Share

4. Pasrah

Author: Cucu Suliani
last update Last Updated: 2021-11-23 04:40:26

"Penting banget ya, Mas? Aku lagi sakit loh! Masa akunya malah kamu tinggalkan?" protes Mer.

Adi langsung memeluk Mer. Dia mengusap lembut punggung Mer. Dia tahu jika istrinya pasti sedih dan kecewa, karena mereka baru saja menikah tapi Mer harus ditinggal pergi.

Mer langsung membalas pelukan Adi. Mer memeluk Adi dengan sangat erat. Air mata yang sedari tadi ditahan, kini tumpah juga dan langsung membasahi kemeja yang di pakai oleh suaminya.

Merasakan dadanya yang basah, Adi merasa tidak enak hati. Karena pastinya istrinya tersebut begitu terluka akan apa yang sudah dia ucapkan, dia berusaha untuk menenangkan hati istrinya.

"Hey! Jangan menangis, Mas perginya cuma dua hari. Mas tidak pergi dalam waktu yang lama, Mas pergi hanya untuk mengerjakan urusan kantor saja." Adi berusaha melerai pelukannya, tapi tak bisa.

Mer seakan enggan untuk menunjukkan wajah sedihnya. Dia segera menyusut air matanya. Setelah itu, barulah dia melerai pelukannya dengan Adi.

"Pergilah, Mas. Aku ikhlas!" ucap Mer pada akhirnya.

Mendengar ucapan dari istrinya, Adi langsung menatap wajah Mer dengan begitu lekat. Lalu, pandangan matanya turun pada bibir istrinya. Menatap Adi dengan tatapan yang begitu sulit untuk diartikan.

'Percuma aku menahan kamu, Mas. Ngga bakal bisa juga,' ucap Mer dalam hati.

Tidak lama kemudian, Adi merapatkan tubuhnya. Lalu, dia menangkup pipi Mer dengan kedua telapak tangannya. Kemudian, Adi pun menautkan bibirnya ke bibir Mer dengan sangat lembut.

Rasa manis dan rasa asin bercampur menjadi satu. Karena Mer terus saja menangis di sela tautan bibir mereka, dia tidak kuasa menahan rasa sedihnya walaupun hanya di dalam hati saja tanpa berani mengungkapkannya.

Mer sebenarnya begitu enggan bersentuhan dengan suaminya itu, tetapi rasa cintanya seakan memaksanya untuk berusaha menahan rasa sakit itu.

"Jangan sedih, Mas pasti cepet pulang. Kamu hati-hati di rumah sama bibi," ucap Adi setelah tautan bibir mereka terlepas.

Mer menatap wajah suaminya dengan lekat, dia berharap jika pria itu tidak jadi pergi. Walaupun pada kenyataannya itu sangatlah mustahil.

"Iya," jawab Mer singkat.

Untuk sesaat, Adi memperhatikan penampilan Mer. Mer terlihat menyedihkan. Dia seakan tidak tega untuk meninggalkan Mer. Akan tetapi, istri pertamanya menunggu dan anaknya juga menunggu Adi. Dia tentu saja tidak mungkin mengabaikan mereka.

Berat hati memang yang Adi rasakan. Akan tetapi, Adi harus pergi meninggalkan Mer. Karena janjinya kepada anak dan istrinya.

"Mas, rapi-rapi sebentar. Masih ada yang harus dirapikan diruang kerja, nanti kalau udah mau berangkat, Mas ke sini buat pamitan sama kamu." Adi mengecup kening Mer.

Mer hanya bisa memejamkan matanya, dia berusaha untuk menahan gejolak amarah yang bersemayam di dalam dadanya. Dia berusaha untuk menyembunyikan rasa sakit hatinya terhadap suaminya tersebut.

"Iya, Mas." Mer lalu mengangguk.

Setelah mendapatkan kata persetujuan dari Mer, Adi segera masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia merapikan barang-barang yang harus dibawa ke rumah istri pertamanya. Hampir setengah jam Adi merapikan semua barang-barang yang ada di dalam ruangan kerjanya.

Selama Adi berbenah, tanpa sepengetahuan Adi, Mer buru-buru mengganti pakaiannya. Dia juga menyiapakan beberapa baju dan perlengkapan yang dia perlukan untuk membuntuti suaminya selama 2 hari.

Setelah semuanya siap, Mer segera menyembunyikan tas yang akan dibawa di kolong ranjang. Tentu saja hal itu dia lakukan agar tidak ketahuan oleh suaminya.

"Maaf jika aku berbuat nekat, Mas. Aku hanya ingin memastikan semuanya, aku hanya ingin melihat bagaimana kelakuan kamu di luar sana, mas." Mer berucap dengan begitu sedih.

Setelah itu, dia kembali ke tempat tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut sampai sebatas lehernya.

Tak lama kemudian, Adi masuk ke dalam kamar Mer. Dia berniat untuk berpamitan kepada istri yang baru saja dia nikahi itu.

"Sayang! Mas berangkat sekarang, sudah siang banget soalnya," ucap Adi.

Mer langsung menganggukkan kepalanya. Dia tidak mau menahan suaminya lagi. Percuma bukan, karena itu tidak akan berhasil.

Lagi pula, Mer ingin jika suami cepat berangkat. Agar dia tahu, kegiatan apa saja yang dilakukan oleh suaminya selama bersama dengan istri pertamanya.

"kamu baik-baik, di rumah. Jangan kelayapan, nanti bahaya. Nggak ada akunya, yang jaga." Adi berucap seraya mengelus lembut tangan istrinya.

Ucapan yang terucap dari bibir Adi terasa bagaikan sampah di telinga Mer, ucapan itu terasa manis tapi aslinya hanya membuat dirinya merasa mual.

"Iya, Mas. Mas juga hati-hati, jaga hati Mas untuk aku aja. Jangan di bagi-bagi, nanti akunya ngga sanggup." Mer sengaja berucap seperti itu.

Mer, ingin tahu seperti apa reaksi dari Adi. Ternyata Adi terlihat kaget. Akan tetapi, beberapa detik kemudian, Adi berusaha untuk menetralkan wajahnya.

Dia terlihat tersenyum dengan begitu manis ke arah Mer, sepertinya punya itu memang sudah terlatih dalam berbohong.

"Nggak, Sayang. Nggak mungkin seperti itu, Mas sangat mencintai kamu. Mas nggak mungkin berpindah ke lain hati." Adi terlihat meringis saat berucap.

Mer hanya diam, dia tak sanggup lagi untuk berkata apa pun. Karena nyatanya dia sangat tahu jika suaminya itu sedang berbohong, Mer sangat tahu jika suaminya berkata seperti itu hanya dari bibirnya saja tidak dari hatinya.

"Mas, beneran kamu nggak bisa diam di rumah aja? Aku sendirian loh, aku sakit dan butuh perawatan dari kamu." Mer berucap dengan begitu manja, dia masih berusaha untuk menguji bagaimana perasaan suaminya terhadap dirinya.

Adi langsung menarik tubuh istrinya dengan begitu lembut ke dalam pelukannya, dia elus tunggu istrinya dengan begitu lembut. Bahkan, pria itu kembali menunduk untuk mengecup bibir istrinya.

Adi bahkan kembali memagut bibir itu dengan begitu lembut, Mer hanya terdiam tanpa membalas pagutan dari bibir suaminya tersebut.

Adi juga tahu jika mereka merupakan pengantin baru, tetapi dia tidak bisa mengabaikan keinginan dari istri pertamanya.

"Maaf, Sayang. Mas tidak bisa menunggu kamu, karena ini adalah tugas dari kantor. Uangnya juga nantinya buat kamu loh," ujar Adi seraya terkekeh.

Mer hanya terdiam seraya memperhatikan wajah suaminya, tidak lama kemudian Mer mengusap bibir suaminya. Bibir yang begitu pandai mengeluarkan kata-kata manis tetapi penuh dengan kebohongan.

"Pergilah! Aku bisa menjaga diriku sendiri," ujar Mer pada akhirnya.

"Apa kamu tidak marah?" tanya Adi sedikit takut karena raut wajah istrinya terlihat begitu serius.

"Tidak! Aku tidak marah," jawab Mer. 'Aku hanya kecewa, Mas.'

"Terima kasih, Sayang. Kamu memang istri yang pengertian," ujar Adi memuji.

'Aku hanya wanita bodoh, Mas. Sangat bodoh, karena nyatanya Aku adalah wanita yang begitu gampang kamu bodohi dan gampang menikah dengan pria yang sudah beristri dengan kamu.'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    74. Liburan Yang Menyenangkan

    Pada kesempatan yang ada, Mer membicarakan tentang rencana liburan yang sudah dia atur untuk kepentingan Anggi dan juga Johan. Dia mengatakan kepada Arga kalau liburan juga penting untuk mereka berdua dan kedua anaknya. Arga awalnya merasa keberatan karena perusahaan miliknya kini sedang berada di atas kejayaan, dia sedang begitu sibuk mengerjakan pekerjaannya. Namun, di satu sisi dia juga tidak ingin mengecewakan istrinya, anaknya dan juga adik iparnya. Lagi pula, untuk masalah pekerjaan bisa dia kerjakan di Bali sambil liburan. Akhirnya Arga memutuskan untuk pergi berlibur ke Bali, tentunya setelah dia menekankan kepada Johan Kalau pria itu juga harus tetap bekerja walaupun lewat laptop. Jika ada meeting penting, mereka harus melakukan zoom meeting melalui layar laptop. Agar perusahaan mereka tetap berjaya, karena itu penting adanya. "Yes! Kalau gitu kita harus pesan Villa aja, biar lebih leluasa saat berlibur. Jangan pesan kamar hotel, Yang. Kurang asik," ujar Mer. Mer meras

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    73. Rencana Berlibur

    Sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, Johan dan juga Anggi benar-benar mengadopsi Meira. Karena mereka merasa kasihan terhadap gadis kecil malang itu.Mereka benar-benar merasa iba karena di usianya yang masih sangat kecil, dia justru malah mendapati nasib yang sangat malang.Ayahnya kini divonis jika usianya tidak akan lama lagi, sedangkan ibunya sama sekali tidak mencari keberadaan putrinya tersebut. Ibunya seolah tidak peduli dengan perkembangan anaknya dan seolah tidak ingin menoleh ke belakang lagi.Padahal, jika memang Hanum begitu membenci Adi, itu tidak masalah jika dia tidak mau menemui pria itu. Namun, masalahnya Meira adalah putri kandungnya, setidaknya wanita itu harus ingat untuk mengurus putrinya tersebut.Anggi sangat sedih karena sudah cukup lama menikah dengan Johan, tetapi belum memiliki keturunan. Padahal, dia begitu menginginkan keturunan, tetapi yang sudah memiliki keturunan malah seolah tidak mau mengurusi keturunannya.Saat Anggi dan juga Johan membawa Meir

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    72. Mempersiapkan Semuanya

    Setelah mendapatkan perawatan selama tiga hari, akhirnya Mer diperbolehkan untuk pulang membawa baby cantiknya.Saat Mer pulang, Arya terlihat begitu bahagia sekali bertemu dengan ibunya. Karena selama Mer di rumah sakit, anak itu tidak pernah sekalipun diajak ke rumah sakit.Arya juga begitu senang saat bertemu dengan adik perempuannya, adik perempuan yang terlihat begitu cantik sekali.Di sana juga ada tuan Danu, pak Adan, Johan dan juga Anggi. Mereka nampak berada di sana untuk menyambut kedatangan dari baby cantik milik Mer.Mereka bahkan menyulap ruang tamu milik Mer layaknya ruangan untuk berulang tahun, penuh dengan balon dan juga foto-foto baby kecil Mer yang selalu Arga kirimkan kepada tuan Danu dan juga Johan."Uuhh! Keponakan aku cantik sekali, siapa namanya?" tanya Johan yang langsung mengambil alih baby cantik dari pangkuan Mer.Mer menolehkan wajahnya ke arah suaminya, wanita itu seolah berharap jika yang akan menjawab pertanyaan dari adiknya itu adalah suaminya tersebut

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    71. Baby Girl

    Arga merasa begitu bangga karena selalu bisa memuaskan istrinya, dia merasa begitu berharga sebagai seorang pria. Melihat wajah penuh kepuasan dari istrinya, dia merasa sangat puas."Balik, Yang!" pinta Arga.Mer paham dengan apa yang diminta oleh suaminya tersebut, wanita itu nampak merangkak seperti bayi. Karena itu adalah posisi yang paling difavoritkan oleh suaminya tersebut.Tidak lama kemudian, Arga nampak memompa tubuh istrinya dari belakang. Dia maju mundurkan pinggulnya dengan penuh perasaan."Enak, Yang. Sangat enak," ujar Arga seraya menekan pinggang istrinya.Tidak lama kemudian Arga merasa seperti ada gejolak hasrat yang hendak keluar, tentu saja dia langsung mempercepat goyangan pinggulnya. Lalu, dia memperdalam miliknya dan memuntahkan cairan cintanya."Ouch! Yang, sangat enak." Arga memejamkan matanya karena mencapai klimaksnya.Kini Mer yang nampak tersenyum puas mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut, dia merasa senang karena Arga selalu bisa mencapai pu

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    70..Sebentar Lagi

    Semakin buncit perut Mer, wanita itu semakin kesulitan untuk bergerak. Karena bukan hanya perut wanita itu saja yang semakin membesar, tetapi badannya juga semakin membengkak.Beruntung kaki wanita itu tidak ikut membengkak, karena dengan seperti itu Mer masih bisa bergerak dengan begitu bebas. Walaupun memang dalam berjalan lebih lambat.Mer juga merasa beruntung karena Arga semakin perhatian saja kepada wanita itu, bahkan Arga lebih sering menemani wanita itu dalam kesehariannya.Awalnya Mer sempat ilfil karena tubuhnya yang membengkak, dia takut jika suaminya akan berselingkuh dan akan meninggalkan dirinya.Namun, dugaannya sangat salah. Karena Arga justru semakin memberikan perhatian kepada dirinya dan juga memberikan pujian.Arga berkata jika istrinya kini semakin gemoy, semakin enak saja kalau mereka melakukan percintaan panas seperti biasanya. Arga juga begitu pandai memuji dirinya.Tentunya hal itu membuat Mer percaya diri, tetapi walaupun dalam keadaan hamil wanita itu tidak

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    69. Bersedia

    Dulu Mer memang sempat merasa kecewa dan juga sakit hati karena dibohongi oleh Adi, padahal dia begitu mencintai pria itu, tetapi nyatanya pria itu hanya ingin memanfaatkan dirinya untuk mencetak bayi.Adi bekerjasama dengan istrinya sendiri untuk menipu dirinya, satu hal yang membuat Mer merasa begitu lebih sakit hati. Hanum meminta Adi untuk meninggalkan dirinya setelah dia melahirkan.Sungguh itu adalah hal kejam yang tidak bisa dimaafkan begitu saja, karena menurut Mer, rencana Hanum benar-benar tidak manusiawi.Namun, kini setelah melihat Adi yang nampak begitu sengsara setelah ditinggalkan oleh Hanum, Mer merasa kasihan terhadap pria itu. Terlebih lagi terhadap Meira, anak itu tidak berdosa.Rasanya Mer ingin menangis ketika mendengar Adi menderita penyakit kanker hati stadium akhir, bahkan Adi berkata jika umurnya tidak akan lama lagi."Kata dokter, aku hanya akan bertahan selama 6 bulan. Aku--aku takut jika aku mati, Meira tidak ada yang mengurus, karena Hanum sama sekali tida

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    68. Kanker Hati

    Semenjak mengetahui jika istrinya hamil, Arga bukan hanya mengalami mual dan lemas saja. Namun, jika pagi hari tiba dia akan mengalami mual dan juga muntah yang hebat.Pria itu akan terlihat begitu lemas sekali, dia akan merasa lebih baik jika sudah terkena cahaya matahari. Namun, Arga tidak pernah mengeluh. Dia menjalani hari-harinya dengan begitu sabar, karena dia tahu jika ini adalah efek dari kehamilan istrinya.Justru Arga sangat bersyukur karena dirinya yang mengalami ngidam dan juga mual muntah, karena dengan seperti itu dia merasa bisa meringankan beban Mer. Arga sering membaca tentang artikel kehamilan, wanita yang hamil itu sangat repot dan tentunya pasti akan ada perubahan mood pada wanita hamil itu.Setidaknya jika dia tidak bisa menggantikan Mer untuk melahirkan, dia bisa merasakan bagaimana tersiksanya saat wanita hamil."Hari ini kamu pucet banget deh, Yang. Apa ngga usah kerja saja?" tanya Mer seraya mengelusi perutnya yang sudah besar.Kini usia kehamilan Mer sudah m

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    67. Baik-baik Saja

    Malam ini Arga dan juga Mer bercinta dengan begitu penuh gairah, keduanya berlomba-lomba untuk saling memuaskan. Mer juga malam ini terlihat tidak mau diam sama sekali, dia selalu mengimbangi goyangan pinggul dari suaminya.Bahkan, setelah istirahat beberapa waktu karena mendapatkan pelepasannya, Mer naik ke atas tubuh Arga dan mencoba untuk menjadi pengendali.Alhasil setelah Mer dan juga Arga sudah merasa begitu puas, Mer merasa jika perut bagian bawahnya terasa begitu sakit. Arga tentunya begitu panik ketika melihat istrinya mengaduh kesakitan."Yang? Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Arga panik karena wajah istrinya begitu pucat.Kalau saja Arga tahu jika bercinta dengan istrinya bisa membuat wanita itu kesakitan, Arga tidak akan mau melakukannya. Karena Arga masih bisa menahannya."Sakit banget, Yang. Tolong bawa aku ke dokter," ujar Mer karena rasa sakitnya datang dengan begitu kuat.Bahkan kini dia merasa jika perutnya keram, Mer takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. M

  • Jangan Salahkan Aku Pergi    66. Panik

    Setelah dijanjikan akan diberikan kenikmatan sebanyak dua kali, Arga bekerja dengan begitu bersemangat. Dia tidak merengek sama sekali kepada istrinya, sangat sigap dalam bekerja walaupun sesekali dia mengeluh lemas.Terkadang Arga mengeluh kalau dirinya merasa sakit kepala, apalagi saat mencium bau pengharum ruangan yang biasa dipakai, dia terus saja mengeluh mual dan rasanya ingin muntah.Alhasil Mer terpaksa pergi ke swalayan untuk membeli pengharum ruangan yang baru, Arga meminta kepada Mer untuk dibelikan pengharum ruangan dengan wangi lemon.Pokoknya, makanan pun Arga inginnya yang berbau lemon. Mer sampai menggelengkan kepalanya karena tingkat suaminya itu benar-benar di luar nalar."Cape banget, Yang. Pulang yuk?" ajak Arga ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.''Boleh, tapi sebelum pulang kita shalat di sini aja dulu. Takutnya malah ngga keburu," usul Mer."Boleh, Yang," jawab Arga.Pada akhirnya Mer dan juga Arga melaksanakan salat ashar terlebih dahulu, setelah i

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status