"Serena, menikahlah denganku maka semua akan baik-baik saja," ucap Julien. Pria berusia empat puluh lima tahun yang memiliki seorang putra yang bahkan lebih tua dari Serena itu tiba-tiba saja melamarnya. "Ti ... tidak semudah itu, Tuan," balas Serena sambil menekan keterkejutannya. "Tentu saja mudah. Kau hanya perlu menandatangani ini." Julien menyerahkan selembar berkas padanya dengan tenang. Pernikahan yang awalnya terjadi karena kontrak yang saling menguntungkan demi keluarganya itu, menjadi semakin runyam ketika saudara kembar Serena tiba-tiba menginginkan pria yang telah menjadi suaminya itu untuk dirinya sendiri. Lalu, apakah Serena yang selama hidupnya selalu mengalah pada Helena saudarinya, mampu memberikan keinginannya itu ketika ia sendiri kemudian telah jatuh cinta pada Julien? Terlebih, jika hanya Serena sendiri yang tahu bagaimana sisi buruk Helena yang mampu menjerat semua yang diinginkannya untuk menjadi miliknya sendiri selama ini. Ya, karena yang Serena tahu, tak ada satu pun yang bisa lolos dari jerat saudarinya itu begitu ia telah menetapkan targetnya.
View More"Jangan sampai Julien mengetahui hal ini. Kita akan baik-baik saja selama kau tutup mulut," ucap Helena memberi peringatan pada Serena setelah Gio pergi meninggalkan mereka dengan kesepakatan baru."Tapi aku tak sanggup melakukannya, Helen. Ini bukan perjanjian biasa. Kau mengatakan ini yang terakhir. Aku bahkan tak tahu apakah aku bisa mengelabuhi pria itu untuk waktu yang lama. Semua pasti akan terbongkar!" ucap Serena cemas."Ugh, sudah kukatakan berkali-kali agar kau tak bersikap cengeng. Hentikan rengekanmu itu. Sebentar lagi kita akan terbebas dari masalah dan kau hanya perlu menanggungnya sebentar saja. Toh perjanjian dengan Gio hanyalah sebatas perjanjian biasa saja, bukan? Kau hanya perlu menemaninya selama enam bulan dan ia akan melupakan semuanya. Ia akan meninggalkanmu.""Kalau begitu mengapa tak kau saja yang melakukannya?" protes Serena. "Ia juga tak akan mencurigai kita lagi. Kau hanya perlu berakting seperti yang sebelumnya kau lakukan saat di sampingnya."Helena sekej
"Haruskah seperti ini?" tanya Serena lagi sambil menatap cemas dirinya ke arah pantulan cermin.Kini, ia dan Helena sedang berada di sebuah apartemen mewah dengan pemandangan malam yang menakjubkan. Menara London yang megah dan kelap-kelip lampu perkotaan menjadi pusat keindahan utama apartemen tersebut.Serena sedang menatap dirinya di pantulan cermin besar dan seketika perutnya kembali melilit. Helena memberinya potongan gaun berwarna hitam selutut yang ketat dengan belahan dada rendah."Aku tak dapat melakukan ini," ucap Serena sambil menggeleng dan berusaha menutupi area terbuka pakaiannya."Hentikan rengekanmu! Gio akan tiba kurang dari satu jam lagi. Ini hanya makan malam dan berhentilah bersikap gugup! Kau hanya harus meredakan amarahnya saja atau kita akan masuk penjara. Lebih buuk lagi, mungkin ia bisa saja menghilangkan nyawa kita! Apakah ancamannya di dalam pesan itu kurang jelas?""Ta ... tapi," ucap Serena ragu sambil menggigit bibir bawahnya. Matanya berkaca-kaca. Ia beg
Seorang pria bersetelan rapi turun dari sebuah mobil mewah sambil menatap ponsel miliknya. Ia yang setengah jam lalu mendapat notifikasi pada ponselnya, bergegas menuju gedung perusahaannya sambil mengerutkan kening.Ia sesekali menatap ponselnya lagi ketika masuk ke area lobi dan lift. Dan setelah ia sampai di ruangannya, ia memberi instruksi pada asistennya yang sedari tadi mengikutinya."Aaron, batalkan semua jadwalku hari ini," ucapnya."Apa?" sang asisten berkaca mata yang bernama Aaron membulatkan kedua matanya saat atasannya tiba-tiba memberinya instruksi mendadak."Tapi, Tuan Georgio, semua telah siap dan rapat pertama akan dimulai lima belas menit lagi.""Gantikan aku, aku ada urusan mendadak yang sangat penting yang harus kulakukan. Lalu, pesankan penerbangan paling cepat hari ini ke London.""Tapi, Tuan,""Lakukan saja, Aaron," potong pria berambut ikal tebal dan bermata biru itu sungguh-sungguh. Rautnya yang terlihat gelisah sekaligus menakutkan membuat asistennya tak dapa
Serena bergegas menuju ke area taman belakang setelah selesai mandi dan bersiap. Simon mengatakan padanya bahwa Helena telah menunggunya di sana dengan ditemani oleh Julien.Ia mendadak merasa gugup ketika sayup-sayup terdengar suara tawa renyah saudarinya saat ia menuju ke area taman belakang. Serena yang telah sampai di pintu keluar taman melihat Julien dan Helena tampak sedang asik mengobrol dan tertawa. Mereka yang terlihat akrab di matanya membuatnya semakin was-was."Oh, hai, Sayang, kau sudah selesai?" ucap Julien ketika melihat Serena mendekat ke arah meja taman yang menyajikan berbagai macam hidangan di sana.Julien kemudian bangkit dari duduknya untuk menyambut Serena. Ia membimbing Serena dan menyiapkan sebuah kursi untuknya. Selanjutnya, ia mencium puncak kepala Serena dan memeluk istrinya dari belakang."Karena kau telah selesai bersiap, sepertinya aku bisa berangkat sekarang," ucap Julien."Ya, berangkatlah," balas Serena."Benar, berangkatlah Julien, Serena sudah di si
"Ada apa, Sayang? Kau tampak tak tenang," bisik Julien pada Serena sambil mendekapnya erat ketika mereka telah sama-sama berbaring di atas ranjang.Semenjak kepulangan mereka dari kediaman orang tua Serena, istrinya itu terlihat lebih pendiam dan sedikit murung. Julien sendiri baru dapat menanyakan itu saat melihat Serena telah sedikit rileks dalam pelukannya ketika mereka siap untuk tidur."Aku tak apa-apa," ucap Serena."Oh, ayolah, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu. Kau kira selama beberapa bulan ini aku tak mengetahui apa-apa tentang istriku sendiri? Aku sudah tahu bahwa ada yang menganggu pikiranmu bahkan hanya dengan menatapmu saja.""Benarkah?" ucap Serena takjub. Ia kemudian berbalik dan menatap suaminya. "Jika begitu aku akan bertanya. Lalu, bagaimana menurutmu Helena?" tanya Serena tiba-tiba."Helena? Ada apa dengannya? Ia terlihat baik dan tampak sudah pulih, dan itu hal bagus, bukan?" jawab Julien sedikit bingung."Bukan itu maksudku. Maksudku, bagaimana menurutmu Hel
Tak terasa tiga bulan telah berlalu. Perawatan Helena dan fisioterapinya yang telah berjalan selama itu, rupanya juga telah membuahkan hasil. Helena sudah mulai dapat berjalan lagi dan membiasakan tubuhnya untuk beraktivitas normal walau masih dalam gerak yang terbatas. Dan kini, ia telah siap untuk kembali ke rumah."Apa kau tak terlalu memaksakan dirimu, Sweety?" tanya Anie kepada Helena siang itu ketika Serena menjenguknya untuk membantu persiapan pulang saudarinya."Mengapa kau berpikir begitu, Mom?" tanya Helena."Karena, kau pulih dengan begitu cepat. Walau aku senang kau melakukannya dan itu bagus, tapi hanya dalam waktu tiga bulan ini saja kau sungguh sudah seperti normal lagi. Aku hanya khawatir jika kau terlalu memaksakan diri, maka akan berdampak buruk bagi tubuhmu ke depannya," jelas Anie."Buruk apanya? Lihat, bahkan sekarang berat tubuhku juga sudah berisi hingga sama seperti Seren, bukan? Aku sudah bukan lagi gadis tulang belulang seperti sebelumnya yang hanya bisa berb
Serena kembali ke kediaman Julien menjelang makan siang setelah ia selesai dengan urusannya di perpustakaan kampus. Ia yang kemudian masuk ke dalam kamar, dikejutkan oleh keberadaan Julien yang ternyata sudah berada di sana."Sudah pulang, Sayang?" sapa Julien begitu Serena masuk.Pria itu segera melepaskan kacamata bacanya dan meletakkan berkas naskah yang sedang ia baca. Ia kemudian turun dari ranjang dan menghampiri istrinya dengan gembira.Ia langsung memeluk Serena yang masih mematung dan menciumnya dengan lembut hingga tanpa sadar jinjingan yang Serena bawa jatuh ke atas lantai karena ia terlena dengan sambutan Julien yang begitu manis."K ... kau ada di rumah?" ucap Serena gugup setelah Julien melepaskan ciumannya."Ya, karena aku ingin makan siang denganmu sebelum memakanmu, Sayang," godanya."A ... apa?" Wajah Serena yang merona membuat Julien tertawa puas."Oh, aku sungguh merindukanmu hingga rasanya tak ingin pergi ke luar karena tak ingin melewatkan kepulanganmu," ucap Jul
"Oh, benarkah? Wah, mengapa kebetulan sekali?" balas Helena untuk menutupi keterkejutannya. Kini ia beralih menatap Aiden."Oh, apa kau belum tahu tentang hal itu?" tanya Aiden yang kemudian menyadari situasinya."Belum. Serena mungkin tak ingin mengejutkanku dengan mengatakan bahwa ia telah menikah dengan seorang pria tua," balas Helena sambil tersenyum manis penuh arti. "Aku cukup mengerti karena seperti itulah ia. Ia juga pasti mempertimbangkan kondisiku yang baru pulih.""Aah, begitu? Benar, bukan hanya kau, aku pun terkejut awalnya saat Dad memberitahuku. Tapi, karena memang pria tua itu suka melakukan hal-hal yang tak kumengerti, akhirnya aku bisa menerimanya juga. Dan karena sekarang berarti kita adalah keluarga, maka jangan sungkan padaku, ya!" balas Aiden.Helena tertawa. "Oh, menyenangkan sekali ternyata dapat menjadi keluargamu, Aiden. Tentu saja aku tak akan sungkan!"Aiden balas tertawa renyah. "Baguslah. Baiklah, aku hanya memiliki sedikit waktu karena para pasien yang l
"Oh, Baby-ku, kau sudah datang! Peluk aku!" Seruan yang penuh luapan kegembiraan terlontar dari bibir pucat seorang gadis yang masih bersandar di atas ranjang pasien miliknya saat Serena masuk. Ia merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan Serena.Ya, ia akhirnya memutuskan untuk menemui Helena setelah keadaannya membaik akibat 'serangan' Julien padanya lusa lalu dan karena kabar dari kedua orang tuanya yang mengatakan bahwa Helena siap bertemu dengannya."Aku senang kau telah terbangun, Helen. Mengapa kau tak membiarkanku langsung menemuimu?" ucap Serena setelah ia memeluk saudarinya."Bagaimana keadaanmu? Apa yang kau rasakan sekarang?" tanya Serena pada saudarinya yang sedang setengah berbaring itu."Oh, Baby, keadaanku buruk, semua terasa menyebalkan. Untuk itulah aku tak ingin kau menemuiku terlebih dahulu," balas Helena sambil bersikap manja."Ugh, jika bukan karena si berengsek itu, aku mungkin sudah melalui hari-hariku yang indah tanpa merasakan ini," keluh Helena
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.