Share

BAB 4

Clara melepas handscoon dan nurse cap-nya, sepanjang operasi tadi ingatan Clara malah kembali pada malam yang kemudian menjebak Clara dalam hubungan terlarang dengan mantan kekasihnya itu. Hubungan yang sudah berlangsung hampir dua tahun.

Sejak malam itu, Clara dipaksa dan lebih tepatnya lagi terpaksa pindah ke sebuah apartemen yang Arga belikan untuknya lengkap dengan sebuah mobil. Di sanalah dosa itu terus mereka lakukan. Arga datang kapanpun dia mau tanpa bisa Clara tolak, bahkan jangan lupakan bahwa Clara bisa lanjut pendidikan spesialis ini karena uang dari Arga juga yang per tahun kemarin sudah lulus dari pendidikan spesialisnya.

“Ra, mau kemana setelah ini?”

Clara menoleh, menatap chief residen bedah berwajah agak kebule-bulean itu tersenyum setelah melepas maskernya. Namanya Adrian, berdarah Jerman karena ibunya adalah orang Jerman, sedangkan sang ayah Indonesia asli.

“Pulang, Dok. Rasanya capek banget.” Jawab Clara berbohong.

Padahal setelah ini, sudah dapat dipastikan bahwa dia akan lebih lelah lagi karena Arga sudah menantinya, hendak meminta jatah nikmat dunia yang selalu dia minta pada Clara.

“Nggak kepengen makan dulu? Saya traktir deh,” Adrian tersenyum, melangkah menjejeri Clara yang tengah menuju ruang ganti.

Clara tersenyum, sebenarnya dia tahu bahwa residen tahun terakhir ini menyimpan perasaan kepadanya, hanya saja Arga tidak akan pernah tinggal diam jika ada dokter atau laki-laki manapun yang mendekati Clara. Dan Clara tidak bisa berkutik sama sekali karena biaya hidup dan pendidikan residensinya bergantung pada sosok itu.

“Terima kasih banyak, Dok. Tapi lain kali saja.” Tolak Clara halus.

Tampak wajah tampan dengan mata cokelat itu kecewa, namun senyum itu masih bertengger di wajah Indo yang selalu sukses menjadi idola di rumah sakit itu.

It`s okay, selamat beristirahat, Ra.”

Clara tersenyum dan mengangguk, sayang sekali dia sudah terikat dengan Arga, kalau tidak rasanya menerima niat baik sosok itu tidak ada salahnya, bukan? Tapi mau bagaimana lagi? Clara sudah terjebak dan terjepit dengan situasi yang cukup sulit. Dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Clara hendak mencuci tangannya, ketika kemudian ponselnya berdering, ia meraih benda itu, nampak nama Arga memanggil.

“Ya halo? Aku baru selesai, baru mau ganti baju, kenapa?” tanya Clara yang jujur sudah begitu bosan dan jenuh dengan kehidupan bebasnya bersama dokter jantung muda itu.

“Cepat pulang, aku punya mainan baru Sayang, dijamin kamu suka.”

Mainan baru? Clara menghela nafas panjang, entah apa lagi yang akan laki-laki itu lakukan kepadanya. Kenapa semakin lama Clara semakin muak? Dia mematikan sambungan telepon tanpa bersuara apapun, memejamkan mata guna mengurangi sesak di dadanya.

“Harus sampai kapan?”

***

Clara membuka pintu apartemennya, nampak sosok itu sudah duduk di sofa, membuat Clara rasanya sudah tidak sanggup lagi dengan segala macam hal yang harus dia jalani saat ini. Clara memaksakan diri tersenyum, melepas sepatunya lalu melangkah masuk.

“Kau tampak lelah, Sayang?”

Arga bangkit, menyongsong Clara dengan senyum manis. Ia merentangkan tangannya, mendekap tubuh itu erat-erat. Clara mendengus panjang, dibalik profesi yang di mata orang-orang begitu terhormat, ia harus rela menjadi simpanan suami orang. Sungguh ironis, bukan?

“Ku harap kamu masih punya tenaga untuk kita bersenang-senang malam ini, Sayangku.” Arga berbisik lirih, membawa tubuh Clara melangkah menuju sofa.

Clara hanya diam dan menurut, memang dia bisa apa? Melawan sosok ini sama saja dengan bunuh diri. Clara akan kehilangan semuanya. Kariernya, masa depan pekerjaannya, semua akan lenyap jika dia berani melawan laki-laki yang dulu begitu ia puja dan cintai.

“Kamu tidak pulang, Ga?” sebuah kalimat pengusiran yang begitu halus kalau Arga mau menyadarinya.

Laki-laki berbadan kekar itu malah melingkarkan tangannya makin erat, menghirup aroma tubuh Clara dalam-dalam. Membuat Clara mendesah kesal, bagaimana cara mengusir laki-laki ini pergi?

“Kamu lupa, Sayang? Ini rumahku juga.” Sebuah jawaban yang seolah menampar Clara dengan begitu keras. “Dan jangan lupa ... aku mau kamu malam ini, Sayang.”

Clara sontak lemas. Itu artinya Arga tidak akan pulang malam ini. Dia akan tetap di sini, menyesap habis nikmat tubuh Clara hingga dia lemas tidak berdaya. Membawa Clara kembali berkubang dalam dosa berkepanjangan yang entah mau sampai kapan menjerat Clara.

Clara hendak buka suara, namun Arga lebih cepat membungkam bibir Clara dengan bibirnya. Clara membeku, jika dulu ia begitu suka dan terpesona dengan bibir ini ketika menyapu bibirnya, namun sekarang tidak lagi! Clara sama sekali tidak menyukainya, tidak lagi mendewakan laki-laki ini.

Bagi Clara, Arga tidak lebih dari laki-laki berengsek. Dan jangang pernah tanyakan kenapa Clara masih bertahan, semua sudah jelas tertulis perihal alasan apa yang membuat Clara pasrah diperlakukan seperti ini oleh Arga.

“Jangan di sini, Ga!” Clara menarik wajahnya, melepaskan diri dari pagutan bibir itu.

Bisa Clara lihat sorot mata itu sudah begitu menginginkan dirinya. Deru nafas Arga sudah memburu, membuat Clara makin terpojok. Tidak ada lagi celah untuk dia lepas dari cengkeraman Arga, kecuali jika kardiolog ini mendapatkan telepon darurat dari rumah sakit.

I see, lebih leluasa di dalam, bukan? Aku sudah tidak sabar, Sayang.”

“AAAA!” Clara memekik ketika Arga membawa tubuhnya dalam gendongan. Mata mereka beradu, mata Arga masih seperti dulu, makin menggairahkan malah kalau ia tengah seperti ini.

Namun mengingat apa yang sudah Arga lakukan kepadanya dahulu, bagaimana Arga menjadikan dia budak seperti ini, membuat Clara begitu muak dan benci pada laki-laki ini sebenarnya. Dan sekali lagi, laki-laki berengsek ini punya sejuta cara untuk merantainya dan membuat Clara bertahan meskipun Clara sudah begitu lelah dan ingin menyerah.

Dengan lembut Arga membaringkan tubuh Clara di atas ranjang. Tanpa diperintah, ia langsung melucuti pakaiannya sendiri, membuat Clara sontak memejamkan matanya sambil memijit pelipisnya perlahan.

Selang beberapa detik, Clara merasakan tubuh itu sudah mendarat di atas tubuhnya, menghimpit dan menindihnya tanpa ampun. Tangan kekar itu mulai melucuti pakaian yang Clara kenakan satu persatu, deru nafas itu makin memburu, Clara mendengarnya dengan jelas dan itu artinya, tidak ada lagi kesempatan lari untuk Clara, sama sekali tidak ada!

‘Tuhan, sampai kapan saya harus seperti ini?’

Sementara itu, Arga tidak memperdulikan apapun. Walau dia sebenarnya sudah merasa bahwa cinta itu tidak lagi ada, tapi Arga tidak peduli. Ia masih begitu mencintai Clara, tidak peduli  bahwa Clara sekarang bahkan sudah banyak berubah.

Malam ini Arga tidak akan kemana-mana. Dia akan tetap di sini sampai pagi menjelang, menyesap habis madu itu dari tubuh wanita dambaannya. Dia tidak akan pulang, karena sebenarnya di sinilah tempatnya berada, bersama Clara, wanita yang begitu ia cintai sejak dulu kala, bukan di rumah mewahnya bersama wanita itu, wanita yang merupakan isteri pilihan orang tuanya.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Binna
Kasiaann bangett dahh
goodnovel comment avatar
Nani Lestari
Ya ampun hanya karena status lebih memilih jadi budak Laki Laki. Oh tidak, lemah sekali. Dan bertanya pada Tuhan, sampai kapan?
goodnovel comment avatar
Janni Qq
ksian sebenernya sm arga krn ambisi sesat orng tuanya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status