Share

Pesta Ulang Tahun

Aku duduk diatas tempat tidur mendengar tawa dan musik yang berasal dari dalam rumah. Aku ragu mengambil keputusan untuk datang ke pesta seharian. untuk terakhir kalinya aku mengambil keputusan untuk datang dan mengenakan satu-satunya gaun terbagus yang kumiliki. Gaun itu berwarna biru yang ketat pada bagian dada dan pinggangu,dan ujungnya tergantung disekitar pahaku. Aku membeli gaun ini ketika Bobi mengajakku ke pesta perpisahan sekolah.

Kemudian dia di nominasikan sebagai raja angkatan itu dan seorang gadis bernama Grace menjadi ratunya. Grace ingin menghadiri acara itu bersama dengan Bobi, yang  kemudian Bobi menelponku dan bertanya apakah dia boleh pergi ke acara itu dengan Grace saja. Aku menyrtujuinya lalu menggantung kembali gaun itu. Malam itu aku dan ibuku menonton 2 film sambil makan brownies. Keesokkan harinya semua orang berbicara mereka menang dan mereka terlihat keren karena hadir sebagai pasangan. Itu adalah salah satu kenangan yang kuingat ketika ibuku tidak merasa sakit  setelah menjalani kemoterapi.

Malam ini aku telah mengeluarkan gaun itu dari dalam koper. Gaunnya tidak semahal standar orang-orang diluar. cukup sederhana. Bahannya terbuan dari sifon yang lembut.Aku melihat sekilas pada sepatu hak tinggi berwarna perak milik ibuku.Katanya dia mengenakan sepatu ini saat hari pernikahannya. Aku menyukainya. Ibuku tidak pernah memakainya lagi jadi sepatu itu tersimpan rapat dalam sebuah kotak.

Aku mengambil resiko besar dengan keluar menghadiri pesta itu dan dipermalukan. Aku tidak cocok dengan mereka. Aku juga tidak bisa menyesuaikan diri di SMA. AKu selalu merasa canggung. Aku harus belajar menyesuaikan diri. Untuk meninggalkan si gadis canggung yang harus keluar dari SMA karena dia memiliki msalah yang jauh lebih besar.

Berdiri, aku menjalankan tanganku diatas gaun untuk merapikan kerutan karena duduk diatas ranjang. berpikir apakah hadir di pesta itu adalah sebuah keputusan yang baik. Aku akan berjalan keluar kesana. Mungkin mengambil segelas minuman dan melihat apakah ada seseorang yang mau bicara denganku. Jika ternyata terjadi masalah, aku akan kembali berlari kemari, memakai piyamaku, dan meringkuk di tempat tidur. Sepertinya ini adalah langkah kecil yang baik untukku.

Aku membuka pintu ruang penyimpanan dan melangkah masuk ke dapur, sangat bersyukur karena tidak ada seorang pun disini. Aku bisa mendengar tawa Jafin yang kencang  dan bebiicara dengan seseorang di ruang tengah. Dia mungkin mau mengobrol denganku. Aku bisa melalui ini dengan mudah bersama Jafin. Menarik napas panjang, aku berjalan keluar dari dapur dan menuruni lorong yang mengarah ke ruang tengah. Mawar merah dan pita perak ada dimana-mana. Semua ini mengingatkanku pada pesta pernikahan daripada pesta ulang tahun. Pintu yang terbuka mengejutkanku. Langkahku terhenti dan menatap pada mata gelap yang familiar sedang menatapku.

"Aileen." Sapa Raka. "Aku tidak pernah tahu kalau kau bisa terlihat lebih seksi."

"Ya, nona. Kau terlihat menakjubkan." Pria dengan mata hijau tersenyum padaku. Aku tidak bisa mengingat namanya. Apakah dia pernah memberitahuku sebelumnya?

"Terima kasih." Kataku. Aku bersikap canggung lagi. Padahal ini adalah kesempatanku untuk menyesuaikan diri.

"Aku tidak tahu kalau Rudy mulai main golf lagi, atau kau disini bersama seseorang?" Tanya Raka.

Karena bingung aku terdiam sejenak. Dia mengira aku bersama seseorang yang kutemui ditempat kerja. Aku tersenyum.

"Aku tidak datang dengan siapapun. Rudy.. um... Ibunya Rudy menikah dengan ayahku." Jawabku.

Senyum raka yang santai semakin melebar dan dia berjalan semakin dekat denganku. "Benarkah? Dia membiarkan adik tirinya bekerja di Rooftop club? ck, ck. Pria itu tidak punya sopan santun. Jika aku punya adik perempuan dengan wajah sepertimu, aku akan menyekapnya... sepanjang waktu." Dia berhenti sebentar dan menyapu pipiku dengan ibu jarinya. "Aku akan menemanimu, tentu saja. Aku tidak ingin kau erasa kesepian."

Tentu saja dia sedang merayuku. Aku membutuhkan sedikit ruang.

"Sepasang kakimu seharusnya di pasang peringatan." Dia merendahkan suaranya sedikit.

"Apakah kau berteman dengan Rudy, atau um.. Grizelle?" Tanyaku.

Raka mengangkat bahu, "Ge dan aku punya hubungan pertemanan yang rumit. Sedangkan Rudy dan aku saling mengenal dari kami masih sangat kecil." Tangan Raka perlahan meluncur di pinggangku. "Aku berani bertaruh Ge pasti membencimu."

Aku tidak begitu yakin. Kami tidak pernah berinteraksi sejak malam pertama kami bertemu. "Kami tidak terlalu saling mengenal."

"Benarkah, itu aneh."

"Raka! Kau disini." Seorang wanita berseru saat dia memasuki ruangan. Dia menolehkan kepalanya untuk melihat gadis berambut cokelat pirang dengan rambut panjang ikal tebal yang memiliki tubuh berlekuk yang memakai gaun satin hitam. Gadis ini mungkin akan mengalihkan perhatiannya. Aku mulai melangkah mundur kembali kearah dapur. Momen keberanianku telah hilang.

Tangan Raka mencengkram pinggangku, dengan erat memegangku agar diam di tempat. "Lili." Hanya itu jawaban Raka. mata cokelat gadis itu beralih padaku. Aku memandang dengan tidak berdaya ketika dia melihat tangan Raka ada di pinggangku. Bukan ini yang kuinginkan.

"Siapa dia?" Gadis itu memusatkan matanya dan memandangku.

"Ini Aileen. Adik barunya Rudy." Raka menjawb dengan nada bosan.

Gadis itu menyipitkan matanya dan kemudian tertawa. "Tidak. pasti bukan. Dia mengenakan gaun murahan dan sepatu yang lebih murah. Gadis ini, atau apapun yang dia katakan, dia berbohong padamu. Tapi kau memang selalu lemah jika berhubungan dengan wanita cantik, ya kan, Raka?"

Seharusnya, aku tetap tinggal di kamarku.

"Kenapa kau tidak kembali ke pesta dan menemukan beberapa pria bodoh untuk menikam kukumu, Lili?" Raka berjalan menuju pintu dimana sebagian besar pesta berada dengan tangannya masih kokoh dipinggangku memaksaku untuk pergi bersamanya.

"Kupikir aku hanya ingin pergi kekmarku, seharusnya aku tidak datang ke sini malam ini." Kataku pelan berusaha menghentikannya masuk ke dalam pesta. 

"Kenapa kau tidak menunjukkan kamaarmu? Aku ingin melarikan diri juga."

Aku menggeleng. "Tidak ada cukup ruang untuk kita berdua."

Raka tertawa dan menunduk untuk mengatakan sesuatu ditelingaku disaat yang sama mataku menatap pada Rudy yang sedang menatapku. Dia terlihat tidak senang. Apakah undangannya hanyalah sopan santun yang tidak diharapkan? Apakah aku salah mengerti?

"Aku harus pergi. Aku pikir Rudy tidak menginginkanku disini." Aku berbalik menatap Raka dan mundur dari pelukannya.

"Omong kosong, aku yakin dia terlalu sibuk untuk khawatir tentang apa yang kau lakukan. Selain itu kenapa dia tidak ingin melihatmu dipesta adik perempuannya yang lain?"

Adik perempuan? Kenapa Jafin mengatakan padaku kalau Rudy adalah anak tunggal? Ge jelas adalah adiknya.

"Aku.. baiklah, dia tidak mengatakanku sebagai keluarga. Aku hanya saudara yang tidak diinginkan dari suami baru ibunya. Aku sebenarnya hanya disini selama beberapa minggu lagi sampai aku bisa pindah ke tempat tinggalku sendiri. Aku bukan penghuni tetap dirumah ini." Aku memaksakan sebuah senyuman.

"Tidak ada hel tentangmu yang tidak diinginkan. Rudy tidak buta." Kata Raka mendekatiku dan aku melangkah mundur.

"Kemari Aileen." Suara Rudy datang dari belakangku , tangan besarnya menyelinap dilenganku menarikku padanya. "Aku tidak menduga kau akan datang malam ini." Peringatan dalam nadanya mengatakan kalau aku salah mengerti  tentang undangannya. Dia tidak serius mengundangku.

"Maafkan aku. Aku kira kau bilang aku bisa datang." Aku berbisik, sangat memalukan kalau Raka bisa mendengarnya. Dan yang lainnya sedang melihat.

"Aku tidak menduga kau akan muncul dengan pakaian seperti itu." Jawabnya dengan tenang. Matanya masih menatap Raka. Ada apa dengan pakaianku? Ibuku sudah berkorban untukku agar bisa memiliki gaun ini dan aku tidak pernah sempat memakainya. Seratus lima puluh ribu rupiah adalah uang yang banyak bagi kami ketika dia membelinya. Aku sudah muak dengan sekelompok orang bodoh yang manja berakting seperti aku mengenakan sesuatu yang menjijikkan. Aku mencintai gaun dan sepatu ini.

Aku membantingkakiku dan pergi kembali ke dapur. JIka dia tidak ingin aku disini karena teman-temannya menertawakannya, dia harusnya tidak mengundangku. Sebaliknya, dia membuatku seperti orang bodoh.

"Apa masalahmu?" Tanya Raka dengan marah. Aku tidak melihat ke belakang. Aku berharap mereka berkelahi. Aku berharap Raka mematahkan hidung sempurna milik Rudy. sangat menjengkelkan.

"Aileen tunggu." Panggil Jafin dan aku sangan ingin mengabaikannya sekarang tapi dia adalah teman terdekatku disini. Aku melambat ketika aku mencapai lorong dan membiarkan Jafin mengejarku.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan." Kata Jafin, muncul dibelakangku. Aku ingin tertawa. Dia sangat dibutakan oleh saudaranya yang sombong.

"Tidak masalah. Seharusnya aku tidak datang. Seharusnya aku tahu undangannya tidak serius. Aku berharap dia mengatakan padaku untuk tinggal dikamar seperti yang dia inginkan. Aku tidak mengerti dengan permainan kata." Aku berjalan melalui dapur langsung menuju tempat penyimpanan.

"Dia punya masalah. Aku akan bicara dengannya tapi dia sudah melindungimu dengan caranya yang aneh dan berantakan." Kata Jafin saat tanganku memegang pegangan kuningan dingin dipintu.

"Tetap percaya padanya Jafin. itu adalah hal terbaik yang dilakukan saudara." Jawabku dan membuka pintu dan menutupnya dibelakangku. Setelah mengambil beberapa napas dalam untuk meringankan sakit didadaku aku pergi kekamarku.

Itu kedua kalinya yang aku alami dan yang pertama tidak jauh lebih baik. Sebenarnya itu mungkin lebih buruk. Aku pergi untuk mengejutkan Bobi dan aku justru yang dibuat terkejut. Dia ada di kamar Jenni dengan setengah telanjang. Aku menutup pintu dan keluar melalui pintu belakang. Beberapa orang melihatku dan tahu apa yang sudah kualami. Bobi muncul dirumahku satu jam kemudian memintaku untuk memaafkannya dan menangis sambil berlutut.

Aku mencintainya sejak aku berusia 13 dan dia adalah ciuman pertamaku.Aku tidak bisa membencinya. Aku hanya membiarkannya pergi. Itu adalah akhir dari hubungan kami. Dan kami tetap berteman. Terkadang ketika dia dalam kondisi buruk, dia mengatakan dia mencintaiku dan ingin aku kembali. Tapi dia juga memiliki seorang gadis berbeda disetiap akhir pekan.

Malam ini tidak ada yang mengkhianatiku. Aku baru saja dipermalukan. Aku melepaskan sepatu ibuku dan menempatkan kembali dengan aman dalam kotak penyimpanan. Aku seharusnya tidak mengenakannya malam ini. Lain kali aku akan mengenakannya untuk acara yang lebih spesial.

Aku mengulurkan tangan pada resleting gaunku ketika pintu terbuka dan Rudy masuk. Dia terlihat sangat marah.

Dia tidak mengatakan apa-apa dan aku membiarkan pakaian jatuh, aku tidak akan mengambil pakaianku yang baru saja terlepas. Dia melangkah masuk dan menutup pintu dibelakangnya. Dia terlalu besar untuk ruangan kecil ini. Aku harus mundur dan duduk agar kami tidak bersentuhan.

"Bagaimana kau bisa mengenal Raka?" Bentaknya.

Aku menatapnya bingung, kenapa dia tidak suka aku berteman dengan Raka? mungkin dia tidak suka aku berada disekitar teman-temannya. "Ayahnya adalah pemilik Rooftop club tempatku bekerja. Dia bermain golf dan aku melayani minumannya."

"Kenapa kau memakai gaun itu?" Tanyanya dengan dingin.

Aku kembali berdiri untuk menghadapinya. " Karena ibuku yang membelikannya untuk ku pakai, karena kau mengundangku ke pesta malam ini, karena ini adalah yang terbaik yang kupunya. Maaf kalau tidak terlalu baik. Bagaimanapun kau dan teman-temanmu yang manja dan sombong itu sudah bersikap berlebihan." Aku memberanikan diri untuk melotot dan mengggertaknya.

Rudy membuka mulutnya kemudian memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya. "Sial!" Geramnya. Kemudian matanya terbuka lebar dan tanganya tiba-tiba dirambutku dan bibirnya di bibirku.Bibirnya lembut tapi menuntut. "Aku sudah lama ingin merasakan bibir manis ini sejak kau berjalan kedalam ruang tamuku." Bisiknya lalu kembali menciumku.

"Manis." Bisiknya lagi dan tiba-tiba dia menjauh dariku. Matanya terpaku pada gaunku. Aku menyadari sekarang gaunku ada disekeliling pinggangku. "Sial." Dia memaki dan memukul tangannyapada dinding sebelum membkua pintu dengan kasar dan keluar seperti sedang dikejar.

Dinding bergetar karena hentakkan saat pintu tertutup. Aku tidak bergerak. Jantungku berdebar-debar dan rasa sakit. Menyakitkan. Aku berguling dan meringkuk menjadi bola. Mungkin aku tidak akan mengenakan gaun ini lagi. hanya akan menjadi kenangan menyedihkan. Sudah waktunya menyimpannya demi kebaikan. Meskipun malam ini aku akan tidur didalamnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status