story

    Ivan tidak pernah keberatan menjadi anak dari ayah sambungnya meski kini dia tahu kalau dia bukanlah anak kandungnya.Ayahnya bukan orang sembarangan, Saka Salendra, adalah seorang CEO yang sukses setelah berhenti dari pekerjaan lamanya yang merupakan seorang dokter.Setelah itu, dia menikah dengan ibunya, Alia. Melahirkan tiga adik yang usianya tidak berjarak jauh dari Ivan.Ada Arka, Saika, dan Raida.2 anak laki-laki dan dua lagi perempuan.Sekarang Ivan berusia 20 tahun, dia masih berkuliah di sebuah universitas swasta di kota. Sebenarnya Ivan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Oma dan Opanya. Karena mereka mulai kurang sehat, Ivan dengan sukarela menawarkan diri untuk menjaga mereka.Tapi pada dasarnya, Ivan memang lebih akrab dengan mereka ketimbang dengan orang tuanya sendiri.Bukan karena dibedakan, tapi, dia hanya malas dengan kondisi yang ramai. Ivan lebih pendiam dari yang dibayangkan.Sosok Ivan yang suka bicara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status